Share

Bab 138

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-02-08 16:20:59

Vina sedang ada acara keluarga di hotel bintang lima yang kemudian tak sengaja melihat Ivan saat sedang berjalan ke arah lift.

"Ivan? Rupanya yang aku lihat itu benar kamu?" tanyanya setelah memastikan jika seorang pria bertubuh tegap dan tinggi itu adalah Ivan.

Ivan terlihat tak nyaman, dia mengalihkan pandangannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Saya sedang ditugaskan di sini."

Meskipun Ivan selalu bersikap cuek dan dingin padanya, tetap Vina tidak menyerah. Baginya sikap Ivan yang seperti itu malah membuatnya semakin tergila-gila. Ivan semakin tampan dengan wajahnya yang dingin itu.

"Oh ya? Kebetulan sekali dong, aku juga sedang ada acara di sini. Jangan-jangan kita berjodoh kali ya..."

Vina terkekeh pelan dan terdapat semburat merah di pipinya saat ini.

Ivan merasa malu, lalu menoleh ke arah temannya, Norman yang sedang menahan tawanya saat ini.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Nona. Saya masih harus bertugas menjaga Tuan Finley."

Vina segera menghentikan Ivan. "Apa?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 173

    Donna Alberta baru saja masuk ke rumah Finley saat dia tak sengaja mendapati Vina tidur di atas sofa panjang. Donna tersentak lalu segera menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara. Donna melangkahkan kakinya perlahan mendekati Vina dengan hati-hati karena tidak ingin mengganggu tidurnya."Bukannya dia temannya Lily? Kenapa dia tidur di sini?" batin Donna heran.Tak lama dari itu, pintu kamar Finley terbuka. Putra Donna satu-satunya itu nampak terkejut melihat kedatangan ibunya yang sudah berdiri di samping Vina, tengah menatap Vina dengan heran."Ibu?" pekik Finley yang membuat Donna mendongak. "Kapan Ibu pulang?"Lalu Finley menatap ke arah sofa--tepatnya Vina dengan heran. Seingatnya, dia sudah menyuruh Vina untuk tidur di kamar tamu, tapi entah mengapa wanita itu malah tidur di atas sofa."Baru saja," jawab Donna datar. Beberapa barang bawaan dia letakkan di atas meja begitu saja."Kenapa gak bilang-bilang kalau mau pulang?" "Bukannya kamu sibuk terus? Lagipula kenapa kamu memp

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 172

    Di bawah gelapnya langit malam, hamparan bintang-bintang dan juga bulan sabit yang benderang, Lily dan Max duduk di antara sekian banyaknya meja kursi yang ditata rapi di atas tanah perbukitan luas.Sengaja Max mengajaknya ke tempat yang terbuka karena ingin menikmati indahnya langit malam yang gelap dan romantis.Tadi Max datang tiba-tiba, tanpa memberitahu Lily terlebih dahulu karena ingin mengejutkan wanita itu. Memang dirinya sempat merasa tidak yakin saat memikirkan akan mendatangi rumah Kenneth dan meminta izin padanya.Namun rasa cinta yang sudah lama dia pendam tak bisa lagi dia tahan. Max harus segera memberitahu Lily bahwa di hatinya sudah lama terpatri nama wanita itu dan memiliki tempat tersendiri.Max sempat membeberkan sedikit cerita saat dia membujuk Kenneth agar bisa mengajak Lily keluar. Tak dia sangka kalau Lily bereaksi dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Apa aku telah berbuat salah? Kalau iya katakan saja," kata Max saat mereka masih berada di dalam mobil."Tida

