Home / Fantasi / Lahir Kembali Menjadi Undead / Bab IV - Ajang Balas Dendam

Share

Bab IV - Ajang Balas Dendam

Author: Ndaka
last update Last Updated: 2023-08-01 06:50:21

Kerajaan Lidah Buaya. Mungkin terdengar seram, namun raja yang memimpin kerajaan ini tidaklah seseram nama kerajaan itu sendiri. Pria tua yang sudah berusia lanjut, dengan mahkota di kepalanya adalah tanda ia adalah seorang raja. Raja Eadric. 

Kerajaan yang dikenal oleh Halbert sebagai seorang kesatria, kerajaan itu dikenal sangat damai dan tentram. Tidak ada musuh manusia yang berani melawan kerajaan Lidah Buaya. Sekalipun ada, maka raja akan memilih untuk bernegosiasi ketimbang harus berperang dan membuang nyawa sia-sia. 

'Perang bukanlah tipikal Yang Mulia Raja. Apa yang sebenarnya terjadi pada kerajaan ini selagi aku tidak ada?' batin Halbert merasa syok. Ia mengepalkan kedua tangannya begitu erat saking merasa tidak nyamannya dengan berita perang ini.

“Perang akan semakin dekat, maka dari itu aku minta kalian semua untuk segera bersiap-siap. Jika kalian para pria ingin maju berperang demi membela keadilan maka ikutlah kami untuk memenangkan perang nanti!” seru Richardson, membuat semua para pria semakin bersemangat. 

'Richardson, kau ...!' Batiniah Halbert terasa berat untuk mengatakan sesuatu, rasa sesak di dada membuatnya teringat akan kematian. 

Richardson, adalah Ahli Pemanah. Ialah salah satu bagian dari kelompok Pedang Raja. Salah satu target Halbert yang ingin membalaskan dendam kematiannya ini. 

Amarah yang bersulut membuat mata Halbert menatap benci pada pria tersebut. Antara dendam dan perang, di kedua pilihan itu ia akan kesulitan untuk memprioritaskan yang mana yang lebih dulu.

“Hei, ada apa denganmu?” tanya pemuda desa yang masih ada di dekatnya saat ini. 

“Oh!” Halbert tersentak. Lantas memadamkan api amarahnya, dan kemudian menatap pemuda itu. 

“Tidak. Aku hanya berpikir, kerajaan akan selamanya damai,” ujar Halbert dan melirik Richardson lagi. 

“Hm ...ya, mau bagaimana lagi. Kerajaan ini sudah cukup lama berdiri dengan damai. Tapi kalau tiba-tiba berperang begini, bukankah kerajaan kita akan kalah?” pikirnya. 

“Sudah sangat jarang banyak prajurit yang mengayunkan pedang untuk melawan manusia. Dan yang kau pikirkan benar,” balas Halbert. 

Perang ini ada untung dan ruginya. Di mata seluruh penduduk maupun prajurit kerajaan adalah sebuah keuntungan yang mana mereka akan melihat Pedang Raja. Tapi di satu sisi lain, terdapat kerugian di mata seseorang yang benar-benar mengerti keadaan kerajaan di sini.

“Orang yang dulu mahir berpedang, lalu tidak lagi menggenggam pedang selama era kedamaian. Namun sekarang berperang, pasti orang itu akan dianggap amatiran.”

“Kita berpikiran hal yang sama. Paling-paling yang diuntungkan hanya Pedang Raja yang seringkali melawan mahluk dengan senjata di tangan mereka,” sahut pemuda desa dengan sedikit berbisik. 

Halbert semakin resah. Ia jadi kesulitan bergerak saat tahu ada masalah sebesar ini. Karenanya, Halbert menunda sebentar keinginannya tuk berbalas dendam, dan ingin membuat suatu rencana guna menghentikan perang ini jikalau dirinya bisa.

“Tuan Richardson! Saya ingin bertanya sesuatu!”

“Oh, apa itu?”

“Perang ini ...akan kalian menangkan bukan? Kalian akan membawa kembali anak-anak dan istri-istri kami, iya?”

“Tentu saja!” 

Peperangan yang mungkin didasari oleh suatu masalah di antara mereka. Penculikan, pembunuhan hingga mengakibatkan peperangan.

“Kalian semua sudah mengetahui ini dariku. Maka bersiap-siaplah. Pemimpin kami, Gaston Bruke akan selalu bersama dengan kalian!”

“Ya!!!” 

***

Pembicaraan itu tidak disangka akan memakan banyak waktu seperti ini. 

