Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

Share

Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2025-08-28 08:00:39

Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur.

Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar.

"Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang.

"Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan.

Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi.

Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada tepat di tengah halaman kediaman. Arena tersebut sangat luas, bisa menampung pertarungan skala besar. Wilson Xia mengamati dengan seksama dan menyadari bahwa platform itu terbuat dari batu khusus yang memancarkan aura kekuatan.

"Batu apa ini?" gumam Wilson Xia dalam hati. Dia tidak mengenali jenis material tersebut, namun bisa merasakan betapa kuatnya bahan itu. Bahkan serangan kultivator Alam Kebangkitan mungkin tidak akan meninggalkan bekas di permukaannya.

Di sekeliling arena, hiruk pikuk orang-orang memenuhi area tersebut. Suara-suara percakapan saling bersahutan.

"Hari ini adalah hari terakhir putri Lian Yu menerima tantangan, semoga saja ada jenius lain yang naik di atas panggung. Dengan begitu pertandingan ini pasti akan seru!" Seorang pemuda menatap ke atas panggung dengan antusias.

"Kira-kira ada yang berani tantang Putri Lian Yu tidak ya?" orang di sebelahnya bertanya dengan penasaran.

"Semoga saja ada. Sebab sudah seminggu tidak ada yang menang. Putri Lian Yu ini benar-benar monster!"

"Ssst, jangan keras-keras. Nanti dengar Gubernur Wei!"

Dua orang tersebut tengah berdiskusi dengan penuh semangat di antara kerumunan.

. . .

Wilson Xia mengalihkan perhatiannya ke area VIP di sisi utara arena. Di sana terdapat tiga orang yang duduk di kursi mewah dengan posisi terhormat. Yang pertama adalah seorang lelaki tua dengan wibawa yang kuat berusia sekitar 50 tahun, kemungkinan besar itulah Gubernur Wei. Di sebelahnya duduk pria yang lebih muda, sekitar 40 tahun, dengan pakaian formal yang rapi.

Yang paling menarik perhatian Wilson Xia adalah sosok ketiga.

Usianya tidak bisa ditebak dengan pasti, namun aura yang dipancarkannya menunjukkan dia sudah hidup sangat lama. Alis dan rambutnya berwarna putih keperakan, dengan mata yang tampak sangat dalam.

Di tengah-tengah platform pertandingan, berdiri sosok yang menjadi pusat perhatian semua orang. Seorang wanita mengenakan gaun sutra berwarna biru muda yang sangat elegan. Kulitnya putih seperti porselen, namun wajahnya tertutup oleh kerudung tipis yang hanya memperlihatkan sepasang mata bulat yang indah.

Meski tidak bisa melihat wajah lengkapnya, Wilson Xia bisa merasakan pancaran kecantikan yang luar biasa dari sosok itu. Pasti itulah Putri Lian Yu yang terkenal sebagai kecantikan nomor satu Kota Beichan.

Di belakang Putri Lian Yu, berdiri seorang wanita tua yang sedikit bungkuk. Pakaiannya sederhana namun bersih, sepertinya dia adalah pengasuh atau pelayan kepercayaan sang putri.

Tiba-tiba, seorang pemuda melangkah maju ke atas platform. Penampilannya sangat menawan - berjas hijau zamrud yang mewah dan memegang kipas lipat di tangan kanannya. Wajahnya tampan dengan rambut hitam yang disisir rapi.

"Hey lihat, itu sudah ada yang naik di atas panggung."

Suara orang tersebut langsung membuat semua orang fokus ke atas panggung pertandingan, bahkan Wilson Xia juga mengalihkan pandangannya ke arah itu.

. . .

Di atas panggung berdiri sosok yang sedang menatap putri Lian Yu dengan senyum ramah.

"Perkenalkan, saya Chen Wulong dari Keluarga Chen, Kota Tianhe," ucap pemuda itu dengan suara lantang. "Saya datang untuk menerima tantangan Putri Lian Yu!"

Seketika kerumunan mulai bergumam dengan nada terkejut.

"Chen Wulong? Bukankah itu putra sulung Keluarga Chen yang terkenal?"

"Keluarga Chen kan pedagang terkaya di Kota Tianhe!"

"Konon dia juga di kenal sebagai jenius kultivasi yang sudah mencapai Alam Kebangkitan Puncak di usia 19 tahun!"

"Wah, kali ini ada lawan yang sepadan!"

Wilson Xia mendengar semua percakapan itu dengan acuh tak acuh. Dia tidak peduli siapa Chen Wulong atau seberapa terkenal keluarganya. Yang penting baginya adalah seberapa kuat kemampuan bertarung pemuda itu.

Sementara itu, Putri Lian Yu menatap Chen Wulong dengan sikap dingin dan cuek. Tidak ada ekspresi terkejut atau kagum di matanya, seolah status lawan tidak berarti apa-apa baginya.

"Silakan," kata Putri Lian Yu dengan suara yang merdu namun dingin seperti es.

Wilson Xia yang penasaran dengan wajah asli Putri Lian Yu, mencoba menggunakan kesadaran spiritualnya untuk menembus kerudung tipis yang menutupi wajah sang putri.

Namun baru saja kesadaran spiritualnya menyentuh area wajah Putri Lian Yu, tiba-tiba sebuah kekuatan kesadaran spiritual lain menyerangnya dengan cepat.

*WUUSH!*

Wilson Xia merasakan seperti ada palu yang memukul kepalanya. Untunglah serangan itu tidak mematikan, hanya berupa peringatan ringan yang membuatnya mundur selangkah.

"Siapa yang berani mengintip?!" suara dingin wanita tua di belakang Putri Lian Yu terdengar, matanya menyapu kerumunan dengan tajam.

Wilson Xia langsung menarik kesadaran spiritualnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Dalam hati, dia cukup terkejut dengan kewaspadaan dan kekuatan pengasuh Putri Lian Yu tersebut.

"Ternyata tidak mudah untuk melihat wajah wanita cantik," gumamnya dalam hati sambil mengalihkan perhatian ke pertarungan yang akan dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 15 : Gubernur Ingin Bertemu

    Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 14 : Hanya Ingin Pil

    Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 13 : Elemen Tubuh Tipe Es

    Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 12 : Pertarungan Di Arena

    Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

    Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 10: Tantangan putri

    Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status