Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 12 : Pertarungan Di Arena

Share

Bab 12 : Pertarungan Di Arena

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2025-08-29 08:00:10

Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin.

Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa."

"izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya."

Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan.

. . .

Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar.

"Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya.

"Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di takdirkan akan datang hari ini." Lelaki itu menjawab sambil matanya terfokus pada kerumunan yang hadir.

. . .

Di arena pertandingan, Chen Wulong sudah menyerang ke arah putri Lian Yu.

"Kipas Ribuan Pedang!"

*Swish! Swish! Swish!

Dari kipas yang dikibaskan muncul kilatan-kilatan angin di sertai pedang kecil yang melesat ke arah Putri Lian Yu. Ratusan bahkan ribuan pedang energi berukuran kecil terbang dengan kecepatan tinggi, menutupi seluruh area di sekitar sang putri.

Para penonton langsung terkesima melihat jurus spektakuler tersebut.

"Luar biasa! Jurus macam apa itu? apakah ini jurus tingkat bumi?"

"Bodoh, apakah kamu pikir keterampilan tingkat bumi semudah itu di dapatkan?"

"Ah.. Benar juga. Tapi Gerakan tangannya terlalu cepat! Aku bahkan tidak bisa melihat dengan jelas!"

"Pantas saja dia disebut jenius! Teknik seperti itu pasti membutuhkan latihan bertahun-tahun!"

Diskusi yang di penuhi kejutan tak henti-hentinya di lontarkan dari ribuan orang yang hadir disini.

Memang benar, gerakan tangan Chen Wulong saat mengayunkan kipas sangat cepat hingga mata biasa tidak mampu mengikuti. Sebagian besar penonton hanya melihat bayangan samar dan kilatan cahaya yang menyilaukan. Hanya beberapa orang yang kuktivasinya berada di alam Tao ke atas yang bisa melihatnya dengan jelas.

Tentu saja selain mereka, ada orang lain yang bisa melihat dengan jelas, yaitu Wilson Xia.

Wilson Xia bisa melihat dengan jelas setiap gerakan yang dilakukan Chen Wulong. Bahkan dia bisa menganalisis kelemahan dari teknik tersebut.

Di bandingkan dengan petir malapetaka langit yang sering dia gunakan untuk menempa fisik, kecepatan yang di perlihatkan Chen Wulong ini seperti siput.

"Jurusnya memang terlihat menakjubkan, tapi terlalu fokus pada kecepatan dan terlalu banyak celah, tidak ada kekuatan mutlak. Jika lawannya bisa mengimbangi kecepatan itu atau mampu menyerang balik dengan kekuatan yang lebih kuat, pasti jurus ini mudah di patahkan, lalu jika menggunakan kelemahan untuk mematahkan jurus, teknik ini pasti sangat mudah diatasi," gumam Wilson Xia dalam hati.

Di atas arena, Putri Lian Yu merespons serangan Chen Wulong dengan tenang. Dari balik gaunnya, dia mengeluarkan sebuah cambuk berwarna perak yang langsung memancarkan aura dingin seperti es. Suhu di sekitar arena bahkan turun beberapa derajat.

Dengan ayunan cambuk yang terlihat sederhana, Putri Lian Yu langsung mengayunkan cambut menabrak ribun bayangan pedang kecil.

Lalu..

Kacha..Kacha...kacha.!!

Putri Lian Yu dengan mudah menghancurkan semua serangan pedang kecil Chen Wulong. Setiap kali cambuk bergerak, puluhan pedang energi langsung hancur berkeping-keping.

*Crack! Crack! Crack!*

Dalam waktu kurang dari sepuluh detik, seluruh serangan "Kipas Ribuan Pedang" sudah diluluhlantakkan.

Chen Wulong tampak terkejut melihat jurusnya yang diandalkan dihancurkan dengan begitu mudah. Namun dia tidak menyerah. Dia menenangkan tangannya yang masih gemetar setelah kipas di tangannya terkena ayunan cambuk.

Wajahnya menjadi serius dan aura di sekitar tubuhnya mulai bergelombang hebat.

"Tidak di sangka, Putri Lian Yu ini sangat kuat. Sepertinya aku terlalu ceroboh. Aku harus serius kali ini. Aku harus mengeluarkan jurus terkuatku!" gumam Chen Wulong sambil mengangkat kipasnya tinggi-tinggi.

"Badai Kematian!"

Kipas di tangannya mulai berputar dengan kecepatan luar biasa. Angin mulai berhembus kencang dari arah Chen Wulong, dan perlahan-lahan badai yang menakutkan mulai terbentuk.

