Home / Romansa / Lara Cinta / Tidak Bersalah

Share

Tidak Bersalah

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2023-06-09 22:40:50

Ibu Deril, dengan ragu, membela Velma. “Ini semua kecelakaan Ril.  Velma juga nggak nyangka kejadiannya bakal kaya gini.” 

Velma menganggukkan kepalanya cepat. “Iya, Kak. Aku Cuma iseng.” Bagaimana mungkin sebuah keisengan itu, berakir seperti ini?

“Iseng? Vel, kamu mengurung Anira di tempat asing, malam-malam sendirian! Kalau nggak ada kejadian ini, sampai kapan kamu mau mengurung dia di sana?!”

Velma mengkerut,  gemetar. Deril tidak pernah semarah ini, padanya.   “Toh, dia bisa keluar juga kan.” Dia tidak akan pernah mengakui, kalau dia berniat membiarkan Anira semalaman di sana.

Seorang temannya bekerja di perpustakaan itu, dan dia sudah meminta, temannya itu untuk datang pagi sekali, dan mengeluarkan  Anira dari sana.

“Dia beruntung ketemu orang baik! Gimana kalau orang itu jahat?  Kamu nggak  mikir sama sekali!”

“Ril, udah jangan marahi adik kamu lagi. Marah nggak akan menyelesaikan apapun.”

“Ma, coba kalau Velma diperlakukan kaya gitu! Apa mama masih bisa seperti ini?”

Ibu Deril terdiam. Dia juga menyadari kalau anaknya salah, tapi dia tidak tega melihat Velma sampai menangis seperti itu.

“Deril! Jangan ngomong seperti itu ke mama kamu!” Tidak tahan lagi, ayah Deril juga ikut menyela. “Daripada berdebat di sini, sekarang yang terpenting adalah  melihat keadaan ayah Anira! Kamu juga, sebelum ini  tidak pernah mengatakan apapun, tentang hubungan kamu dengan Anira.”

Mulut Deril langsung bagai terkunci, mengingat kembali alasan kenapa dia tidak ingin mengatakan semuanya pada keluarganya, apakah itu kesalahan?  

Namun, apa yang dikatakan ayahnya itu benar, dia tidak bisa hanya berdebat di sini. Anira saat ini pasti sedang sangat terpukul. Dia ingin menemui dan menenangkan gadis itu. Namun, apakah kehadirannya dibutuhkan saat ini?  

Apa dia tidak hanya menambah luka gadis itu saja?

“Tunggu apa lagi! Kita pergi sekarang!”

“Pa, aku nggak ikut!” Velma menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menemui  Anira sekarang! Dia tidak berani.

“Ya sudah, kamu di sini saja dulu, biar mama sama papa dan kakak kamu ke sana.”

“Nggak! Velma harus ikut! Dia harus minta maaf!”

“Pa ....”

Raut memelas anaknya, tidak menyentuh hati  ayah Deril sama sekali. Velma sudah kelewatan kali ini, dan dia tidak bisa lewat dari masalah ini begitu saja.

“Pa, jangan gitu. Biarkan Velma tenang dulu.” Ibu Deril memegang lengan suaminya itu dengan pandangan  tidak setuju.  

“Kali ini, mama jangan ikut campur. Velma akan mematuhi perkataan papa!”

Dari awal sampai akhir, Reksa sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya menatap pertengkaran itu berlangsung. Meski beberapa kali Velma melempar pandangan ke arahnya,  Reksa seolah tidak melihat itu semua.  

“Kak, please. Kakak nggak akan maksa aku ke sana kan? Aku bener-bener nggak tahu kalau kejadiannya akan kaya gini.”  

Velma mencoba memohon pada Reksa, saat ini hanya pria ini harapannya. “Bilang sama Papa, Kak.”

Reksa  mendorong  tangan Velma yang mencengkram lengannya perlahan. “Kenapa, kamu melakukan hal seperti itu?” tanyanya.

Velma tertegun, kenapa semua orang bersikap seperti ini padanya? Dia sama sekali tidak sengaja! Kenapa juga ayah Anira harus keluar mencari anaknya? Pria itu yang tidak berhati-hati di jalanan!

Bukan dia yang menabrak ayah  perempuan itu. Kenapa semuanya bersikap kalau dia baru saja membunuh orang!

“Aku kan sudah bilang, Kak! Aku nggak tahu kejadiannya akan seperti ini! Aku Cuma mau bikin perempuan itu kapok!” serunya frustrasi.   Memangnya karena siapa dia melakukan ini semua?

