Home / Thriller / Langkah Dewi : Warisan Rahasia / Bab 15 – Pengkhianat dalam Bayangan

Share

Bab 15 – Pengkhianat dalam Bayangan

Author: T.Y.LOVIRA
last update Huling Na-update: 2025-09-15 10:50:10

“Cincin itu… bukan sekadar tanda. Itu sumpah.”

Suara Park bergema di ruang sempit kuil, membuat Dewi merinding. Kilatan logam dingin dari cincin besi di tangannya terasa lebih tajam daripada pisau.

Ji-hoon tidak menurunkan pistol. “Jangan coba-coba bermain drama. Banyak orang bisa memalsukan simbol itu.”

Park mendekat setengah langkah, nafasnya berat. “Kalau ini palsu, kenapa kunci busur Ayahmu merespons?”

Dewi menoleh spontan. Busur di punggungnya tiba-tiba bergetar halus, seperti ikut mengenali cincin itu.

“Tidak…” bisiknya. “Ini benar-benar terhubung.”

Ji-hoon mengumpat lirih. “Atau jebakan. Lingkar Bayangan bisa menanamkan chip apapun ke logam lama itu.”

Park menatap Dewi lurus. “Kau harus memilih. Percaya aku… atau percaya padanya.”

Suasana menegang. Hanya suara tetesan air dari dinding batu yang terdengar, berpacu dengan detak jantung Dewi yang semakin cepat.

Ia teringat lagi suara di helikopter: Jangan percaya siapa pun. Bahkan Ji-hoon.

Tangannya gemetar, matanya berp
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 106 — “Gerbang yang Memakan Nama”

    “Kalian belum mengenal ketakutan sampai hutan ini menyebut nama kalian.”Kalimat itu masih menggema ketika kegelapan menelan mereka utuh. Damar meraba dinding-dinding lorong yang terasa basah—bukan seperti tanah, melainkan seperti daging raksasa yang berkedut pelan. Arka menghidupkan lampu senter, tapi cahaya itu terhisap seperti ditelan udara.“Cahayanya… hilang?” Arka Berbisik.“Lorong ini memangsa energi,” jawab pria inteligen lingkungan, suaranya pelan tapi stabil.Rin memegang lengan Damar erat-erat, nafasnya tidak teratur.“Damar, aku dengar… suara langkah lain.”Damar menajamkan pendengaran.Bukan langkah manusia.Bukan hewan.Seperti suara tulang yang diseret—pelan, irama aneh, seakan makhluk itu berjalan mundur.Lorong itu makin gelap.Makin dingin.Makin sempit.Sampai tiba-tiba…lorong berdenyut, dan di dinding-dindingnya muncul sesuatu.Nama.Ratusan nama, terukir seperti goresan kuku manusia.Beberapa memudar.Beberapa bersinar merah.Beberapa… meneteskan cairan hitam.Ar

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 105 — “Hutan yang Tidak Pernah Ada di Peta”

    “Tidak semua hutan tumbuh dari tanah. Ada hutan yang tumbuh dari rahasia.”Gelap itu tidak hilang.Ia melebar, mengembang seperti kabut hitam yang hidup dan merayap ke kulit seperti udara dingin dari dasar bumi.Tiga langkah setelah masuk—Damar berhenti.Rin terhuyung, Arka menahan tubuhnya.Udara berubah kental, seperti lendir tak terlihat.Pria itu—si intelijen lingkungan—menghentikan mereka dengan tangan terangkat.“Jangan bergerak. Dunia ini punya cara menolak pendatang.”Damar melihat sekeliling.Hutan.Tapi bukan hutan biasa.Pohon-pohon di sini tidak tumbuh lurus. Mereka membengkok seperti tulang belakang naga.Daun-daunnya transparan, memantulkan bayangan-bayangan yang bukan milik mereka.Tanahnya seperti pasir basah, tetapi tidak ada jejak kaki selain milik mereka.Rin berbisik, suara nyaris hilang:“Ini… bukan Indonesia. Bukan bumi. Bukan—”Intelijen itu menjawab pelan:“Ini dunia yang Arsitek gunakan untuk menyembunyikan apa pun yang mereka curi.”“Termasuk manusia.”Ia be

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 104 — “Jejak yang Hanya Bisa Dibaca oleh Mereka yang Pernah Hilang”

