Share

Tidak Bersalah

Ibu Deril, dengan ragu, membela Velma. “Ini semua kecelakaan Ril.  Velma juga nggak nyangka kejadiannya bakal kaya gini.” 

Velma menganggukkan kepalanya cepat. “Iya, Kak. Aku Cuma iseng.” Bagaimana mungkin sebuah keisengan itu, berakir seperti ini?

“Iseng? Vel, kamu mengurung Anira di tempat asing, malam-malam sendirian! Kalau nggak ada kejadian ini, sampai kapan kamu mau mengurung dia di sana?!”

Velma mengkerut,  gemetar. Deril tidak pernah semarah ini, padanya.   “Toh, dia bisa keluar juga kan.” Dia tidak akan pernah mengakui, kalau dia berniat membiarkan Anira semalaman di sana.

Seorang temannya bekerja di perpustakaan itu, dan dia sudah meminta, temannya itu untuk datang pagi sekali, dan mengeluarkan  Anira dari sana.

“Dia beruntung ketemu orang baik! Gimana kalau orang itu jahat?  Kamu nggak  mikir sama sekali!”

“Ril, udah jangan marahi adik kamu lagi. Marah nggak akan menyelesaikan apapun.”

“Ma, coba kalau Velma diperlakukan kaya gitu! Apa mama masih bisa seperti ini?”

Ibu Deril terdiam. Dia juga menyadari kalau anaknya salah, tapi dia tidak tega melihat Velma sampai menangis seperti itu.

“Deril! Jangan ngomong seperti itu ke mama kamu!” Tidak tahan lagi, ayah Deril juga ikut menyela. “Daripada berdebat di sini, sekarang yang terpenting adalah  melihat keadaan ayah Anira! Kamu juga, sebelum ini  tidak pernah mengatakan apapun, tentang hubungan kamu dengan Anira.”

Mulut Deril langsung bagai terkunci, mengingat kembali alasan kenapa dia tidak ingin mengatakan semuanya pada keluarganya, apakah itu kesalahan?  

Namun, apa yang dikatakan ayahnya itu benar, dia tidak bisa hanya berdebat di sini. Anira saat ini pasti sedang sangat terpukul. Dia ingin menemui dan menenangkan gadis itu. Namun, apakah kehadirannya dibutuhkan saat ini?  

Apa dia tidak hanya menambah luka gadis itu saja?

“Tunggu apa lagi! Kita pergi sekarang!”

“Pa, aku nggak ikut!” Velma menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menemui  Anira sekarang! Dia tidak berani.

“Ya sudah, kamu di sini saja dulu, biar mama sama papa dan kakak kamu ke sana.”

“Nggak! Velma harus ikut! Dia harus minta maaf!”

“Pa ....”

Raut memelas anaknya, tidak menyentuh hati  ayah Deril sama sekali. Velma sudah kelewatan kali ini, dan dia tidak bisa lewat dari masalah ini begitu saja.

“Pa, jangan gitu. Biarkan Velma tenang dulu.” Ibu Deril memegang lengan suaminya itu dengan pandangan  tidak setuju.  

“Kali ini, mama jangan ikut campur. Velma akan mematuhi perkataan papa!”

Dari awal sampai akhir, Reksa sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya menatap pertengkaran itu berlangsung. Meski beberapa kali Velma melempar pandangan ke arahnya,  Reksa seolah tidak melihat itu semua.  

“Kak, please. Kakak nggak akan maksa aku ke sana kan? Aku bener-bener nggak tahu kalau kejadiannya akan kaya gini.”  

Velma mencoba memohon pada Reksa, saat ini hanya pria ini harapannya. “Bilang sama Papa, Kak.”

Reksa  mendorong  tangan Velma yang mencengkram lengannya perlahan. “Kenapa, kamu melakukan hal seperti itu?” tanyanya.

Velma tertegun, kenapa semua orang bersikap seperti ini padanya? Dia sama sekali tidak sengaja! Kenapa juga ayah Anira harus keluar mencari anaknya? Pria itu yang tidak berhati-hati di jalanan!

Bukan dia yang menabrak ayah  perempuan itu. Kenapa semuanya bersikap kalau dia baru saja membunuh orang!

“Aku kan sudah bilang, Kak! Aku nggak tahu kejadiannya akan seperti ini! Aku Cuma mau bikin perempuan itu kapok!” serunya frustrasi.   Memangnya karena siapa dia melakukan ini semua?

“Velma!”   Suara ayahnya naik beberapa oktaf, bahu Velma berjengit, kaget.  

Tidak ada lagi yang berani melawan, meski wajahnya  pucat pasi, Velma akhirnya berjalan mengikuti orang tuanya.  Deril menghela napas panjang. Dia  menatap Velma kecewa, dia tidak ingin berbicara dengan adiknya itu saat ini.

Dia hanya bisa berharap, semoga ayah Anira segera sadar, dan mereka bisa melewati badai ini, atau dia tidak akan pernah mampu lagi menatap kekasihnya itu. Reksa mengikuti di sebelah Deril.