“Velma!”   Suara ayahnya naik beberapa oktaf, bahu Velma berjengit, kaget.  

Tidak ada lagi yang berani melawan, meski wajahnya  pucat pasi, Velma akhirnya berjalan mengikuti orang tuanya.  Deril menghela napas panjang. Dia  menatap Velma kecewa, dia tidak ingin berbicara dengan adiknya itu saat ini.

Dia hanya bisa berharap, semoga ayah Anira segera sadar, dan mereka bisa melewati badai ini, atau dia tidak akan pernah mampu lagi menatap kekasihnya itu. Reksa mengikuti di sebelah Deril.

Sesampainya di rumah sakit, mereka tidak menemukan   Anira dan ibunya, karena mereka masih di rumah.

“Anira dan Tante masih istirahat di rumah. Semalaman mereka nunggu di rumah sakit.” 

Semuanya menatap Reksa. Kalau memang begitu, kenapa Reksa tidak mengatakan semuanya sejak awal?  Namun, tidak ada yang membuka mulut, menanyakan hal itu.

Velma diam-diam menghembuskan napas lega.   Dan reaksinya itu tidak luput dari pandangan Reksa. Pria itu menatap sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Lo juga udah semalaman nemenin mereka di sini. Mending sekarang, lo balik buat istirahat. Biar gue yang di sini, nungguin Om.”

Reksa melihat jam tangannya, menghitung kemungkinan  Anira dan ibunya kembali ke rumah sakit. Baru kemudian dia menganggukkan kepalanya.   Reksa berpamitan pada orangtua  Deril, lalu pergi dari sana.

Sekarang hanya tersisa Deril dan keluarganya yang berdiri canggung tanpa tahu harus melakukan apa.   Mau pulang, mereka tidak enak. Akhirnya semuanya hanya bisa menunggu di depan ruang ICU, tempat ayah Anira dirawat.

“Kenapa kamu nggak pernah  jujur tentang hubungan kamu dan Anira?” Ayah Deril memecah kesunyian itu.

“Karena aku takut kejadiannya akan seperti ini,” gumam  Deril lirih. “Velma tahu, aku mau melamar Anira, karena itu dia melakukan hal itu.”

Pria paruh baya itu menghela napas panjang, dengan sifat Velma, dia bisa melihat kalau itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan anak perempuannya itu.

“Kalau dia nggak ganjen sama kakak dan kak Reksa, aku juga nggak akan melakukan semua ini!”

“Pelankan suara kamu! Ini rumah sakit!”

Velma buru-buru menundukkan kepalanya, mendengar amarah ayahnya, dia memang paling takut pada ayahnya itu.

Deril sudah lelah menjelaskan pada Velma, kalau Anira sama sekali tidak seperti itu.  Velma memiliki pandangan buruk tentang  Anira, dan itu bukan sesuatu yang bisa berubah dalam semalam.   

Deril terlalu malas, membenarkan persepsi keliru itu.

Hampir satu jam mereka menunggu di sana, barulah Anira dan ibunya kembali.  Deril buru-buru menghampiri kekasihnya itu, tapi Anira melengos,  menghindari sentuhan Deril.

“Untuk apa kalian ke sini?” tanyanya  murka.   

“Nir, aku ....”

“Bicara dari situ saja! Lo nggak lihat, Anira sama sekali nggak mau ketemu lo!” Seorang pria tinggi besar, berdiri di depan Anira, siap pasang badan, untuk menjauhkan Deril dari Anira.  

“Leo, please. Gue perlu  ngomong sama Anira!”

“Tapi, adek gue, nggak mau ngomong sama lo!” Leo sama sekali tidak bisa menahan amarahnya. Wajah kakak Anira itu terlihat bengis, menahan amarah.

Kakak Anira itu baru saja sampai, karena itu pula, Anira dan ibunya kembali lebih cepat ke rumah sakit. Leo benar-benar naik darah, ketika mendengar apa yang terjadi dari Anira.

Kalau bukan karena mereka di rumah sakit, mungkin tinju Leo saat ini sudah bersarang di wajah  Deril saat  ini.

“Leo, jangan kasar!”    

Leo  menahan diri menuruti perkataan ibunya itu, meski begitu mataya masih menatap tajam Deril.

Sebelum suasana menjadi semakin buruk, ayah Deril bergegas maju. “Kami sudah mendengar semua yang terjadi. Kami ke sini, hendak minta maaf, atas kelakuan Velma.” Ayah dan ibu Deril menundukkan kepalanya.  Velma yang dipaksa juga ikut menundukkan kepalanya, meski setengah terpaksa.

