Share

Sadarga Sae

Penulis: Fariha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 19:27:48

Setelah kesepakatan antara Gantara dan 2 orang yang masih belum diketahui dari mana asalnya. Sang Raja segera membubarkan pesta yang tengah diselenggarakannya.

Hampir satu pekan penuh, Gantara memikirkan ucapan yang berbentuk ramalan itu. Terkadang ia ragu dan tak percaya, tapi sewaktu-waktu kegelisahan datang menghantuinya.

Walaupun sang permaisuri tidak dalam masa kandungan. Namun entah mengapa firasat dari hati terdalam sang raja, seakan mempunyai pendapat lain. 

"Mengapa aku harus memikirkan omong kosong itu?" bisik Gantara pada dirinya. Selama satu pekan juga, Gantara lebih memilih untuk menyepi. Firasat buruk dalam batinnya seakan makin menjadi.

Beberapa orang yang memang berniat menemui sang raja kala itu, terpaksa harus menundanya. Sebab Gantara telah memberi perintah kepada pengawal pribadinya, supaya siapapun yang hendak bertamu ke istana agar di pulangkan saja dan kembali lagi dilain kesempatan.

Tak terasa, seiring berjalannya waktu. Setelah genap 2 pekan menyepi, sang raja keluar dari tempat persembunyiannya.

Namun wajahnya sedikit masam. Bagaimana tidak? Ia mendengar kabar bahwa Sang Permaisuri dinyatakan sedang mengandung. Rasa khawatir yang begitu mengganggu batin mulai kembali menyiksa Gantara.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" gerutu Gantara pada Ningrum.

"Entahlah, aku sendiri tidak yakin bahwa saat ini sedang mengandung!" cela Ningrum yang sedikit kebingungan.

Wanita itu seperti habis pikir, sepertinya tak ada cara yang bisa ia gunakan untuk membuktikan kebenaran perkara yang sedang dihadapinya.

"Hei, apa kau anggap ini lelucon? Jika kamu sendiri tidak tahu sedang mengandung, lalu dari mana semua orang di istana ini mengetahuinya? Bahkan ... kabar ini hampir diketahui seluruh penjuru negeri!" ketus Gantara.

Ternyata jabang bayi berusia 1 Minggu itu, merupakan ulah dari ilmu sihir. Tak ada seorang pun yang mengetahui jika pelakunya merupakan 2 orang bertopeng yang sengaja di utus oleh kerajaan negeri lain, sekaligus musuh abadi kerajaan Labodia.

Disaat Gantara menyepi, ilmu sihir berupa ilusi tiba-tiba datang menghampirinya. Kemudian sihir itu menyerupai seorang wanita yang sangat cantik. 

Tanpa pikir panjang, Gantara segera meraih wanita itu dan mengukir cerita indah sesaat yang penuh dengan sejuta kenikmatan. Setelah berada dalam puncak kenikmatan, ilmu sihir itu kembali berulah dan memasukan benih bayi dari Gantara pada rahim sang permaisuri.

Setelah benih bayi bersarang selama 7 hari di rahim Ningrum, 2 orang bertopeng itu menyebarkan berita kehamilan sang permaisuri ke seluruh pelosok negeri.

Hingga pada akhirnya, terlahirlah seorang bayi yang mempunyai kelainan pada beberapa bagian tubuhnya.

***

"Paman, bagaimana ini? Aku tak mengerti dengan semua yang di pikirkan Gantara, ia seakan mempercayai ramalan itu. Bukankah suatu ramalan belum bisa ditentukan kebenarannya?" ucap Ningrum seraya mengadu pada seseorang.

"Ya, aku pun demikian. Apakah mungkin semua yang dikatakan ramalan itu bisa terjadi?" sahut Tanu sambil mengambilkan segelas minuman untuk Ningrum.

Tanu, merupakan Petapa sakti yang hampir berumur 2 abad. Tetua itulah yang memberikan ilmu Kanuragan dan jurus gerbang kegelapan pada Ningrum. 

Dikala Ningrum terjebak dalam dimensi lain yang begitu hampa, tiba-tiba batin Tanu tergerak untuk melakukan hal sama dengan Ningrum. Hingga akhirnya tetua itu berhasil meraih tangan Ningrum dan membawanya keluar dari dimensi hampa.

Sambil menikmati secangkir ramuan jahe, Tanu menatap wajah sang bayi yang berada dalam dekapan Ningrum.

"Meskipun dia terlahir dengan keadaan yang tak lazim, tapi percayalah raut wajahnya seakan menyiratkan pesan baik padaku!" ucap tetua itu sambil memperhatikan sang bayi.

"Hemp pesan! Memangnya apa yang dia sampaikan?" Ningrum yang mendengar ucapan Tanu, tiba-tiba mengelus wajah bayinya.