Sesampainya di rumah sakit, mereka tidak menemukan   Anira dan ibunya, karena mereka masih di rumah.

“Anira dan Tante masih istirahat di rumah. Semalaman mereka nunggu di rumah sakit.” 

Semuanya menatap Reksa. Kalau memang begitu, kenapa Reksa tidak mengatakan semuanya sejak awal?  Namun, tidak ada yang membuka mulut, menanyakan hal itu.

Velma diam-diam menghembuskan napas lega.   Dan reaksinya itu tidak luput dari pandangan Reksa. Pria itu menatap sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Lo juga udah semalaman nemenin mereka di sini. Mending sekarang, lo balik buat istirahat. Biar gue yang di sini, nungguin Om.”

Reksa melihat jam tangannya, menghitung kemungkinan  Anira dan ibunya kembali ke rumah sakit. Baru kemudian dia menganggukkan kepalanya.   Reksa berpamitan pada orangtua  Deril, lalu pergi dari sana.

Sekarang hanya tersisa Deril dan keluarganya yang berdiri canggung tanpa tahu harus melakukan apa.   Mau pulang, mereka tidak enak. Akhirnya semuanya hanya bisa menunggu di depan ruang ICU, tempat ayah Anira dirawat.

“Kenapa kamu nggak pernah  jujur tentang hubungan kamu dan Anira?” Ayah Deril memecah kesunyian itu.

“Karena aku takut kejadiannya akan seperti ini,” gumam  Deril lirih. “Velma tahu, aku mau melamar Anira, karena itu dia melakukan hal itu.”

Pria paruh baya itu menghela napas panjang, dengan sifat Velma, dia bisa melihat kalau itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan anak perempuannya itu.

“Kalau dia nggak ganjen sama kakak dan kak Reksa, aku juga nggak akan melakukan semua ini!”

“Pelankan suara kamu! Ini rumah sakit!”

Velma buru-buru menundukkan kepalanya, mendengar amarah ayahnya, dia memang paling takut pada ayahnya itu.

Deril sudah lelah menjelaskan pada Velma, kalau Anira sama sekali tidak seperti itu.  Velma memiliki pandangan buruk tentang  Anira, dan itu bukan sesuatu yang bisa berubah dalam semalam.   

Deril terlalu malas, membenarkan persepsi keliru itu.

Hampir satu jam mereka menunggu di sana, barulah Anira dan ibunya kembali.  Deril buru-buru menghampiri kekasihnya itu, tapi Anira melengos,  menghindari sentuhan Deril.

“Untuk apa kalian ke sini?” tanyanya  murka.   

“Nir, aku ....”

“Bicara dari situ saja! Lo nggak lihat, Anira sama sekali nggak mau ketemu lo!” Seorang pria tinggi besar, berdiri di depan Anira, siap pasang badan, untuk menjauhkan Deril dari Anira.  

“Leo, please. Gue perlu  ngomong sama Anira!”

“Tapi, adek gue, nggak mau ngomong sama lo!” Leo sama sekali tidak bisa menahan amarahnya. Wajah kakak Anira itu terlihat bengis, menahan amarah.

Kakak Anira itu baru saja sampai, karena itu pula, Anira dan ibunya kembali lebih cepat ke rumah sakit. Leo benar-benar naik darah, ketika mendengar apa yang terjadi dari Anira.

Kalau bukan karena mereka di rumah sakit, mungkin tinju Leo saat ini sudah bersarang di wajah  Deril saat  ini.

“Leo, jangan kasar!”    

Leo  menahan diri menuruti perkataan ibunya itu, meski begitu mataya masih menatap tajam Deril.

Sebelum suasana menjadi semakin buruk, ayah Deril bergegas maju. “Kami sudah mendengar semua yang terjadi. Kami ke sini, hendak minta maaf, atas kelakuan Velma.” Ayah dan ibu Deril menundukkan kepalanya.  Velma yang dipaksa juga ikut menundukkan kepalanya, meski setengah terpaksa.

“Velma hanya berniat menjahili Anira, sama sekali tidak menduga kalau kecerobohannya akan menyebabkan semua ini, tapi dia sama sekali tidak memiliki niat jahat.” Dengan tenang, ayah Deril mulai berbicara. “Tapi, Anira, kamu tenang saja, kami akan bertanggung jawab, dan menanggung semua biaya pengobatan papa kamu sampai sembuh.”

“Ya, kalian tenang saja, kami akan menanggung biayanya, meskipun bukan Velma yang menyebabkan ayah kamu kecelakaan!”

Raut wajah semuanya langsung berubah mendengar kalimat yang diucapkan ibu Deril itu.  Bahkan ibu  Anira yang sejak semalam masih berusaha sabar, kini wajahnya berubah pias.

Apa itu adalah kalimat yang harus diucapkan saat ini? Jadi, menurut keluarga Deril, Velma sama sekali tidak bersalah, dan mereka harus berterima kasih, karena kemurahan hati keluarga Deril untuk bertanggung jawab?

“Pergi! Kalian pergi dari sini!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status