Masa perang akan dimulai. Kerajaan Lidah Buaya yang dikenal akan kedamaian dalam buas telah menyatakan perang pada kerajaan tetangga, musuh. Banyak orang bertanya, sejak kapan ini dimulai? Sejak kapan kata "perang", mulai muncul di atas daratan?
Jawabannya hanya satu, semua ini karena suatu insiden yang masih belum jelas terlihat. Adapun kebanyakan orang berkata bahwa ini semua bermula dari penculikan, serta pembunuhan yang dilakukan diam-diam oleh kerajaan musuh. Tetapi buktinya masih sebagai buah bibir, tidak ada bukti secara fisik juga sulit memperkirakan bahwa kata-kata itu benar atau tidaknya.
Kerajaan Lidah Buaya, sekalipun cinta kedamaian mereka tetaplah buas. Dahulu kala, mereka yang paling unggul saat perang dunia. Persis seperti namanya, akan memakan bila terancam.
Dan perang yang terjadi adalah sebuah hasil dari ungkapan tersebut. Raja ke-4— Eadric yang memimpin pun mengikuti ungkapan para leluhurnya hingga saat ini dan menerapkannya secara tidak langsung.
Tetapi sekarang sudah berbeda. Musuh mereka hanyalah monster atau mahluk buas, sehingga membuat mereka sedikit menumpul akibat telah lama meninggalkan medan perang yang melawan sesama manusia.
Melawan akal dengan akal, tidak seperti monster, tentunya membutuhkan akal untuk memenangkan peperangan.
Dan keseluruhan kesatria Kerajaan Lidah Buaya yang telah lama meninggalkan medan perang itu akan mengikuti perang di saat seperti ini? Siapa pun yang sadar pasti berpikir bahwa raja sungguh bodoh.
Taring buaya tak seperti harimau, keduanya mungkin mahluk buas namun cara yang dilakukan mereka tidaklah sekasar harimau. "Dalam sekali lahap", itulah katanya.
“Perang sebentar lagi. Rencana Gaston akan mencapai puncaknya nanti. Ha, sungguh mendebarkan,” ucap Richardson.
Ketika mendengar kalimat Richardson, Halbert merasa ada hubungannya dengan yang semua terjadi. Baik dari pembunuhan Halbert sendiri, ataupun perang itu sendiri.
'Gaston ...apa yang sebenarnya kau rencanakan?' Halbert membatin selagi menahan amarah agar tidak ketahuan oleh Ricahardson yang masih ia buntuti hingga saat ini.
Halbert Stanley—mantan pemimpin kelompok Pedang Raja, salah satu pria yang merupakan jenius di antara yang jenius. Tak ada yang lebih kuat darinya sebagai Ahli Pedang, tak ada pula yang lebih kuat darinya sebagai penyihir berbagai elemental. Pria sehebat ia justru mati karena dikhianati rekan sendiri, sungguh bodoh.
Lalu sekarang, pria itu sedang merencanakan pembalasan dendamnya di tengah peperangan yang sudah tersulut saat ini.
“Perhatikan langkah kalian nantinya,” gumam Halbert seraya menyunggingkan senyum tipis.
Selama 3 hari setelah deklarasi perang, Halbert sibuk mencari informasi mengenai perang sekaligus anggota kelompok Pedang Raja. Semua anggota yang terhitung empat orang, hanya dapat ditemukan 3 diantaranya si Ahli Pemanah, Saint/pendeta, lalu Penyihir. Sementara Gaston Bruke yang merupakan Ahli Pedang tidak ditemukan di berbagai tempat yang mungkin ada di sana.
Setiap waktu yang tak pernah dilewatkan, entah kenapa Halbert tidak pernah menemukan bahkan jejak pria itu sekalipun.
“Argh, menjengkelkan. Ke mana perginya di saat perang akan dimulai?”
Sedang rencana perang yang berawal dari kerajaan Lidah Buaya sendiri, tampaknya mereka akan melancarkan serangan pekan depan. Waktu itu sungguh singkat, terlalu singkat sampai tidak ada waktu bagi para prajurit untuk bersenang-senang.
Di perpustakaan bagian luar.
Dak!
Halbert menutup buku berat itu. Dengan wajah kesal, ia lekas meletakkan buku itu kembali ke tempatnya.
“Aku tidak bisa menemukan informasi lain selain perang. Dan rasanya tidak mungkin jika aku harus bertanya pada seseorang mengenai orang itu.”
Halbert telah berada di jalan buntu ketika taring sudah mulai terbuka. Kondisi atau situasi yang terasa berat sebelah sungguh membuatnya bimbang dari waktu ke waktu.
