Share

Bab V - Anggota Baru

Masa perang akan dimulai. Kerajaan Lidah Buaya yang dikenal akan kedamaian dalam buas telah menyatakan perang pada kerajaan tetangga, musuh. Banyak orang bertanya, sejak kapan ini dimulai? Sejak kapan kata "perang", mulai muncul di atas daratan? 

Jawabannya hanya satu, semua ini karena suatu insiden yang masih belum jelas terlihat. Adapun kebanyakan orang berkata bahwa ini semua bermula dari penculikan, serta pembunuhan yang dilakukan diam-diam oleh kerajaan musuh. Tetapi buktinya masih sebagai buah bibir, tidak ada bukti secara fisik juga sulit memperkirakan bahwa kata-kata itu benar atau tidaknya. 

Kerajaan Lidah Buaya, sekalipun cinta kedamaian mereka tetaplah buas. Dahulu kala, mereka yang paling unggul saat perang dunia. Persis seperti namanya, akan memakan bila terancam. 

Dan perang yang terjadi adalah sebuah hasil dari ungkapan tersebut. Raja ke-4— Eadric yang memimpin pun mengikuti ungkapan para leluhurnya hingga saat ini dan menerapkannya secara tidak langsung. 

Tetapi sekarang sudah berbeda. Musuh mereka hanyalah monster atau mahluk buas, sehingga membuat mereka sedikit menumpul akibat telah lama meninggalkan medan perang yang melawan sesama manusia. 

Melawan akal dengan akal, tidak seperti monster, tentunya membutuhkan akal untuk memenangkan peperangan.

Dan keseluruhan kesatria Kerajaan Lidah Buaya yang telah lama meninggalkan medan perang itu akan mengikuti perang di saat seperti ini? Siapa pun yang sadar pasti berpikir bahwa raja sungguh bodoh. 

Taring buaya tak seperti harimau, keduanya mungkin mahluk buas namun cara yang dilakukan mereka tidaklah sekasar harimau. "Dalam sekali lahap", itulah katanya. 

“Perang sebentar lagi. Rencana Gaston akan mencapai puncaknya nanti. Ha, sungguh mendebarkan,” ucap Richardson. 

Ketika mendengar kalimat Richardson, Halbert merasa ada hubungannya dengan yang semua terjadi. Baik dari pembunuhan Halbert sendiri, ataupun perang itu sendiri. 

'Gaston ...apa yang sebenarnya kau rencanakan?' Halbert membatin selagi menahan amarah agar tidak ketahuan oleh Ricahardson yang masih ia buntuti hingga saat ini. 

Halbert Stanley—mantan pemimpin kelompok Pedang Raja, salah satu pria yang merupakan jenius di antara yang jenius. Tak ada yang lebih kuat darinya sebagai Ahli Pedang, tak ada pula yang lebih kuat darinya sebagai penyihir berbagai elemental. Pria sehebat ia justru mati karena dikhianati rekan sendiri, sungguh bodoh. 

Lalu sekarang, pria itu sedang merencanakan pembalasan dendamnya di tengah peperangan yang sudah tersulut saat ini.

“Perhatikan langkah kalian nantinya,” gumam Halbert seraya menyunggingkan senyum tipis.

Selama 3 hari setelah deklarasi perang, Halbert sibuk mencari informasi mengenai perang sekaligus anggota kelompok Pedang Raja. Semua anggota yang terhitung empat orang, hanya dapat ditemukan 3 diantaranya si Ahli Pemanah, Saint/pendeta, lalu Penyihir. Sementara Gaston Bruke yang merupakan Ahli Pedang tidak ditemukan di berbagai tempat yang mungkin ada di sana. 

Setiap waktu yang tak pernah dilewatkan, entah kenapa Halbert tidak pernah menemukan bahkan jejak pria itu sekalipun. 

“Argh, menjengkelkan. Ke mana perginya di saat perang akan dimulai?”

Sedang rencana perang yang berawal dari kerajaan Lidah Buaya sendiri, tampaknya mereka akan melancarkan serangan pekan depan. Waktu itu sungguh singkat, terlalu singkat sampai tidak ada waktu bagi para prajurit untuk bersenang-senang. 

Di perpustakaan bagian luar.

Dak! 

Halbert menutup buku berat itu. Dengan wajah kesal, ia lekas meletakkan buku itu kembali ke tempatnya.