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 171

    Keesokannya saat malam datang, Lily menatap ke arah jam yang bertengger di dinding ruang tengah. Perasaannya penuh harap namun juga ada keresahan yang dirasakannya. Dia ingin Max datang namun juga ragu kalau Max berani meminta izin pada papanya."Kenapa kamu masih ada di sini?" Lily menoleh, mendapati Kenneth berdiri di belakangnya."Memang kita mau kemana?" tanya Lily.Kenneth diam sejenak."Bukannya kamu ada janji dengan Max?" tanyanya kemudian.Kedua mata Lily membulat. Dia mengedarkan pandangannya ke arah belakang Kenneth. "Dia sudah datang? Dimana dia?""Di teras depan," jawab Kenneth dengan enggan.Lily menatap sang Papa dengan mata berbinar. "Apa papa mengizinkan dia untuk mengajakku keluar?"Kenneth membuang pandangannya, tak suka melihat Lily yang begitu gembira karena Max. "Yah, apa boleh buat...""Apa boleh buat gimana maksudnya?" Lily menatap mata Kenneth dengan lekat, sengaja menggoda Papanya meski sebenarnya dia sendiri sudah tahu jawabannya apa.Kedua mata Kenneth mulai

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 170

    "Cukup, Max. Kamu membuatku mual." Meski nada suara Lily terdengar ketus namun sebenarnya dia sangat salah tingkah.Memang, ucapan Max tidak terduga baginya. Jika Max mengucapkan gombalan itu sewaktu mereka masih menjadi suami istri, pasti Lily akan mengadakan syukuran selama tujuh hari karena perubahan Max yang sangat drastis.Max terkekeh pelan. "Maaf, soalnya kamu keterlaluan. Aku sudah menunda beberapa jadwal meeting di kantor karena ingin berduaan lagi denganmu."Wajah Lily langsung memerah. Dia berpikir, sepertinya dia butuh obat karena tiba-tiba suhu tubuhnya yang terasa hangat. Selain itu, sepertinya dia semakin gila karena mulai menyukai gombalan Max."Sepertinya kamu butuh obat, Max. Kamu mulai sinting," kata Lily tegas. "Ya. Dan aku yakin obatnya adalah kamu.""Max..." Lily memejamkan matanya sejenak untuk menstabilkan denyut jantung yang semakin berdegup kencang. Hembusan napas yang panjang keluar dari mulut Lily lalu dia melanjutkan ucapannya, "...kalau kau meneleponku h

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 169

    "Mencoba gimana? Pernikahan bukan untuk dicoba-coba, Finley." sahut Vina kesal. "Bukannya aku udah pernah bilang?"Vina beranggapan, sepertinya pria itu hanya menaruh ucapan Vina di telinga kanan lalu dikeluarkan lewat telinga kirinya."Huh, untung dia tampan. Kalau tidak, sudah kuremas itu mukanya," batin Vina mencoba menahan diri."Sedari awal aku sudah mengajakmu serius, Vina. Tapi kamu yang selalu menolak." Tatapan Finley lurus ke arah Vina yang malah memundurkan wajahnya.Pipi Vina memerah karena tak sengaja menatap bola mata Finley yang begitu indah. Ditambah wajahnya yang mulus dengan garis rahangnya tegas dan aroma maskulin yang menguar, membuat degup jantung Vina berpacu lebih kencang.Finley terus mengamati Vina yang wajahnya lebih berwarna, tidak lagi begitu pucat."Ke-kenapa terus menatapku seperti itu?" tanya Vina, tiba-tiba saja merasa gugup. Dia bahkan sampai mengalihkan pandangannya ke arah lain, takut terpesona oleh ketampanan Finley yang memang dapat menghilangkan ak

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 168

    Di sisi lain, di rumah Vina.Sudah lebih dari sepuluh menit Vina hanya mampu berbaring di atas ranjang, tangannya terus memegangi perutnya yang terasa sakit. Tadi sehabis sarapan, dia merasakan perutnya melilit dan mual-mual. Lalu beberapa menit setelahnya dia benar-benar muntah.Dia pikir, itu hanyalah gejala kehamilan yang sering dia rasakan seperti awal kehamilan bulan lalu. Namun semakin lama, rasa sakit malah semakin hebat. Keringat dingin juga mulai bermunculan.Rasanya Vina seperti tidak sanggup untuk sekedar beranjak dari kasurnya.Di rumah yang sebesar itu, Vina hanya sendirian. Kebetulan seluruh keluarga sedang menghadiri acara keluarga inti di puncak dan para asisten rumah tangga juga sedang libur.Tadi dia sempat menghubungi Lily untuk datang, namun belum sempat dia menerima jawaban, ponselnya mati kehabisan baterai.Tak ada cara lain, Vina memaksakan diri beranjak dari kasur untuk berjalan ke ruang dapur. Di sana ada kotak obat-obatan yang selalu disediakan asisten rumah