“Coba pikirkan sekali lagi, masa perang telah mendekat. Pedang Raja tidak berkumpul dalam satu tempat. Komandan Militer sedang bersiap, tapi ...,”
Dari balik jendela besar di perpustakaan, tatapan tajam Halbert tertuju pada kastil besar yang merupakan kerajaan Lidah Buaya. Tempat di mana Raja berada.
“Aku ingin menyelinap masuk ke sana. Tapi susah. Ada satu-dua orang termasuk komandan itu yang akan mengetahui reaksi sihirku begitu aku melintas nantinya,” gerutu Halbert.
Sungguh kondisi yang membingungkan. Tampaknya memang tidak ada cara lain untuk mencoba menyelinap ke kerajaan itu.
DUARR!!!
Baru saja ia berencana menyelinap, namun tiba-tiba saja terdengar suara ledakan di luar perpustakaan ini. Dilihat dari jendela, ledakan yang disusul oleh kobaran api serta asap hitam itu ternyata berasal dari sebuah gudang makanan yang berdekatan dengan barak militer utama.
“Serangan mendadak di senja hari? Padahal yang akan memulai peperangan adalah kerajaan ini tapi yang duluan menyerang justru musuh?”
Situasi aneh mulai terjadi. Akibatnya penduduk yang terlihat dekat dengan barak terutama para prajurit yang tengah bersiap perang pun dibuat kalap, mereka berhamburan demi menyelamatkan diri serta mencerna situasi ini.
Tak lama setelah Halbert keluar dari perpustakaan, dan dalam perjalanan menuju barak, tak sengaja ia ditabrak oleh seorang pria dari belakang.
“Komandan ...,” ucap Halbert lirih. Untung saja ia tidak memanggilnya begitu saja karena kebiasaan. Ia juga segera menepi setelah melihat keberadaan komandan itu langsung turun tangan.
Sosok pria yang jauh lebih tinggi dari Halbert, Komandan Militer—Earl. Salah satunya kesatria berperang yang andal dalam memimpin atau turun tangan langsung dalam peperangan. Fisik, otak dan lain-lain cukup mumpuni bahkan strategi perang yang dikembangkannya sendiri lebih mengesankan dari berbagai prestasi Pedang Raja maupun Halbert sendiri.
“Bahkan pria itu langsung turun tangan? Oh tunggu, kenapa yang diledakkan adalah bagian gudang makanan? Terlebih posisinya sangat menjorok ke dalam kota kerajaan.”
Halbert menemukan suatu kejanggalan lain.
“Musuh mungkin telah menyelinap. Yah, tapi aku tahu kalau komandan itu sudah menyadarinya,” gumam Halbert.
Tak merasa dibutuhkan, Halbert pun segera menuju ke istana. Ia berencana menggunakan situasi ini untuk menyelinap masuk ke dalam.
Tapi, sayangnya tidak semudah itu. Ia harus melewati banyaknya prajurit, itupun tanpa menggunakan sihir sama sekali sebab dirinya takut apabila ia cepat ketahuan.
Halbert menghabiskan waktu dari senja hari yang cerah berubah menjadi malam yang gelap.
Saat itu di luar istana, Komandan telah membentuk garis pertahanan ke luar dinding serta berpatroli ke dalam dinding, sekalipun penyusup telah lama ditemukan.
“LAPOR! Mohon maaf, Yang Mulia Raja, ada yang ingin saya sampaikan!” seru salah seorang prajurit yang berjaga di luar ruang takhta.
Setelah prajurit itu datang, 3 anggota kelompok Pedang Raja pun mulai berdatangan dan mengambil posisi duduk berlutut pada sang raja di hadapan mereka.
“Ada apa?”
“Yang Mulia, para pasukan musuh telah mulai berdatangan.”
“Apa? Kalau begitu, segera panggilkan dia!”
“Baik!”
Raja ingin memanggil seseorang, yang akan menempati posisi akhir dalam kelompok tersebut. Seorang pria berambut pirang dengan tubuh mungil, tampak aura magisnya tipis namun entah seberapa kuat ia sebenarnya.