“Aku tidak bisa menemukan informasi lain selain perang. Dan rasanya tidak mungkin jika aku harus bertanya pada seseorang mengenai orang itu.”

Halbert telah berada di jalan buntu ketika taring sudah mulai terbuka. Kondisi atau situasi yang terasa berat sebelah sungguh membuatnya bimbang dari waktu ke waktu. 

“Coba pikirkan sekali lagi, masa perang telah mendekat. Pedang Raja tidak berkumpul dalam satu tempat. Komandan Militer sedang bersiap, tapi ...,” 

Dari balik jendela besar di perpustakaan, tatapan tajam Halbert tertuju pada kastil besar yang merupakan kerajaan Lidah Buaya. Tempat di mana Raja berada. 

“Aku ingin menyelinap masuk ke sana. Tapi susah. Ada satu-dua orang termasuk komandan itu yang akan mengetahui reaksi sihirku begitu aku melintas nantinya,” gerutu Halbert. 

Sungguh kondisi yang membingungkan. Tampaknya memang tidak ada cara lain untuk mencoba menyelinap ke kerajaan itu. 

DUARR!!!

Baru saja ia berencana menyelinap, namun tiba-tiba saja terdengar suara ledakan di luar perpustakaan ini. Dilihat dari jendela, ledakan yang disusul oleh kobaran api serta asap hitam itu ternyata berasal dari sebuah gudang makanan yang berdekatan dengan barak militer utama. 

“Serangan mendadak di senja hari? Padahal yang akan memulai peperangan adalah kerajaan ini tapi yang duluan menyerang justru musuh?” 

Situasi aneh mulai terjadi. Akibatnya penduduk yang terlihat dekat dengan barak terutama para prajurit yang tengah bersiap perang pun dibuat kalap, mereka berhamburan demi menyelamatkan diri serta mencerna situasi ini. 

Tak lama setelah Halbert keluar dari perpustakaan, dan dalam perjalanan menuju barak, tak sengaja ia ditabrak oleh seorang pria dari belakang. 

“Komandan ...,” ucap Halbert lirih. Untung saja ia tidak memanggilnya begitu saja karena kebiasaan. Ia juga segera menepi setelah melihat keberadaan komandan itu langsung turun tangan. 

Sosok pria yang jauh lebih tinggi dari Halbert, Komandan Militer—Earl. Salah satunya kesatria berperang yang andal dalam memimpin atau turun tangan langsung dalam peperangan. Fisik, otak dan lain-lain cukup mumpuni bahkan strategi perang yang dikembangkannya sendiri lebih mengesankan dari berbagai prestasi Pedang Raja maupun Halbert sendiri. 

“Bahkan pria itu langsung turun tangan? Oh tunggu, kenapa yang diledakkan adalah bagian gudang makanan? Terlebih posisinya sangat menjorok ke dalam kota kerajaan.”

Halbert menemukan suatu kejanggalan lain.

“Musuh mungkin telah menyelinap. Yah, tapi aku tahu kalau komandan itu sudah menyadarinya,” gumam Halbert. 

Tak merasa dibutuhkan, Halbert pun segera menuju ke istana. Ia berencana menggunakan situasi ini untuk menyelinap masuk ke dalam. 

Tapi, sayangnya tidak semudah itu. Ia harus melewati banyaknya prajurit, itupun tanpa menggunakan sihir sama sekali sebab dirinya takut apabila ia cepat ketahuan. 

Halbert menghabiskan waktu dari senja hari yang cerah berubah menjadi malam yang gelap. 

Saat itu di luar istana, Komandan telah membentuk garis pertahanan ke luar dinding serta berpatroli ke dalam dinding, sekalipun penyusup telah lama ditemukan. 

“LAPOR! Mohon maaf, Yang Mulia Raja, ada yang ingin saya sampaikan!” seru salah seorang prajurit yang berjaga di luar ruang takhta. 

Setelah prajurit itu datang, 3 anggota kelompok Pedang Raja pun mulai berdatangan dan mengambil posisi duduk berlutut pada sang raja di hadapan mereka. 

“Ada apa?”

“Yang Mulia, para pasukan musuh telah mulai berdatangan.”

“Apa? Kalau begitu, segera panggilkan dia!” 

“Baik!” 

Raja ingin memanggil seseorang, yang akan menempati posisi akhir dalam kelompok tersebut. Seorang pria berambut pirang dengan tubuh mungil, tampak aura magisnya tipis namun entah seberapa kuat ia sebenarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status