“Velma hanya berniat menjahili Anira, sama sekali tidak menduga kalau kecerobohannya akan menyebabkan semua ini, tapi dia sama sekali tidak memiliki niat jahat.” Dengan tenang, ayah Deril mulai berbicara. “Tapi, Anira, kamu tenang saja, kami akan bertanggung jawab, dan menanggung semua biaya pengobatan papa kamu sampai sembuh.”

“Ya, kalian tenang saja, kami akan menanggung biayanya, meskipun bukan Velma yang menyebabkan ayah kamu kecelakaan!”

Raut wajah semuanya langsung berubah mendengar kalimat yang diucapkan ibu Deril itu.  Bahkan ibu  Anira yang sejak semalam masih berusaha sabar, kini wajahnya berubah pias.

Apa itu adalah kalimat yang harus diucapkan saat ini? Jadi, menurut keluarga Deril, Velma sama sekali tidak bersalah, dan mereka harus berterima kasih, karena kemurahan hati keluarga Deril untuk bertanggung jawab?

“Pergi! Kalian pergi dari sini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lara Cinta   Kapan Menikah?

    Reksa lelah menatap Velma. “Berkali-kali juga gue sudah bilang, gue sama sekali nggak ada rasa sama lo?”Kalaupun dia ingin pura-pura buta dan tuli dengan perasaan Velma padanya, sikap gadis itu membuat semuanya mustahil.“Aku Cuma nggak mau membuat suasana di antara kita jadi canggung. Aku sahabat sekaligus rekan bisnis Deril, keluarga kita juga sudah kenal lama. Makanya aku sering nggak ngomong. Cuma aku rasa, aku sudah cukup jelas?”Velma balas menatap Reksa keras kepala. “Aku nggak ngerti! Tante dan Om suka sama aku. Aku rasa, mereka akan senang kalau aku jadi istri kakak.”Biasanya, Reksa hanya akan memberikan alasan kalau Velma masih kecil dan kalau dia tidak berniat dengan anak kuliahan yang bahkan tidak jelas kapan lulusnya.Selain untuk menghindari Velma, Reksa juga berharap gadis itu akan meneruskan kuliahnya yang sudah terbengkalai sekian lama. Hanya saja, kali ini dia tidak bisa hanya bersikap ambigu. Dia sudah memiliki kekasih, dan tidak ingin memumpuk harapan Ve

  • Lara Cinta   Usaha Velma

    Begitu mereka sampai di rumah, Anira dan Reksa keluar dari rumah. Kali ini, Anira tidak bertanya lagi apakah pria itu ingin singgah atau tidak. Keduanya sudah sama-sama tahu, rutinitas pria itu setiap hari.Tetapi, baru keduanya turun dari mobil dan turun beberapa langkah, ponselnya sudah berbunyi nyaring. Dari layar ponsel, terpampang nama "Mama".“Halo, Ma?” Reksa menerima panggilan itu sembari berhenti berjalan."Reksa, kamu di mana? Velma sudah sampai di sini. Kamu sudah ada janji sama dia, kok sampai membuat anaknya nunggu? Harusnya kamu jemput Velma tadi. "Reksa mengerutkan kening. "Velma? Kenapa dia tiba-tiba datang?""Lah, memangnya dia belum bilang sama kamu? Biasanya dia Cuma ke rumah kalau kamu di rumah. Kamu singgah di rumah ya, jangan bikin dia menunggu lama."Reksa menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Iya, Ma. Aku langsung ke sana sekarang.”Setelah menutup telepon, Reksa memandang Anira yang masih duduk tenang di sampingnya. "Ra, maaf aku nggak jadi singgah. Ak

  • Lara Cinta   Cemburu itu penting?