Kerajaan Lidah Buaya tak disangka mendapat serangan lebih awal. Sergapan langsung ke gudang makanan yang tampaknya dilakukan oleh penyusup. Namun karena ledakan itu membuat Komandan Earl teralihkan dari gerbang utama, sehingga pasukan musuh pun datang bertepatan dengan penyusupan Halbert ke dalam istana sukses. Alih-alih akan menyerang dari belakang, tapi ternyata meledakkan gudang makanan adalah cara untuk membuat komandan Earl teralihkan dari gerbang utama sehingga gerbang utama sekarang pun diporak-porandakan. Dalam lima jam, peperangan telah pecah dari gerbang utama atau bagian depan secara frontal tanpa mengenal ampun. Adapun garis pertahanan yang rapuh tetap bertahan dalam kesakitan. Sementara kota atau desa-desa yang berada di luar kota kerajaan tampak sudah dibakar. Terlihat dari kejauhan bara api yang merajalela seperti matahari telah terbit membuat komandang terkejut.“Cih, kenapa di saat seperti ini Pedang Raja tidak ikut turun tangan?! Apa yang mereka lakukan di saat gen
Ledakan di gudang makanan adalah sebuah peringatan besar. Tanda penyusup yang telah dikenali, pun membuat Komandan Earl turun tangan langsung dan menanganinya. Namun ternyata ledakan tersebut hanyalah sebuah pengalihan untuk membuat pasukan musuh dapat menyerang lebih baik dari depan gerbang utama. Tepatnya setelah semua kota atau desa yang berada jauh dari kota kerajaan, hampir seluruhnya dihabisi. Entah bagaimana keadaan para penduduk, terutama para pria yang nekat untuk ikut. Sementara di saat yang sama. Setelah 5 jam berlalu, Halbert menyelinap masuk ke dalam istana. Di sana ia mendapati sang raja dengan kelompok Pedang Raja yang memiliki anggota baru mereka—Noah. Setelah pertemuan guna merencanakan sesuatu demi kemajuan perang, para anggota kelompok Pedang Raja berpisah. Halbert memutuskan untuk membuntuti Richardson si Ahli Pemanah. Entah apa yang sebenarnya direncanakan, namun Halbert memiliki firasat buruk jika membiarkan keseluruhan anggota Pedang Raja berkumpul dan melak
Noah berkata dirinya ingin keadilan selalu menang, namun itu tidak lebih berharga dari nyawa. Tentu saja semua orang akan berpikir begitu, tapi menurut Halbert jika melihat posisi Noah, baginya mudah saja mengatakan fakta pembunuhan Richardson pada semua orang terutama sang raja. Tapi entah kenapa Noah memilih untuk bungkam. “Hei, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.”“Oh, apa itu?”“Kenapa kamu memilih bungkam?”“Aku ingin bungkam saja. Karena dari auramu, kamu sungguh kuat tidak biasa. Kamu seperti orang yang aku kagumi, tapi sayangnya dia sudah tidak ada.”“Jangan bilang kau tahu siapa diriku?” pikir Halbert. “Mana mungkin. Dan lagi pula aku tidak benar-benar menyamakanmu dengan orang yang aku kagumi. Jujur saja kamu dengannya itu berbanding terbalik.”“Oh, benarkah begitu?”“Ya. Sekarang aku sudah berjanji akan tetap bungkam bahwa aku melihat pembunuh Tuan Richardson. Sebagai gantinya aku tidak kehilangan nyawa. Tapi apa boleh aku mengajukan pertanyaan padamu?” tanya Noah. “Kit
Peperangan telah lama dimulai, dan telah berlangsung selama satu hari penuh. Ketika fajar kembali datang, menerbitkan matahari yang terang dari arah timur, semua pasukan musuh yang terhitung tidak sedikit telah binasa dalam genggaman Halbert.Tidak ada siapa pun yang tahu. Bahwa puluhan lingkaran sihir terus mengeluarkan ratusan senjata fisik tuk menyerang pasukan musuh. Tidak ada siapa pun yang tahu. Siapa yang yang membuat perangkap semacam itu, bahkan mungkin mereka tidak akan sadar akan lingkaran sihir tersebut. Sebab, begitu semuanya terbangun secara bersamaan, semua pasukan musuh telah dihabisi bahkan tanpa mendapatkan kesempatan untuk mendekati gerbang utama yang sudah kebobolan. “Ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Begitu bangun, semuanya sudah ditumbangkan. Ternyata komandan Earl jauh lebih hebat dari rumor rupanya!”“YA!!! SUNGGUH HEBAT, KOMANDAN EARL!” seru mereka semua. Bersorak untuk kemenangan instan. Sementara orang yang dikira menglahkan mereka semua, hanya bis