*WHOOOOSH!*

Badai yang dihasilkan sangat dahsyat hingga penonton yang berada di barisan depan harus mundur ratusan kaki. Debu dan daun-daun kering berterbangan ke mana-mana. Bahkan beberapa orang dengan kultivasi rendah sampai kesulitan berdiri karena hempasan angin yang kuat.

"Mundur! Mundur semua!" seseorang berteriak keras.

"Gila! Jurus ini bisa meratakan bangunan, cepat mundur jika kalian tidak ingin mati."

Beberapa saat kemudian semua orang mulai mundur puluhan meter sambil menghela nafas, "Untung kita berhasil mundur tepat waktu, kalau tidak pasti sudah hancur semua!"

Di tengah kerumunan yang panik, Wilson Xia tetap berdiri tenang di tempatnya. Badai sekuat itu tidak berpengaruh sedikitpun padanya. Bahkan pakaiannya tidak bergerak-gerak seolah-olah dia berada di dunia yang berbeda.

Namun yang membuatnya cukup terkejut adalah saat dia melihat sekeliling adanya sosok lain yang juga tidak terpengaruh oleh badai tersebut. Seorang pemuda berambut merah yang berdiri tidak jauh darinya. Pemuda itu juga terlihat sangat tenang, sama seperti Wilson Xia.

"Menarik... ada orang lain yang tidak terpengaruh badai ini." gumam Wilson Xia dalam hati sambil mengamati pemuda berambut merah tersebut.

Di sisi lain, pemuda berambut merah juga merasakan hal yang sama. Matanya melirik ke arah Wilson Xia dengan tatapan terkejut.

"Ada orang yang bahkan lebih tenang dariku saat menghadapi badai ini... dia bahkan tidak bergerak sedikitpun. Kultivasinya pasti tidak sederhana," pikir pemuda berambut merah sambil mengamati Wilson Xia dengan mata yang penuh keingintahuan.

Setelah saling memperhatikan sesaat, keduanya kembali mengalihkan fokus ke pertandingan di arena.

Di tengah badai yang mengamuk, Putri Lian Yu berdiri dengan sangat tenang. Cambuk peraknya bergerak dengan pola yang sederhana, namun setiap ayunan mampu memecah pusaran angin yang mengarah kepadanya.

"Melawan jurus Chen Wulong, dia bahkan tidak menggunakan jurus apapun, sepertinya wanita ini masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Wilson Xia mengamati dengan seksama dan menghela napas dalam hati.

"Cambuknya diayun dengan sangat sederhana, tapi efektif. Pemuda Chen Wulong itu nampaknya akan kalah."

Benar saja.

Prediksi Wilson Xia terbukti benar. Meski Chen Wulong sudah mengeluarkan jurus terkuatnya, Putri Lian Yu tampak sama sekali tidak kesulitan menghadapinya. Bahkan dia terlihat bosan dengan pertarungan ini.

Badai mulai melemah, dan Chen Wulong terlihat kehabisan napas. Keringat bercucuran dari wajahnya, sementara Putri Lian Yu masih berdiri dengan postur yang sama elegantnya.

"Hah... hah... hah..." Chen Wulong terengah-engah berat.

Akhirnya, dengan suara yang lemah dan penuh kekecewaan, Chen Wulong mengangkat tangan.

"Putri, aku mengaku kalah."

Kerumunan penonton menjadi hening. Jenius muda yang mereka banggakan ternyata tidak mampu bertahan bahkan sepuluh menit melawan Putri Lian Yu.

Chen Wulong turun dari arena dengan kepala tertunduk malu. Kepercayaan dirinya yang tinggi di awal pertandingan kini hancur berantakan.

Namun sebelum suasana menjadi terlalu tenang, tiba-tiba sosok pemuda berambut merah yang tadi tidak terpengaruh badai melompat naik ke atas platform.

"Putri Lian Yu," suara pemuda itu terdengar keras dan penuh percaya diri. "Izinkan saya menjadi penantang berikutnya."

Semua mata kembali tertuju ke arena. Wilson Xia mengamati pemuda berambut merah itu dengan lebih serius. Dari aura yang dipancarkan, dia bisa merasakan bahwa pemuda ini jauh lebih kuat daripada Chen Wulong.

"Kira-kira mana yang lebih kuat ya antara putri Lian Yu atau pemuda berambut merah itu" Wilson Xia bergumam pada dirinya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 15 : Gubernur Ingin Bertemu

    Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 14 : Hanya Ingin Pil

    Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 13 : Elemen Tubuh Tipe Es

    Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 12 : Pertarungan Di Arena

    Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

    Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 10: Tantangan putri

    Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status