Home / Pendekar / Lahirnya Legenda Ksatria Abadi / Bab 33. KOTA RAJA MADANGKARA

Share

Bab 33. KOTA RAJA MADANGKARA

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2025-10-25 08:08:11

Bab 33. KOTA RAJA MADANGKARA

Rasa tidak percaya tampak jelas terbayang di wajah Warok Blangsak sebelum nyawanya kabur dari raganya.

Sementara itu nimas Ayunina terdiam, tubuhnya terasa beku, ketakutan dan kekaguman bergabung menjadi satu, saat melihat betapa mudahnya pemuda yang menolongnya bisa mengalahkan semua perampok dengan begitu mudahnya.

Jaka Tole segera menyabetkan golok di tangannya ke udara untuk membersihkan sisa-sisa darah yang menempel di bilahnya.

Kemudian seperti sebuah sulap, golok besar di tangannya menghilang dari tangannya.

Sekali lagi nimas Ayunina menelan ludah, menatap Jaka Tole dengan tatapan tidak percaya. Perlahan sebuah rasa yang aneh mulai merambati relung hatinya, sebuah perasaan yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

“Ayo kita lanjutkan,” kata Jaka Tole sambil menarik tali kekang kudanya untuk melanjutkan perjalanan seakan sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa.

Nimas Ayunina yang masih ten
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 34. PENGAKUAN YANG MEMBUAT TERTAWA

    Bab 34. PENGAKUAN YANG MEMBUAT TERTAWA “Calon istri Raden Mas Wijaya Kusuma? Ha ha ha ha…. sepertinya kamu pungguk yang merindukan bulan. Orang kampung, kalau berbicara itu yang betul dan jangan suka membual. Kalian tidak diijinkan masuk ke kotaraja, jika niat kalian ingin mengacau. Sebaiknya kalian kembali ke asal kalian, kami tidak mengizinkan kalian masuk, pergilah,” kata prajurit itu dengan nada penuh dengan sindiran sambil mengibaskan tangannya dengan wajah mengejek. Nimas Ayunina sebagai seorang wanita, tentu saja sangat sedih, ketika mendengar perkataan prajurit itu. Kini harapan hidupnya hanya di tangan Raden Mas Wijaya Kusuma, akan tetapi, jika dia tidak diizinkan dengan calon suaminya, maka masa depannya akan semakin tidak jelas. Tidak mungkin dia kembali ke kadipaten Kabumian setelah perampokan yang membuat ayahnya mati dengan tragis. Jaka Tole yang melihat wajah nimas Ayunina yang memucat segera menengahi. “Maaf prajurit, kami memang

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 33. KOTA RAJA MADANGKARA

    Bab 33. KOTA RAJA MADANGKARA Rasa tidak percaya tampak jelas terbayang di wajah Warok Blangsak sebelum nyawanya kabur dari raganya. Sementara itu nimas Ayunina terdiam, tubuhnya terasa beku, ketakutan dan kekaguman bergabung menjadi satu, saat melihat betapa mudahnya pemuda yang menolongnya bisa mengalahkan semua perampok dengan begitu mudahnya. Jaka Tole segera menyabetkan golok di tangannya ke udara untuk membersihkan sisa-sisa darah yang menempel di bilahnya. Kemudian seperti sebuah sulap, golok besar di tangannya menghilang dari tangannya. Sekali lagi nimas Ayunina menelan ludah, menatap Jaka Tole dengan tatapan tidak percaya. Perlahan sebuah rasa yang aneh mulai merambati relung hatinya, sebuah perasaan yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. “Ayo kita lanjutkan,” kata Jaka Tole sambil menarik tali kekang kudanya untuk melanjutkan perjalanan seakan sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa. Nimas Ayunina yang masih ten

