Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 3 Bertemu orang baik

Share

Bab 3 Bertemu orang baik

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2024-07-19 06:10:38

Di saat yang sama, Wilson Xia tidak mengetahui bahwa semua yang dia lakukan di dalam hutan di lihat oleh seorang lelaki tua yang berbaring di atas pohon sambil meminum anggur labu.

Lelaki tua ini terlihat sangat berantakan, rambut dan pakaiannya sangat tidak rapi, bahkan jika ada orang yang berada di sampingnya, mereka akan mencium bau alkohol yang sangat kuat dari lelaki ini.

Meskipun lelaki tua ini terlihat sangat lusuh, tapi dia bisa berbaring di salah satu batang pohon dengan stabil tanpa takut akan jatuh.

Lelaki tua ini memperhatikan Wilson Xia dari awal memasuki hutan, memetik buah pir, menanam biji buah pir itu semua di saksikan olehnya dengan penuh minat.

Pada awalnya lelaki Tua ini tidak tertarik melihat Wilson Xia, sebab dia tau Wilson Xia adalah orang yang cacat. kultivasinya sudah hancur dan tidak ada bedanya dengan manusia biasa.

Jadi dia mengabaikan pemuda ini dan hanya berbaring malas di atas pohon sambil memegang anggur di tangan kirinya dan di tangan kanannya memegang daging panggang yang sangat besar.

Tapi ketika dia melihat Wilson Xia yang kelaparan bisa mengendalikan diri ketika melihat buah pir yang sangat banyak dan hanya mengambil seperlunya saja, bahkan masih menanam biji buah pir di hutan ini, Lelaki tua ini merasa tertarik dengan Wilson Xia.

"Bocah yang menarik!" Lelaki tua itu bergumam sambil terus meneguk labu anggur.

"Sangat sulit menemukan orang seperti ini, aku bahkan sudah melihat ratusan juta orang di berbagai tempat, tapi untuk orang seperti ini bisa di hitung dengan jari, Sepertinya bocah ini layak di selamatkan."

Gumam lelaki tua itu lagi sambil memegang dagu.

Menurut pandangan lelaki tua ini, dari semua orang yang menurutnya cukup baik, Wilson Xia ini adalah yang paling menarik. Pada saat Wilson Xia meninggalkan hutan, lelaki tua itu juga langsung turun dari atas pohon dan berjalan ke sisi lain hutan.

. . .

Di sisi lain.!!!

Setelah setengah hari berjalan, Wilson Xia melihat ada kepulan asap yang menandakan di sisi itu ada pemukiman. Hanya saja agar bisa sampai di lokasi tersebut dia harus melewati satu bukit lagi.

Dia beristirahat sejenak karena dia lelah berjalan, dia juga memakan buah pir terakhir dan kembali menanam biji buah pir itu di tempat dia beristirahat.

Kemudian dia kembali berjalan. Tapi Kali ini dia berjalan lebih lambat, dia merasa luka di perutnya semakin bertambah sakit. Sambil menahan rasa sakit, dia terus berjalan selangkah demi selangkah, sebab Wilson Xia tidak punya pilihan.

Dia tidak ingin mati sekarang. Bahkan jika bisa, dia ingin berkultivasi lagi dan membalas dendam pada orang-orang yang membuatnya menderita seperti ini.

. . .

Tanpa terasa 3 jam Wilson Xia berjalan hingga dia sampai di bukit terakhir. Awalnya dia berfikir dia akan melihat pemukiman penduduk, tapi ternyata itu hanya asap yang di hasilkan dari seseorang yang sedang memanggang daging rusa, dan disini juga hanya ada rumah bobrok satu-satunya.

Kenapa dia menyebut itu bobrok, karena itu adalah rumah yang lebih mirip seperti pondok yang terbuat dari jerami.

Dengan nafas yang masih terengah-engah Wilson Xia bertanya pada lelaki tua yang ada di depannya..

"Permisi tuan, bolehkah aku bertanya ini di wilayah mana? Dan berapa jauh dari kerajaan Tianmen?"

Tapi lelaki tua itu bukannya menjawab, dia malah melihat Wilson Xia yang menyedihkan dan bertanya, "Apa kau lapar?"

Wilson Xia juga tidak marah ketika lelaki ini tidak menjawab pertanyaannya. Kemudian dia berkata, "Terimakasih tuan, aku sudah makan" Ucap Wilson Xia dengan sopan.

Hanya saja, meskipun dia berkata demikian, perutnya tidak bisa berbohong...

"Kruak"

"kruak"

"kruak"

Bau yang sangat harum dari daging rusa bakar ini membuatnya kembali merasa lapar. Lelaki tua itu juga tidak banyak berkata-kata, dia merobek satu paha rusa yang masih di panggang di bara api, lalu memberikannya pada Wilson Xia.

"Makanlah..."

Ucap lelaki tua itu dengan datar...

Lalu lelaki tua itu juga merobek satu bagian dan memakannya untuk dirinya sendiri..

Sambil makan lelaki itu juga akan minum anggur dengan tegukan besar.

Melihat ini, Wilson Xia juga tidak ragu lagi.

"Terima kasih!"

Lalu dia duduk di sisi lain dan mulai menggigit daging yang di berikan lelaki tua itu.

Baru merasakan gigitan pertama, mata Wilson Xia langsung berbinar.

"Daging ini sangat enak,"

Wilson Xia berkata dalam hati.

Dengan cepat Dia menghabiskan daging itu. Menurutnya ini adalah daging terenak yang pernah dia makan seumur hidup.

Lelaki itu juga mengangguk puas ketika melihat Wilson Xia makan dengan lahap. Lalu dia mengambil potongan lain yang lebih besar dan memberikan padanya

"Mau lagi?"

Lelaki itu bertanya lagi.

"Terimakasih senior."

Wilson Xia mengangguk dengan sopan.

"Mau anggur?"

Tanya lelaki itu lagi.

"Umm!" Angguk Wilson Xia.

. . .

Meskipun Wilson Xia tidak pernah minum anggur, tapi dia tetap mengangguk pada lelaki tua itu, bagaimana pun dia tidak bisa menolak kebaikan orang di depannya.

Lelaki itu juga langsung menuangkan tiga tetes anggur ke dalam mangkuk dan menyerahkannya pada Wilson Xia.

"Cobalah!"

Lelaki tua itu menyerahkan anggur sambil tersenyum penuh arti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 15 : Gubernur Ingin Bertemu

    Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 14 : Hanya Ingin Pil

    Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 13 : Elemen Tubuh Tipe Es

    Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 12 : Pertarungan Di Arena

    Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

    Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 10: Tantangan putri

    Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status