Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 10: Tantangan putri

Share

Bab 10: Tantangan putri

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2025-08-27 08:00:56

Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang.

"Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan.

Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa.

Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada.

Wilson Xia melewati gerbang tanpa masalah dan langsung terpukau oleh pemandangan kota. Bangunan-bangunan kecil berjajar rapi di sepanjang jalan utama. Kios-kios pedagang menjual berbagai macam barang, mulai dari makanan hingga perlengkapan kultivasi sederhana. Aroma kopi yang harum menguar dari kedai-kedai yang ramai dikunjungi.

Di sudut-sudut jalan, Wilson Xia melihat beberapa kasino dengan lampu-lampu yang berkedip menarik perhatian. Tawa dan sorak sorai terdengar dari dalam, menandakan betapa ramainya aktivitas perjudian di kota ini.

Yang membuat Wilson Xia agak tidak nyaman adalah keberadaan rumah bordil di beberapa area. Wanita-wanita berpakaian mencolok berdiri di depan bangunan, menggoda setiap pria yang lewat dengan senyum manis dan gerakan yang menggairahkan.

"Hei tampan, mau mampir sebentar?" seru salah satu dari mereka kepada Wilson Xia.

Wilson Xia hanya menggeleng dan mempercepat langkah. Dia tidak tertarik dengan hiburan semacam itu.

Yang paling membuatnya lega adalah ketika memeriksa cincin penyimpanan pemberian gurunya. Ternyata di dalamnya tersimpan sekitar 1.000 keping emas dan puluhan ribu keping perak, plus berbagai bahan lainnya yang sangat berharga. Dengan kekayaan ini, dia tidak perlu khawatir soal biaya hidup untuk waktu yang lama.

Wilson Xia mencari restoran yang cocok dan akhirnya menemukan satu tempat yang terlihat bersih dan nyaman. Papan nama bertuliskan "Restoran Bunga Teratai" tergantung di depan pintu.

Begitu masuk, seorang wanita muda berusia sekitar 19 tahun menyambutnya dengan senyum ramah. Gadis itu berparas cantik dengan kesederhanaan yang mempesona. Rambutnya yang hitam legam diikat rapi, dan pakaiannya sederhana namun bersih.

"Selamat datang, kakak. Mau pesan apa?" tanya gadis itu dengan sopan.

"Aku ingin menu yang paling enak di sini," jawab Wilson Xia sambil duduk di meja dekat jendela.

"Baiklah, kakak dari mana? Sepertinya bukan penduduk lokal," tanya gadis itu sambil mencatat pesanan.

"Aku dari Kota Changsen, sedang dalam perjalanan," jawab Wilson Xia singkat.

"Wah, jauh sekali! Pasti melelahkan. Nanti saya siapkan makanan terbaik untuk kakak," kata gadis itu dengan antusias sebelum pergi ke dapur.

Saat Wilson Xia menunggu makanan, percakapan di meja sebelah menarik perhatiannya. Dua pria paruh baya sedang berdiskusi dengan penuh semangat.

"Hari ini hari terakhir tantangan Putri Lian Yu loh!" kata seorang pemuda yang kira-kira berusia 30 tahun dengan pedang di punggungnya.

"Iya, sayang sekali sudah hampir seminggu sejak putri Lian yu mengadakan tantangan tapi tidak ada yang bisa mengalahkannya," sahut temannya di sisi lain. "Padahal hadiahnya sangat menggiurkan, jika menang bisa menikahi putri Lian Yu dan menjadi menantu gubernur kota."

"Benar.. Sayang sekali.. Andai saja aku berusia di bawah 20 tahun aku pasti akan datang menantang putri Lian Yu. Selain bisa menjadi menantu gubernur kota, aku juga akan mendapatkan pil alam Tao."

Wilson Xia menajamkan pendengaran.

"Benar, bagi kita yang berada di alam kebangkitan, jika ingin menerobos tentu membutuhkan dorongan khusus agar lebih cepat, dan Pil Terobosan Alam Tao pasti menjadi hal yang paling masuk cepat!" lanjut pria pertama. "Bisa langsung membuat orang menembus dari Alam Kebangkitan ke Alam Tao! Belum lagi sang pemenang akan menikahi putri tercantik di kota ini."

Wilson Xia hampir tersedak mendengar kata "Pil Alam Tao". Pil alam Tao adalah pil yang bisa membantu menerobos dari alam kebangkitan ke alam Tao.

Alam Tao adalah alam yang berada di atas alam kebangkitan.

Selama berlatih dengan gurunya hampir 2 tahun ini, usia Wilson Xia sudah 18 tahun, hanya beberapa bulan lagi 19 tahun.

kuktivasinya juga telah mencapai puncak, selangkah lagi dia akan menerobos. Namun jika dia sudah menerobos ke alam Tao, dia akan lebih percaya diri untuk membalas dendam nantinya.

. . .

Awalnya dia tidak terlalu tertarik dengan tantangan semacam itu. Namun mendengar hadiah Pil Terobosan Alam Tao, minatnya langsung berkobar.

"Putri Lian Yu memang luar biasa," lanjut pria kedua dengan nada kagum. "Kecantikannya di kenal dengan kecantikan nomor satu di kota Beichan, kultivasi di Alam Kebangkitan tingkat tahap puncak, dia juga sosok yang di kenal sebagai jenius yang di pilih langit. Makanya dia berani menantang semua remaja di bawah 20 tahun."

. . .

Gadis pelayan datang membawa makanan, memotong konsentrasi Wilson Xia yang sedang mendengarkan.

"Ini pesanan kakak," katanya sambil meletakkan piring berisi nasi dengan lauk daging yang menggiurkan.

"Terima kasih," Wilson Xia tersenyum. "Oh ya, bisakah kau tunjukkan arah ke kediaman Gubernur Wei?"

Gadis itu terlihat sedikit terkejut. "Kakak mau ikut tantangan Putri Lian Yu?"

"Aku hanya ingin melihat-lihat," jawab Wilson Xia sambil mulai makan dengan lahap.

"Dari sini lurus ke utara sekitar dua kilometer, kakak akan melihat mansion besar dengan pagar emas. Itu kediaman gubernur," jelas gadis itu. "Tapi kakak yakin hanya melihat-lihat? sebaiknya jangan melawan putri Lian Yu, dia sangat kuat. Sudah banyak pemuda kuat yang kalah dari putri."

Wilson Xia hanya tersenyum misterius. "Baik aku paham, aku hanya penasaran saja."

Setelah menghabiskan makanan, dia meletakkan 10 keping perak di atas meja. kemudian Wilson Xia langsung bergegas meninggalkan restoran.

Pil Terobosan Alam Tao terlalu berharga untuk dilewatkan. Lagipula, dia perlu menguji seberapa kuat dirinya sekarang setelah latihan intensif bersama Xuan Chen.

Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 15 : Gubernur Ingin Bertemu

    Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 14 : Hanya Ingin Pil

    Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 13 : Elemen Tubuh Tipe Es

    Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 12 : Pertarungan Di Arena

    Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

    Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 10: Tantangan putri

    Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status