"Percayalah dengan keteguhan kuat pada segala sesuatu dan keteguhan itu harus berlandaskan kebaikan. Jika itu bisa dilakukan, maka keajaiban akan menuntun kita untuk meraih kebaikan tersebut. Begitulah kira-kira pesan yang ku dapat setelah membaca raut wajahnya!"

Sontak saja ucapan Tanu membuat Ningrum sedikit terhibur. Lalu ia menyodorkan sang bayi seakan menyuruh Tanu untuk mengaisnya.

Rupanya tetua itu kebingungan mencari cara agar sang bayi berada dalam posisi nyaman saat di dekapnya.

"Siapa nama bayi ini?" tanya Tanu. 

Ningrum yang menyadari Tanu sedikit kerepotan, berusaha menahan tawanya sebab rasa hormat pada tetua yang dianggapnya sebagai orang tua sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk meminum secangkir suguhan yang telah disediakan untuknya.

"Entahlah. Aku belum sempat memberinya nama, jika Paman bersedia ... berikanlah sebuah nama untuknya!" pinta Ningrum.

"Baiklah, aku akan memberinya sebuah nama, MAESA ANABRANG!"

"Hmmp, bagus juga. Tapi, bukankah sebuah nama memiliki makna? Lalu apa makna dari nama bayiku ini?" tanya Ningrum penuh penasaran.

"Kerbau menyebrang!" celetuk Tanu sambil menyeringai.

Puaaaaaah!

Mendengar makna dari nama anaknya, Ningrum sedikit terkejut. Lalu wanita itu tak sengaja menyemburkan air yang hendak ditelannya.

"Haha, yang benar saja! Memangnya anakku seperti kerbau yang mau menyebrang?" timpal Ningrum sambil terbahak.

Tanu mengerenyitkan dahinya dan merasa kaget dengan tanggapan Ningrum. "Maksudku bukan makna asli yang harus dipakai untuknya, tapi makna lain yang tersembunyi dalam nama itu!"

"Hehe, baiklah. Tapi ... jika masih ada nama lain, aku mohon supaya Paman mencarikan nama lain yang lebih pantas untuknya. Bagaimana?" seloroh Ningrum.

Tingkah Ningrum memang seperti anak manja saat bersama Tanu, padahal umurnya sudah menginjak 26 tahun. Bahkan saat Ningrum menemui Tanu di sela waktunya, terkadang ia lupa bahwa dirinya merupakan seorang permaisuri. 

"Baiklah ... aku akan beri dia nama lain. SADARGA SAE!"

"Maknanya?" tanya Ningrum sambil menaikan satu alis matanya.

"Dugaan baik. Karena wajah bayi ini seakan menyuruh kita agar selalu berperasangka baik dalam menjalani kehidupan!"

"Hmmp, boleh juga. Nama yang cukup bagus, baiklah aku akan panggil dia dengan sebutan, Sadarga!" 

Akhirnya Ningrum menyetujui sebuah nama yang diberikan Tanu pada anak ke-2 nya, sekaligus menjadi anak bungsu sang permaisuri itu.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Legenda Bumi Langit   Raja Bintang

    "Hei, coba lihat! Bukankah dia utusan dari bumi?""Mungkin saja begitu.""Tapi, aku rasa ada yang tak biasa dengan bumi kali ini. Mengapa saat ini bumi mengutus seorang yang terlihat lemah seperti itu.""Ya, benar juga. Jika demikian maka karisma bumi seakan menjadi pudar.""Hahaha."Dari jarak yang lumayan jauh, terdengar percakapan beberapa orang yang sedang menggunjing. Sepertinya Sadarga belum peka terhadap percakapan tersebut. Karena sebenarnya yang sedang menjadi bahan pembicaraan adalah dirinya, sebagai utusan dari bumi."Apa yang harus aku lakukan? Mengapa tiba-tiba tempat ini menjadi ramai?" gumam Sadarga dalam batinnya. Pandangan lelaki itu terus menyisir setiap penjuru yang mampu dijangkaunya.Suasana di dataran lapang ini begitu riuh, kesunyian seakan lenyap dibuatnya. Bagaikan pesisir pantai yang jernih dan tiba-tiba dipenuhi buih yang teramat banyak. Hiruk pikuk para utusan dari berbagai penjuru alam semesta datang

