Share

5

Ratha membuka perlahan matanya dan mendapati dirinya sudah berada di dalam kamar Lavrinda. Semua luka di tubuhnya sudah diperban dan diobati. Lavrinda tampak sedang siaran langsung bermain game di komputernya.

Duduklah dia di pinggiran kasur sambil mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa mendapatkan luka di tubuhnya. Lavrinda yang menyadari Ratha sudah bangun menghentikan kegiatannya dan mematikan komputernya.

“Tepat sekali kamu sudah bangun. Mari temani aku ke klub. Aku mau bertemu dengan para investorku.” Pinta Lavrinda.

“Baik.” jawab Ratha. “Apakah Anda yang mengobati saya? Saya berterima kasih.”

“Ya. Tentu saja aku!” balas Lavrinda dengan bangga. “Kata Papa kamu sedang bertarung melawan para orang yang mencoba menculikku.”

“Bos Herman ada di mana?” tanya Ratha. “Ada yang ingin kubicarakan dengannya soal keponakan saya.”

“Bagaimana aku bilangnya ya. Papa menyuruhku menyampaikan ini padamu. Keponakanmu meninggal dan tidak bisa diselamatkan dalam operasinya.” Jawab Lavrinda. “Papa sudah menguburkannya karena kamu masih terluka parah.”

“Begitu ya.” Kata Ratha. “Mari bersiap Nona Lavrinda.”

“Kenapa memanggilku seperti itu? Kamu lupa kalau kita adalah sepasang kekasih?” tanya Lavrinda.

Ratha keheranan, dia mengingat-ingat lagi tidak pernah dirinya menyatakan cinta kepada Lavrinda. Tapi dia memilih untuk percaya saja terhadap omongan Lavrinda. “Aku lupa, biasanya aku memanggilmu dengan sebutan apa?”

“Sayang!” balas Lavrinda.

“Baiklah mari bersiap sayang.” Kata Ratha.

Mendengar perkataan dari Ratha membuat gadis itu melayang-layang. Lavrinda memilihkan baju Ratha dan memintanya untuk memakainya. Selesai berganti pakaian Ratha menerima pistol dari Lavrinda. “Tolong gunakan ini untuk melindungiku. Aku percaya pada kekasihku.”

“Bila sampai di sana nanti. Apabila ada yang tidak sepakat dengan hasil negosiasinya. Kamu boleh mengancamnya dan membunuhnya oke?” ucap Lavrinda.

“Ya, untukmu apa yang tidak?” balas Ratha dan tersenyum. Mereka berdua keluar dari kamar dan menuju lift untuk ke parkiran.

Lavrinda berterima kasih sekali kepada ayahnya. Berkat obat yang ia berikan kepada Ratha. Lavrinda bisa meminta Ratha untuk menuruti permintaannya. Gadis itu bersenandung dengan riang selama di dalam lift.

“Kamu bahagia sekali.” Puji Ratha.

“Tentu saja.” jawab Lavrinda. “Jangan ke mana-mana dan tetap di sampingku ya.”

“Ya.” Jawab Ratha.

“Aku yang menyetir! Karena kamu masih belum pulih sepenuhnya.” Lavrindad meminta pelayannya untuk membawakan mobilnya.

“Tidak menggunakan sopir saja? Aku tidak ingin kamu kecapekan.” Balas Ratha dan merangkul Lavrinda. Melihat dirinya diperlakukan seperti itu oleh Ratha. Lavrinda semakin kesenangan dan berpikir bahwa Ratha sudah mencintainya.

“Bisakah kamu menciumku?” tanya Lavrinda.

“Di tempat umum seperti ini?” Ratha melihat sekitar. “Bos Herman melihat aku bisa tewas nantinya.”

“Tidak apa-apa! Karena aku yang memintanya!” Lavrinda membalas dan mendekatkan bibirnya kepada Ratha. Ratha menciumnya dengan mesra.

Tanpa mereka sadari, mereka sedang diawasi oleh Herman dari kamera pengintainya. “Sepertinya obatnya bekerja dengan baik untuk Ratha. Minggu depan bisa aku kirim untuk menemani Lavrinda membobol data di pemerintahan pusat.”

Sepanjang perjalanan Lavrinda begitu lekat degan Ratha. Mereka tidak tampak ingin terpisahkan. Sang sopir mengantarkan mereka ke klub malam yang dikelola oleh Lavrinda dan teman-temannya.

Lavrinda meminta Ratha untuk menggendong tuan putri dirinya hingga sampai ke dalam ruangannya. Ratha menurutinya dan menggendongnya masuk melalui jalur rahasia hingga sampai ke lantai 3 tempat kantornya berada.

Di luar situasi klub meskipun siang hari tetap ramai. Para pemuda dan pemudi yang sibuk mencari jati diri dan melalaikan diri menghabiskan waktunya di sini. Berpesta, narkoba dan mabuk, seks bebas apalah itu mereka lakukan.