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 32. MENGHUKUM PENGHALANG

    Bab 32. MENGHUKUM PENGHALANG Disusul dengan munculnya puluhan pria berpakaian serba hitam di sekeliling mereka, dengan menampakkan wajah-wajah penuh dengan keangkaramurkaan. Hieee…. Kuda mereka berteriak kencang, bahkan kuda yang dinaiki nimas Ayunina sampai mengangkat kaki depannya, saking terkejutnya ketika tiba-tiba tali kekang ditahan dan dipaksa untuk berhenti. “Hati-hati!” teriak Jaka Tole yang melihat kuda tunggangan nimas Ayunina mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi. Untungnya nimas Ayunina merupakan penunggang kuda yang baik, dia segera menjepit perut kuda dengan kedua kakinya sambil memeluk leher kuda, agar tidak sampai terjatuh. “Siapa kalian? Kenapa kalian menghadang perjalanan kami,” kata Jaka Tole sambil memandang orang-orang yang menghadang perjalanannya. Ekspresi wajah Jaka Tole sama sekali tidak memperlihatkan rasa takut, melihat mereka dikepung puluhan pria dengan tampang sangar. “Kalian tidak diijin

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 31. MENGHABISI TANPA SISA

    Bab 31. MENGHABISI TANPA SISA Darah seketika mengucur dari leher Raden Ontoseno yang baru saja berpisah dengan kepalanya. Demikian juga dengan darah dari leher pendekar Kelabang Geni, mereka berdua seperti hewan kurban yang disembelih. Tubuh Jaka Tole tiba-tiba saja melesat dengan sangat cepat menggendong nimas Ayunina yang sedang terbaring diatas tempat tidur. Mengapa Jaka Tole bergegas mengambil tubuh nimas Ayunina, tentu saja setelah dia melihat darah di leher Raden Ontoseno akan mengenai tempat tidur dimana nimas Ayunina berada. Gerakan Jaka Tole seperti kilat saking cepatnya, kurang dari sepersekian detik, tubuhnya sudah berhasil menyelamatkan tubuh nimas Ayunina yang akan terkena guyuran dari leher Raden Ontoseno. Sambil menggendong tubuh nimas Ayunina, sudut mata Jaka Tole seketika tertuju pada peti hitam yang tergeletak di sudut kamar. “Hmmm… sepertinya peti itu tempat penyimpanan uang pejabat korup ini. Baiklah sebaiknya peti ini saya si

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 30. KEMATIAN RADEN ONTOSENO

    Bab 30. KEMATIAN RADEN ONTOSENO “Adik…” teriak rekan pendekar Kelabang Geni yang perutnya dirobek senjatanya sendiri. “Kakak… tolong balaskan dendam saya… saya… saya tidak kuat lagi… huek…” dengan suara terbata-bata menahan sakit serta dengan mengeluarkan sisa-sisa tenaganya dia berusaha memberi pesan terakhir, hingga akhirnya dari mulutnya memuntahkan darah segar yang sangat banyak dan nyawanya seketika meninggalkan raganya. “Adik… sadarlah… adik sadarlah…” dengan suara gemetar pendekar Kelabang Geni yang masih hidup berteriak mencoba menyadarkan rekannya dengan perasaan hancur dan rasa tidak percaya menghantui pikirannya. Mana mungkin dia percaya, sudah sekian lama mereka berkumpul dan menjalankan tugas dari Padepokan selalu bersama-sama, kini harus berpisah dengan begitu mengenaskan. Sementara itu Jaka Tole tampak berdiri santai di depannya sambil memainkan Celurit di tangannya, mengagumi ketajaman bilahnya. “Ternyata senjata ini sangat ta

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 29. PENDEKAR KELABANG GENI

    Bab 29. PENDEKAR KELABANG GENI “Kurang ajar! Kamu mau menjadi pemberontak?” geram Raden Ontoseno dengan suara bergetar antara terkejut dan ketakutan dan serta amarah bercampur menjadi satu. “Berontak? Ha ha ha ha… sepertinya kamu terlalu lama dibuai dalam kekuasaan, apa kamu tahu kesalahan yang sudah kamu lakukan?” kata Jaka Tole yang balas menyindir Raden Ontoseno, alih-alih takut dengan gertakan nya. “Kurang ajar, kamu benar-benar mencari mati. Saya berhak menghukum mati dirimu yang berani melawan pejabat kerajaan!” kata Raden Ontoseno yang segera mengambil keris yang terselip di punggungnya. Kemudian dengan sekuat tenaga dia menusukkan ujung kerisnya kearah Jaka Tole, dengan kekuatannya yang sudah mencapai level pendekar adipati tingkat madya, angin berhembus tajam ketika keris di tangannya melesat. Akan tetapi, sepertinya Raden Ontoseno saat ini sedang terkena batunya. Mana mungkin pendekar level adipati bisa mengalahkan seorang pendekar level

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status