  • Legenda Bumi Langit   Pertemuan Para Utusan

    Setelah sekian lama melakukan perjalanan, akhirnya selesai juga. Sampailah di sebuah permukaan datar penuh debu dan pasir.Jika menengadahkan kepala ke langit, Sadarga bisa melihat puluhan bola berukuran besar. Terkadang Sadarga menyaksikan Kilauan cahaya di bola itu, tapi sisi lainnya berwarna gelap."Paman, jika boleh tahu siapa namamu?" tanya Sadarga sembari mengarahkan pandangan ke atas langit. Lelaki ini memang terbiasa menggunakan sebutan Paman, kepada siapapun yang dianggapnya lebih tua."Hmp, maafkan aku... karena hampir saja lupa memberitahunya. Perkenalkan namaku Brama Rangga Dewata. Tapi terserahmu saja, kau bisa panggil sesukamu," sahut Brama dengan senyuman ramahnya. Simpulan bibir pria itu seperti menyiratkan sifat aslinya."Wah, namamu bagus sekali dan sangat panjang Paman. Mungkin aku akan memanggilmu menggunakan nama depannya saja.""Baiklah nak, terima kasih atas pujiannya. Perlu kamu ketahui kita ini hampir sampai. Jangan s

  • Legenda Bumi Langit   Kehampaan

    Sesuatu yang dilihat oleh Sadarga, sungguh membuatnya ingin muntah.Bagaimana tidak?Sebab saat ini terlihat dua orang lelaki dan tiga wanita yang sudah tak berpakaian. Lima orang itu masih memiliki wajah utuh, tapi dari leher hingga bagian kaki sudah tak nampak lazim.Bukan tanpa alasan keadaan lima orang itu menjadi sedemikian rupa. Hal tersebut ternyata diakibatkan ulah dari orang-orang yang mengerumuninya.Ya, lima orang bernasib buruk itu telah menjadi korban keganasan penyembah Pisaca.Karena tak tahan melihat tingkah orang-orang di sekelilingnya, dengan lantang Sadarga berteriak sekeras mungkin."Aaaaaaa!"Tak lama setelah teriakan menggema di ruang istana, pandangan pun berubah menjadi gelap. Sadarga hanya bisa melihat bintik cahaya bermacam warna, bagaikan pemandangan langit malam saat dilihat di atas gunung.Begitu terkejut Sadarga, setelah ia menyadari bahwa dirinya sudah berpindah tempat cepat sekali. Bu

  • Legenda Bumi Langit   Di Istana Labodia

    "Tunggu! Ibu mau kemana?" teriak Sadarga setelah melihat Ningrum tiba-tiba pergi dengan cepat.Walaupun Sadarga berteriak sekerasnya dan tengah melakukan berulang kali.Sayang sekali!Ningrum terlihat acuh tak memberikan tanggapan.Begitu tergesa-gesa kepergian Ningrum. Entah apa yang membuatnya melakukan itu? Yang jelas saat ini Sadarga hanya seorang diri saja melayang menunggangi batu di lingkungan istana kerajaan.Ingin rasanya mengikuti sang ibu yang telah pergi meninggalkannya, tapi apa daya Sadarga? Batu yang ia tunggangi tak bisa bergerak sesuai keinginannya. Bahkan batu tersebut malah turun dari atas ketinggian, seakan meminta Sadarga tak menginjakan lagi kaki di atas permukaannya."Aaaaa!"Benar saja.Begitu terkejut Sadarga. Pria itu dibuat kaget oleh batu yang ditumpanginya. Tiba-tiba bongkahan batu itu melakukan putaran cepat, seakan memaksa Sadarga turun.Dari kejadian itu, menyebabkan Sada

  • Legenda Bumi Langit   Lepasnya Sukma

    Sampai saat ini, Utar terus melanjutkan perjalanannya hingga mencapai perut goa. Di kedalaman tersebut suara hujan deras sudah tak terdengar lagi.Bebatuan tajam yang bisa dirasakan alas kaki pun, sudah tak ditemui lagi. Entah apa yang bisa dilihat jika sepercik cahaya menerangi kegelapan saat ini."Hei, apa kalian baik-baik saja?"Suara Utar yang terpantul dinding goa, terdengar menggema. Entah berapa orang yang masih bersamanya, hanya suara langkah dan hembusan nafas saja yang didengarnya. Tak ada seorangpun yang berbicara saat ini.Mungkin rasa lelah karena perjalanan, menjadikan diam terasa lebih baik dari pada berbicara atau sekedar menggerakkan anggota tubuh."Baiklah, aku rasa di sini tempatnya cukup aman. Jadi, jika kalian ingin beristirahat silahkan saja,"Lelah. Lelah sekali. Sadarga yang merasakan suasana di dalam goa itu seakan tak berdaya lagi. Begitupun semua orang yang bersamanya.Hanya Utar dan Raka yang masih te