“Maaf menyela, Komandan. Saya pikir, setelah melihat kebenaran di balik peti, saya memiliki pemikiran yang sama dengan Anda.”“Pemikiran kita rupanya sama ya.”Rasanya hari ini menganggur. Tidak ada pekerjaan lain selain memperkuat kembali dinding pertahanan. Selagi mencoba untuk mencerna situasi yang telah terjadi saat ini. Di samping itu, terdapat Komandan Earl dengan prajurit muda saling berbincang satu sama lain mengenai topik yang sama. “Setelah kita tidak sengaja melihat isi peti yang kosong itu, kita tidak berniat untuk memberitahukannya, kau tahu kenapa, nak?” Earl sengaja mengajukan pertanyaan yang diharap akan dijawab oleh prajurit muda itu. “Anda berpikir ada yang salah dengan kematian Tuan Stanley. Awalnya kita memang diperlihatkan jasadnya dengan kepala terkoyak, ada bekas gigitan monster besar yang diduga Raja Undead.”Earl mengangukkan kepala selama berulang kali. Lantas prajurit muda itu kembali bicara, “Tetapi, ketika ingin dimakamkan, secara tidak sengaja kita be
Bertemu dengan Yang Mulia Raja di kamar beliau sendiri, sungguh membuat hati Halbert terasa tidak nyaman. Sedikit gugup dan gelisah, tatkala ia tak tahu harus berkata apa setelah menundukkan kepala sebagai tanda hormat. “Apa yang terjadi? Dan kau siapa? Ada apa di luar sana?” Raja Eadric nampak mulai panik. Terlihat sangat jelas ia tidak tahu mengenai apa-apa. “Jelaskan padaku!” Ia berteriak, menyuruh Halbert menjelaskan semuanya. “Baik, Yang Mulia Raja. Saya Prajurit bawahan Komandan Earl. Datang kemari untuk menerima perintah kelanjutan peperangan yang telah terjadi.”“Apa katamu? Perang?” Kembali sang raja bertanya dengan tidak mempercayai. “Baik. 3 hari yang lalu, Anda mendeklarasikan perang dengan Kerajaan tetangga. Setelahnya kami mendapat serangan dadakan sebagai pengalih agar Komandan Earl tidak berada di garis depan. Siasat mereka berjalan lancar dan kemudian menghancurkan kami semua.”“Keadaan yang sekarang. Berapa kornannua?”“0 penduduk, 50 prajurit amatiran.”“Terlalu
Di hadapan Yang Mulia Raja Eadric, Halbert jadi tak kuasa menahan keraguan yang ada di dalam dirinya. Ia menyamar sebagai Prajurit bawahan Komandan Earl pun agar tidak dicurigai, ditambah saat menjelaskan semua yang telah terjadi. Namun masalahnya, Raja Eadric terlalu peka. Ia langsung tahu siapa orang yang menghadapinya sekarang. Tak lain dan tak bukan adalah Halbert Stanley. Halbert akui dalam hati, bahwa Raja Eadric sungguh luar biasa. Namun apa pun yang terjadi, Halbert merasa tidak perlu memberitahukan keadaannya yang sekarang ini. Ia selalu menyangkal, meski pada akhirnya semakin membuat diri sendiri gugup tak karuan. “Kau terlihat sangat lega, Halbert.”“Saya sudah bilang, bahwa saya bukanlah beliau. Lagi pula beliau sudah lama meninggal, Anda lebih baik merelakannya saja. Yang Mulia,” ucap Halbert berpura-pura tenang. Tapi tidak dengan kaki yang sedikit gemetar tanda takut jika ketahuan. 'Sepertinya tidak mudah membuatmu mengakuinya. Ya?' batin Sang Raja. “Baiklah, seseor
“Hei, bocah! Apa kau mendengarku?”Hening. Saat Halbert mencoba untuk memanggilnya, Noah sama sekali tidak menjawab. “Ada seseorang?” Tapi setelah berlangsung cukup lama, akhirnya Noah mulai sadar akan keberadaan Halbert secara samar-samar. Kelihatannya tidak ada gunanya berbicara pada orang yang tidak bisa mendengar apalagi melihat untuk saat ini. Halbert mendesah lelah, lantas beralih pada raja yang sudah kehilangan akal di sini. “Raja sudah tamat. Aku harus bagaimana ini? Apakah peperangan ini sengaja dilakukan untuknya bersenang-senang?” pikir Halbert. Tapi setelah dipikir lagi, itu kurang masuk akal. Halbert merasa bahwa tujuan Gaston di baik tindakan besarnya ini pun sama besarnya. Tapi apa? Apa itu? Halbert tidak bisa menduga sembarangan. “Tumbal. Hanya kata ini yang bisa aku pikirkan. Aku merasa aneh dengan kata yang digunakan oleh mereka. Untuk apa?”Di samping kedua belah pihak sama merugi, keberadaan Gaston seolah sejak awal memang tidak ada di sini. Pria itu menghilan