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 167

    Atas instruksi sang sopir, Lily berhasil mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang paling dekat. Sang sopir langsung ditangani oleh dokter dan dijadwalkan operasi untuk mengambil sisa peluru yang masuk ke dalam kaki.Sesaat kemudian, Lily dijemput oleh Kenneth dan beberapa pengawal. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Kenneth sambil meneliti tubuh Lily dengan seksama. "Tidak ada yang terluka, Kan?"Lily menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, Pa. Hanya Pak sopir yang terluka di bagian kaki karena terkena tembakan."Helaan napas berat keluar dari mulut Kenneth. "Syukurlah. Dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik."Mendengar itu, Lily menatap Kenneth dengan air muka serius. "Pa, sebenarnya apa yang terjadi?""Masuk dulu ke dalam mobil. Akan Papa ceritakan semuanya di dalam nanti," jawab Kenneth.Mereka pun masuk ke dalam mobil. Saat beberapa meter mobil sudah berjalan, Lily mendesak Kenneth untuk berbicara."Begini, Lily. Sebenarnya dari dulu Papa sudah mengetahui ada sesuatu yang

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 166

    Di tengah perjalanan pulang, Lily masih memikirkan soal ucapan Inda. Sengaja dia pulang tanpa berpamitan dengan Max karena ingin menghindar dulu. Untuk saat ini, Lily sendiri tidak tahu apakah bisa menahan diri jika bertemu dengan Max lagi. Pesona yang dipancarkannya sekarang sangat berbeda dengan dulu.Kalau dulu Max nampak dingin, tak tersentuh dan juga kaku. Kalau sekarang, Max terlihat lebih hangat dan juga terang-terangan terus menggoda Lily. Bagi Lily itu tentu saja bahaya. Mereka adalah pasangan mantan suami-istri, bukan suami-istri yang saling mencintai.Ponselnya yang sudah dia charge sebelumnya terus berdering. Lily melihat layar ponsel sejenak lalu mengabaikan dering tersebut.Panggilan telepon itu datang dari Max. Lily ingin menghindarinya sejenak sampai dia sudah siap.Beberapa saat kemudian, ponselnya kembali berdenting singkat. Sebuah pesan dari Vina masuk.[Aku tahu kamu sibuk, tapi bisakah kamu datang ke rumah untuk menemaniku? Aku sangat sedang butuh seseorang seka

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 165

    Lamunan Lily buyar saat Max menurunkan Lily di depan bath tub. Selimut langsung terlepas karena Lily tidak memeganginya. Otomatis, Lily memegangi tubuhnya dengan kedua tangan.Max kembali tertawa lalu meraih dagu Lily dengan lembut."Ngapain ditutupin? Aku udah melihat semuanya, Lily. Sekujur tubuhmu itu rasanya... sangat manis."Ucapan Max terdengar sangat lembut dan mesra. Apalagi sorot matanya yang nampak berkabut dan penuh gairah, membuat Lily membayangkan lagi adegan saat mereka bermesraan di atas ranjang. Seharusnya Lily segera menjauh karena tidak ingin terlena lagi oleh bualan manis dari mantan suaminya itu. Tapi apa daya, Lily ingin sekali lagi merasakan kehangatan yang ditawarkan oleh Max.Alhasil, saat bibir Max mendarat di bibirnya, Lily langsung membalas dan terjadi pergulatan lagi di dalam kamar mandi.Entah mereka melakukannya yang ke-berapa kali, yang jelas perlakuan Max membuat Lily menjadi candu.Inikah yang dinamakan gairah? Membuat candu dan begitu dahsyatnya hin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status