Mereka menunggu hingga tamu yang mereka tunggu datang. Ratha keluar sebentar dari ruangan Lavrinda dan melihat pemandangan di lantai 1 melalui monitor kamera pengintai. Terlihat beberapa petugas berseragam juga menikmati klub di siang hari.

Selesai mengamati keadaan dia kembali dan duduk di samping Lavrinda. “Aku masih mengantuk.”

Lavrinda mengisyaratkan kepada Ratha untuk meletakkan kepalanya di atas pangkuannya. Setelah Ratha meletakkan kepalanya, Lavrinda mulai mengusap rambutnya. “Ratha, aku meminta maaf.”

“Untuk apa?” tanya Ratha.

“Untuk yang terdahulu. Karena sekarang kamu sudah berubah.” Jawab Lavrinda. “Kalau kamu mengulangi kesalahanmu lagi. Aku akan menyiksamu lagi.”

“Tidak akan.” Jawab Ratha. Kemesraan mereka berdua diganggu oleh datangnya beberapa anggota keamanan siber pemerintahan pusat. Seorang penjaga klub datang dan mengganggu waktu bermesraan mereka.

“Urusi Ratha. Minta tolong sama polisi yang ada di bawah untuk menutupi barang bukti.” Kata Lavrinda.

Ratha bangkit dan turun ke lantai satu. Dia datang menemui para tim keamanan siber pemerintah pusat itu. “Selamat datang di klub kami para petugas yang terhormat.”

“Di mana pemilik asli klub ini? Di mana kalian menyembunyikan aktivitas ilegal kalian?” tanya seorang petugas itu.

“Saya adalah pemilik aslinya. Di sini tidak ada aktivitas ilegal apapun. Anda bisa mencarinya dengan bebas di sini.” Jawab Ratha.

“Oh oke. Kamu mengijinkan kita melakukan pencarian. Tentu saja akan kami temukan. Ini milik Bos Herman kan? Suatu saat nanti pasti akan jatuh perusak negeri itu.” Kata seorang anggota tim keamanan siber.

Perlahan para polisi dan penjaga klub berada di posisi mereka masing-masing. Mereka berbaur dan berada tepat di belakang para anggota tim keamanan siber pemerintahan pusat itu. “Aneh sekali Tuan Ratha. Dari penyelidikan kami di pusat. Orang yang mencuri semua data tentang pertanahan itu berada di sini.”

“Tuduhan Anda tidak terbukti.” Jawab Ratha.

“Setiap anggota yang dikirim ke sini selalu hilang kontak.” Tambahnya. “Anda tahu mengapa?”

“Selama tidak ada bukti, Anda tidak bisa menuduh kami sembarang.” Balas Ratha.

Tanpa dia sadari satu persatu anggota mereka hilang. Mereka disekap dan dimasukkan ke dalam gudang. Kini Ratha berhadapan satu lawan satu dengan ketua tim yang dikirim itu. Ratha menjegal kaki pria itu, kemudian ia pegangi kepalanya dan membenturkannya ke meja bartender.

“Pemerintah pusat sama sekali tidak punya hak di sini. Seharusnya kalian tidak pernah datang ke sini.” Ratha menangkap sebuah borgol yang diberikan oleh seorang polisi korup padanya.

“Nanti kembalikan!” ucap polisi itu.

Ratha memborgol pria itu dan menggiringnya ke dalam gudang. Total ada 8 orang tertangkap dan disekap. “Namun karena kalian ada di sini. Sebentar lagi kami kedatangan tamu besar. Tadinya aku mau mengeksekusi kalian langsung. Aku tidak ingin pakaianku kotor. Apalagi kekasihku yang memilihkan ini.”

Mereka dimasukkan ke dalam freezer tempat menyimpan bahan makanan. Ratha menurunkan suhunya hingga -10 derajat celcius. Selesai keluar dari gudang, dia diberitahu oleh salah satu staf klub bahwa tamu Lavrinda sudah datang. Ratha bergegas keluar dari lorong tersembunyi menuju gudang ke arah parkiran.

Dia bersiap dan berjaga di jalan rahasia menuju kantor Lavrinda. Seseorang mengenakan jas mantel tebal dengan toping ski dan topi turun dikawal 3 orang bersenjata lengkap. Ratha memeriksa ponselnya karena ia menerima pesan dari Lavrinda soal siapa tamunya.

“Selamat datang, wakil presiden negara kami. Selamat datang di daerah kami.” Ratha menuntun orang itu untuk melalui jalan rahasia.

“Daerah yang indah sekali. Apa kalian sudah menyiapkan pesananku?” tanyanya.

“Sudah. Anda bisa menikmati gadis-gadis yang ingin Anda kencani setelah negosiasinya jadi.” Jawab Ratha.

“Sayang sekali aku ingin bertemu Herman untuk membahas keinginannya. Tapi karena dia tidak bisa aku akan mengurus hal ini duluan dengan putrinya.” Balasnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status