    “Ada jejak yang tidak bisa ditangkap kamera, tidak bisa dicium satwa, tidak bisa ditangkap radar. Hanya manusia yang pernah hampir hilang yang bisa melihatnya.”Pintu kecil di ujung lorong itu menganga seperti mulut gua purba.Tidak ada cahaya, tidak ada suara.Hanya hembusan udara dingin—dingin yang menusuk seperti berasal dari hutan yang sudah mati.Damar maju satu langkah.Arka menahan lengannya.“Kau gila? Kita tidak tahu apa yang ada di dalam.”Damar menatap gelap itu, rahangnya mengeras.“Yang aku tahu, Dewi ada di sana.”Rin merapatkan jaketnya. “Kalau kita masuk, tidak ada jaminan kita bisa kembali.”Damar menatap mereka berdua.“Kalau Dewi tidak kembali, untuk apa kita pulang?”Keheningan menampar mereka semua.Kesetiaan memang tidak punya logika—dan malam itu, mereka tak punya apa-apa selain itu.Saat langkah Damar mendekati pintu itu, suara samar memecah kegelapan.Langkah.Pelan.Beraturan.Seperti seseorang berjalan di atas tanah basah.Arka siap menarik pistol—tapi Rin m

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 103 — “Ketika Nama Dipanggil yang Tidak Boleh Dijawab”

    “Ada nama-nama yang jika dipanggil, dunia bergetar. Dan ketika Dewi mendengarnya—ia tahu dirinya tak bisa mundur lagi.”Duum—duum—duum.Suara dentuman logam bergema dari pintu baja yang menutup otomatis.Tak ada listrik, tak ada sensor, tak ada sistem.Namun pintu itu… menutup seperti sesuatu dari luar mengunci mereka.Rin menyalakan senter kecil. Cahaya tipis itu hanya mampu membelah kegelapan beberapa langkah ke depan.“Ini gila…” gumamnya. “Itu bukan kerusakan sistem. Itu… kehendak.”Damar meraih bahu Dewi, berusaha menenangkan suaranya.“Dewi, dengarkan aku. Apa pun yang memanggilmu… jangan jawab.”Dewi menoleh perlahan.Senyumnya tipis, tidak terlalu tenang, tapi tidak sepenuhnya takut.“Masalahnya bukan aku tidak ingin menjawab.”Ia menatap kegelapan.“Masalahnya… namaku sedang ditarik.”Kata-katanya membuat seluruh ruangan membeku.Suara dari layar yang sebelumnya tak bermakna kini berubah.Bahasanya perlahan menjadi lebih… manusiawi.Seolah menyesuaikan diri.“Dewi… Dewi Rahma

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 102 — “Yang Kembali Bukan Lagi Yang Sama”

    “Ketika cahaya padam, yang tersisa bukan gelap… melainkan kebenaran yang tak pernah diizinkan muncul.” “DEWI!!” Teriakan Damar menggetarkan lorong NURANI ketika satu tubuh terjatuh dari pusaran cahaya hitam di langit atap yang sudah retak. Logam meledak, kabel terputus, percikan listrik berlari seperti ular api. Arka merayap—masih pincang—dan membantu menggeser reruntuhan. Tubuh itu tergeletak, rambut acak-acakan, pakaian setengah hangus oleh energi yang terlihat seperti bukan milik dunia ini. Rin menutup mulutnya. “Itu… itu Dewi… tapi kenapa wajahnya—” Damar mengamati lebih dekat. Detak jantungnya membeku Kelopak mata Dewi bergetar, lalu terbuka perlahan. Rin terengah. “Astaga… iris matanya berubah.” Iris itu bukan hijau seperti biasanya. Bukan cokelat. Melainkan dua lapisan, seakan-akan ada dua jiwa yang berebut tempat. Lapisan pertama: lembut, familiar—Dewi. Lapisan kedua: hitam pekat, berputar seperti pusaran mini—entitas yang bukan manusia. Arka menelan ludah. “

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 101 — “Sosok Tanpa Bayangan”

    “Terkadang, bahaya terbesar bukan yang mengejarmu…tetapi yang berdiri tepat di belakangmu saat kau memilih.”Dewi membeku.Tangan dingin itu menggenggam pergelangannya—kokoh, tenang, dan terasa… nyata. Bukan seperti ilusi cahaya di ruang lingkaran. Semua suara cahaya, semua kesadaran digital, bahkan gema ayahnya—mendadak redup. Seolah sosok yang memegangnya memiliki otoritas lebih tinggi di ruang ini.Dewi berbalik perlahan.Dan nafasnya hampir patah.Seorang pria berdiri di sana. Tinggi, berwajah teduh namun misterius, tubuhnya memantulkan cahaya seolah ia bukan manusia… tapi bukan pula entitas data. Matanya hitam pekat, tanpa bayangan, seakan menelan seluruh cahaya ruang itu.Kesadaran Ayah Dewi bereaksi pertama kali.“Kau… tidak seharusnya ada di sini.”Suara Rizal retak, terdistorsi seolah ruangan menolak kehadiran pria itu.Sosok itu tidak menoleh.Ia hanya menatap Dewi.“Jika kau memilih salah satu dari tiga takdir itu… dunia akan hancur lebih cepat dari yang mereka rancang.”D

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status