  • Legenda Bumi Langit   Tempat Tersembunyi

    Setelah sampai di mulut goa, Sadarga merasakan keresahan dalam hatinya. Entah apa yang akan menimpanya kali ini. Namun itulah ungkapan dalam benaknya. Padahal sebelumnya Sadargalah orang paling ceria dan selalu menumbuhkan semangat bertahan hidup.Ya, semangat untuk tetap hidup.Karena sepanjang jalan menuju goa, angin kencang terus berhembus menumbangkan pepohonan hujan deras di iringi petir terus mengguyur membasahi tanah.Dari kejauhan terlihat laju tanah berjalan, terbawa arus air yang begitu kuat. Padahal itu hanyalah sebuah lumpur yang terbawa air dari hulu menuju hilir.Ada beberapa orang dari para pemuda desa Lanangjagat yang gugur melepaskan nyawanya akibat tak tahan lagi menahan gejolak amukan alam tersebut. Sungguh mengenaskan nasib mereka diterpa murka alam raya, yang datang secara tiba-tiba."Paman, sebaiknya kita mencari lagi tempat lain untuk berlindung," usul Sadarga pada Utar."Hei, bicara apa kau ini. Bukankah kamu yang men

  • Legenda Bumi Langit   Kembali gelisah

    Tak terasa tiga hari berlalu begitu saja. Semenjak peristiwa pertempuran Sadarga dan manusia berbulu, kini tak ditemukan lagi kekacauan yang mengganggu kehidupan di istana dan di berbagai wilayah lainnya.Suasana amanpun seakan dirasakan semua orang, termasuk para penduduk desa Lanangjagat yang kini berada di tempat pengungsian sementara.Di pagi hari yang sangat cerah, Sadarga terlihat berjalan dan membawa kayu bakar. Entah dari mana ia? Sebab Sadarga tak ditemani siapapun."Tuan, dari mana kayu bakar ini?" ucap Reni menyambut kedatangan Sadarga. Wanita ini merupakan seseorang yang menaruh simpati pada Sadarga.Ya, beberapa hari terakhir prasangka orang disekeliling Sadarga seakan terbagi. Ada yang menaruh simpati, ada juga yang berburuk sangka."Aku baru saja turun gunung, semalam aku tak bisa tidur. Jadi ku putuskan saja untuk mencari angin segar di malam hari."Sadarga terlihat berjalan terus tanpa melihat wajah Reni, pandangannya

  • Legenda Bumi Langit   Kembali

    "Ti-tidak. Aku hanya terkesima saja, melihat seranganmu yang begitu cepat. Sampai mengalahkan mahluk itu dengan mudah," kata Utar. Nampaknya ia tak bisa menyembunyikan isi hatinya. Sehingga segala perkataan batinnya diwujudkan dengan kata-kata yang keluar dari mulut.Bukan hanya itu, selain Utar masih banyak juga yang tak sanggup menahan isi hatinya. Begitu juga dengan Raka, si pria paling tangguh dari desa Lanangjagat.Kali ini Sadarga mendapatkan berbagai pujian yang mengangkat derajatnya. Berbeda dengan sebelumnya, disaat orang di sekeliling masih bertanya-tanya dan ragu dengan tingkah yang dilakukan Sadarga.Ya, terkadang Sadarga bertingkah diluar prasangka orang lain. Seperti perkataannya yang nyeleneh, tapi akhirnya orang lain dapat memahami maksud dari perkataan itu.Kemudian selama kebersamaannya dengan puluhan penduduk dari desa Lanangjagat, Sadarga sering kali memerintahkan hal yang tak masuk akal. Namun selang beberapa saat dari per

  • Legenda Bumi Langit   Pertempuran Sekejap

    Setelah Sadarga menggenggam pedang milik Utar, ia bingung harus melakukan apa? Sebab seumur hidupnya Sadarga belum pernah menggunakan benda tajam itu.Semua orang yang melihat Sadarga tentu saja keheranan. Dalam benak mereka bertanya, apakah Sadarga tidak bisa menggunakan pedang? Lalu untuk apa ia meminjamnya?Ya, benar sekali. Sadarga memang belum mempelajari jurus dan seni menggunakan pedang. Namun sesekali ia menemukan keterangan dalam kitab Azura. Pada kitab itu terdapat satu bab husus yang membahas tentang berbagai jurus pedang. Tapi apa gunanya? Karena Sadarga hanya membaca ilmu pedang itu, tanpa mencobanya.Menyadari jika dirinya sedang diperhatikan banyak orang, Sadarga langsung memejamkan mata. Pria itu mencoba mengingat semua tulisan pada kitab Azura, yang membahas tentang ilmu dan seni menggunakan pedang."Jurus pedang angin!" bisik Sadarga sembari memasang kuda-kuda menyerang.Sontak saja, Utar terkejut. Sebab ia melihat Sadarga layakny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status