Richardson si Ahli Pemanah kemudian pergi meninggalkan kedai usai memberitakan peperangan yang akan datang. Dan lagi banyak orang mulai sibuk membicarakan peperangan itu sendiri, mereka terlalu bersemangat. 

“Walau Halbert tidak ada. Kita masih punya Gaston. Anak itu juga kuat sama seperti Halbert bukan?” 

“Iya, benar!”

Gaston Bruke ternyata sudah menjadi pemimpin kelompok Pedang Raja. Untuk sesaat Halbert menyunggingkan senyum di balik kain hitam yang membebatnya. 

“Hei, apa kamu tahu Halbert Stanley?” tanya si pemuda desa. 

“Halbert Stanley? Bukankah dia adalah pria yang hebat? Kudengar begitu,” jawab Halbert. 

“Iya, begitulah. Tapi sayang sekali dia sudah lama tiada. Jujur saja aku sangat merindukannya.”

“Begitu.”

Entah bagaimana ia bisa menjawabnya sebagai orang asing sementara pembahasannya adalah mengenai Halbert sendiri.

“Oh iya, aku belum mengenalmu. Bolehkah kita perkenalan? Oh, sebelum itu —”

Pemuda desa tampak berantusias terhadap Halbert, Halbert sendiri pun kebingungan mendapati pria ini sampai sebegininya. 

“Hei! Kemari!” Pemuda tersebut memanggil pelayan untuk datang. Ia memesan makan dan minuman untuk dua orang. 

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pesanan sudah sampai. Pemuda desa tersebut lantas menoleh dan berkata, “Aku sudah memesankannya dengan cepat. Jadi ...,”

Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya sebab Halbert sudah menghilang di tempat duduknya. 

“Ha? Ke mana dia?” 

Halbert tidak punya banyak waktu lagi. Ia lekas pergi dan membuntuti Richardson secara diam-diam. Ia tetap membaur di antara banyaknya orang-orang sampai ketika masuk ke kota kerajaan. 

Tempat di mana kalangan atas, bangsawan tinggal. 

“Kota kerajaan tidak berubah. Aturannya masih sama sebelum aku meninggal ya.”

Terdapat aturan tertentu untuk masuk ke kota kerajaan. Terutama jika penduduk desa biasanya akan diperbolehkan masuk apabila sedang berdagang atau memiliki urusan tertentu dengan seseorang yang ada di sana. 

Tentu saja rumah Halbert juga ada, namun Halbert tidak tertarik untuk kembali ke rumahnya saat ini. 

“Kau! Sedang apa berdiri saja di sana?” tanya salah seorang prajurit yang berjaga di gerbang utama. 

Halbert tidak menjawab, justru berjalan santai mendekati gerbang utama. 

“Hei! Berhenti sekarang juga!”

Ctak! 

Halbert menjentikkan jari dan dalam sekejap keberadaannya tidak terlihat di mata prajurit yang sedang berjaga. Halbert membuat dirinya menyatu dengan warna sekitar sehingga takkan ada seorang pun yang sadar kecuali seorang yang memiliki sihir kuat yang setara dengannya.

Mudah bagi Halbert menyelinap ke kota kerajaan, hanya saja ia perlu memastikan waktu yang sekarang serta apa saja informasi yang tidak Halbert ketahui selama ini. 

“Selain perang, lalu musuhku hanya Richardson saja yang aku temui sekarang. Oh itu dia!” 

Kembali ia fokus pada tujuan pastinya. Selagi memastikan kebenaran tentang perang itu. Ia terus mengikuti langkah Richardson dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan. 

“Perang sebentar lagi. Rencana Gaston akan mencapai puncaknya nanti. Ha, sungguh mendebarkan.” 

Tidak ada ruginya Halbert susah-susah mengikuti selagi menahan diri agar tidak langsung menyerang orang itu dengan gegabah. 

Halbert terdiam dengan amarah, tepat setelah mendengar perkataan Richardson barusan. 

'Rencana Gaston 'kah?' batin Halbert. 

Berpikir bahwa Gaston membunuhnya dan alasan mengapa perang akan segera terjadi kemungkinan adalah sebuah rencana besar, Halbert pun memutuskan untuk tetap melanjutkan ajang balas dendam di tengah peperangan itu nantinya. 

'Nyali kalian bagus juga. Aku sudah tidak sabar melihat wajah kaget kalian saat melihat diriku di sini.' Halbert membatin sekali lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   EPILOG

    Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   Bab CXIX - Pertarungan Terakhir II

    Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   Bab CXVIII - Pertarungan Terakhir I

    Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   Bab CXVII - Elemen Petir

    Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   Bab CXVI - Telah Datang!

    Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha

  • Lahir Kembali Menjadi Undead   Bab CXV - Batu Magma Api

    Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status