    Anira hanya bisa menatap dari dalam mobil dengan pandangan berkecamuk. Menyaksikan kekasihnya berbicara dengan wanita yang dia tahu dengan jelas mencintai Reksa, terasa aneh.Sementara itu, di luar Reksa masih menggelengkan kepalanya. “Sorry, Vel. Gue beneran nggak bisa. Kalau memang nggak bisa sekarang gimana kalau besok? Besok sore, kita ketemu untuk membicarakan apapun yang mau lo bicarakan.”Sejujurnya, Reksa merasa hatinya berat bertemu dengan Velma dan berbicara berdua. Dia merasa bisa menebak apa yang hendak dibicarakan oleh Velma. Setelah sekian lama dia juga tahu perasaan adik sahabatnya itu padanya.“Nggak bisa, Kak! Gue maunya hari ini. Pokoknya harus hari ini! Suruh aja dia pulang! Nanti gue yang antar lo pulang, atau lo bawa mobil gue balik dulu juga nggak papa.”“Velma, gue nggak bisa. Besok, di kafe yang kamu bilang tadi. Gimana?”“Gue maunya sekarang, Kak!”Velma masih keras kepala Dia mencoba meraih tangan Reksa, dan menggenggamnya, tapi dengan cepat Reksa menghindar

  • Lara Cinta   Harus Bicara

    Ia hanya bisa menatap Velma tersenyum sembari menyantap makanannya. Zeva akhirnya memilih memendam sisanya di hatinya.Gadis itu memutuskan akan berusaha bersikap senetral mungkin. Keadaan sudah cukup ricuh tanpa ia harus ikut berkecipung di air keruh itu. Mereka hampir selesai makan, ketika ponsel Velma berbunyi. Ekspresi di wajah gadis itu menjadi semakin ceria, ketika melihat siapa yang mengiriminya pesan itu.“Kak Reksa nge-chat gue!” Ini semua bagai mimpi, sesuatu yang tidak akan berani dia harapkan lagi setelah kejadian beberapa tahun lalu. Untuk sejenak, Velma menjadi semakin yakin, kalau usahanya selama ini membuahkan hasil.Reksa pada akhirnya melunak dengan persistensinya dan bersedia membuka hati terhadapnya sekali lagi. Velma merasa dia nyaris melayang saat ini.Secepat kilat dia mengambil ponselnya dan membuka pesan yang dikirim Reksa itu. Namun, begitu matanya melihat, seluruh senyum di wajahnya lenyap seketika.Reksa [Sorry, Vel. Tadi gue nggak sempat bilang, gu

  • Lara Cinta   Singa Muda

    Setelah Deril mengatakan itu, ia menatap Velma lama, memastikan kalau adiknya itu tidak akan berteriak lagi barulah dia melepas mulut adiknya itu.Velma menarik napas serakah, lalu memukul Deril keras. “Kalau lo teriak, gue beneran bakal blacklist lo dari kantor ini!”Velma yang tadinya hendak membentak Deril jadi sedikit ciut juga mendengar ancaman kakaknya itu. “Reksa nggak pernah ngasih gue harapan? Tapi, dia juga nggak pernah punya pacar, Kak!”“Jadi, kalau Reksa punya pacar, lo bakal mundur?” selidik Deril tajam. Dalam hati, ia harap-harap cemas saat menanyakan itu. Hatinya condong menginginkan Velma akan menjawab ya.Ia benar-benar ingin adiknya itu berhenti terobsesi pada Reksa. Kemungkinan sahabatnya itu akan membalas perasaan Velma, lebih rendah daripada nol.“Nggak usah membicarakan hal yang belum terjadi!” elak Velma langsung. Nada suaranya meninggi tatapannya berubah murka.Saat itu, Deril menyadari kalau keputusannya menyuruh Reksa menyembunyikan hubungannya d

  • Lara Cinta   Bukan Adik Kakak

    Deril mengangkat bahunya, seakan dia baik-baik saja. “Gue nggak pernah berpikir gitu. Lo yang terlalu overthinking. Mungkin lo ngerasa bersalah?”“Lo yang bilang, gue bisa ngejar Anira!” Reksa memperingatkan. “Jangan bilang, sekarang lo nyesal?” “Gue nggak nyesal!” Cepat Deril membantah. Namun, penyangkalan itu terjadi terlalu cepat, seolah dia hendak menutupi sesuatu. “Gue Cuma mau tahu, itu saja.”“Sekarang lo udah tahu, kan? Kayang gue bilang tadi, tidak usah sampaikan ini ke Anira dulu.”Setelah menyampaikan itu, Reksa langsung berbalik badan, mendahului Deril menjauh dari sana. Deril termenung, tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Perasaannya berkecamuk hebat. Sejujurnya, tidak ada pria yang lebiih dia percaya selain Reksa.Kalau memang dia tidak bisa bersama Anira, ia ingin gadis itu tetap berada di tangan yang tepat. Namun, merelakan wanita yang sudah bertahun-tahun mengisi hatinya bukan hal mudah ternyata. Melihat Reksa sudah berjalan semakin jauh, Deril

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status