Share

Pelayan Sinis

Lin Feng berjalan santai menikmati keindahan kota Seribu Api. Kota itu terlihat ramai penuh dengan lalu lalang warga kota yang melakukan aktivitasnya. Banyak kedai dan kios besar maupun kecil berjejer rapi menjual berbagai pernak-pernik hasil kerajinan tangan, makanan, pakaian, herbal, senjata, sumberdaya, dan lain sebagainya.

Kios senjata, herbal dan berbagai sumberdaya cukup ramai oleh warga kota yang tidak cukup mampu untuk membeli di Menara Bulan. Namun, ada juga beberapa kios megah yang dimiliki oleh klan besar Kota Seribu Api dan hanya orang-orang tertentu yang mampu membeli di tempat seperti itu.

Lin Feng menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat mendapat tatapan mengejek dari beberapa orang. “Sial … kenapa banyak orang seperti itu di dunia ini, aku akan membeli pakaian yang bagus terlebih dulu. Pakaian yang bagus mungkin akan sedikit menutupi kultivasiku yang rendah ini,” desahnya.

Lin Feng memasuki sebuah toko pakaian mewah. “Tunjukkan padaku pakaian yang bagus!” perintah Lin Feng kepada pelayan.

Pelayan itu menatap Lin Feng dengan sinis. “dasar gembel,” desahnya, tetapi tetap mencoba memilihkan beberapa pakaian untuk Lin Feng.

“Apa kamu bilang?” Lin Feng kesal mendengar umpatan pelayan yang cukup keras di telinganya.

“Lupakan! Ini pakaian yang paling murah buatmu.” Pelayan itu menunjukkan beberapa pakaian dengan harga paling murah, tidak yakin Lin Feng mampu membayar pakaian yang mahal.

Lin Feng merasa kehilangan martabat dan terhina atas sikap pelayan yang sinis terhadapnya. “Tunjukkan padaku pakaian terbaik dan termahal di tempat ini!”

“Enyah saja dari sini!” usir pelayan kesal karena orang berkultivasi rendah dengan pakaian dekil seperti Lin Feng bersikap sangat sombong.

Lin Feng mengerutkan alis kemudian membatin. ‘Apa dia tidak tahu jika aku murid kedua dari guru Kaisar Naga? Meskipun guru menyuruhku rendah hati dan tidak sombong, Pelayan arogan sepertinya perlu diberi pelajaran karena sama saja menghina orang hebat seperti guruku,” batinnya, mengatasnamakan Kakek Petapa.

“Panggil managermu!” perintah Lin Feng bermaksud mengadukan pelayan toko yang sangat arogan kepada manager.

“Tidak perlu … aku akan menunjukkan pakaian terbaik dan termahal untukmu.” Pelayan toko itu menuju jejeran pakaian mewah kemudian menunjukkannya kepada Lin Feng.

“Harga pakaian ini 20.000 koin emas, pakaian ini terbuat dari kulit harimau putih tingkat raja puncak. Seorang kultivator tingkat raja tidak bisa melukaimu jika kamu mengenakannya, yang ini 25.000 koin emas, ini 21.000 koin emas, dan pakaian ini seharga 25.000 koin emas, terbuat dari kulit badak emas,” terang Pelayan menunjuk beberapa pakaian.

Lin Feng tersenyum kecut mengetahui harga pakaian yang tidak sepantasnya dan terkesan mahal buatnya.

“Jika tidak memiliki uang, maka tidak perlu berlagak kaya seperti itu!” ledek pelayan melihat Lin Feng masih diam.

“Siapa yang tidak memi ….”

“Tutup mulutmu dan enyah dari sini! Toko sebelah sana mungkin cocok bagi sampah sepertimu, aku harus melayani pelanggan lain,” perintah Pelayan toko memotong ucapan Lin Feng ketika dia melihat seorang tuan muda dan kekasihnya hendak memasuki tokonya.

“Aku akan membeli semua pakaian termahal itu, tapi karena kamu bersikap arogan seperti itu, aku mengurungkan niatku." Lin Feng memilih keluar dari toko tersebut karena menurutnya harga pakaiannya terlalu mahal.

“Sayangku … lihatlah gembel itu! Dia benar-benar menurunkan citra toko mewah ini,” ucap seorang gadis yang baru saja masuk dengan kekasihnya menghina Lin Feng.

“Meskipun begitu, kamu selalu memandangi wajahnya. Kamu jangan tertipu oleh sampah sepertinya yang sombong dan berpura-pura kaya!” balas kekasihnya itu.

Lin Feng keluar dari toko pakaian sambil mengumpat, “pelayan itu sangat arogan dan membuatku sangat kesal, pantas saja toko itu sepi. Kulit badak emas? Hahaha … hanya orang-orang lemah yang membutuhkan pakaian seperti itu.”

Lin Feng memasuki toko biasa dan membeli beberapa pakaian yang bagus dan cocok buatnya.

Lin Feng melangkah dengan percaya diri di jalan kota setelah mengenakan pakaian yang cukup bagus layaknya seorang tuan muda dari salah satu klan ataupun bangsawan kota. Tetapi, beberapa orang masih berbisik-bisik dan memandangnya rendah karena kultivasinya hanya berada di tingkat pembentukan kelima.

Saat Lin Feng bingung bagaimana cara menemukan dan memasuki sebuah sekte, dia melihat beberapa pemuda yang hendak pergi ke pusat kota. Lin Feng mendengar para generasi muda itu menyebutkan tentang sebuah turnamen yang akan diadakan di kota Seribu Api itu.

Turnamen yang akan diadakan di kota Seribu Api tersebut akan memperebutkan beberapa token atau tiket untuk dapat mengikuti seleksi masuk sekte.

Bagi beberapa generasi muda klan, mereka dapat mengikuti seleksi sekte dengan surat undangan. Namun bagi pemuda pemudi dari desa maupun kota biasa seperti Lin Feng, mereka memerlukan sebuah token yang bisa didapatkan melalui turnamen kota.

“Aku akan mengikuti turnamen untuk mendapatkan token,” gumam Lin Feng penuh semangat.

Lin Feng mengikuti beberapa generasi muda yang dia lihat menuju ke balai kota.

Tidak lama, Lin Feng sampai di balai kota tempat akan di lakukannya turnamen. Balai kota tersebut sangat megah dan besar seperti sebuah stadion. Ribuan generasi muda dari desa maupun kota ternyata sudah berkumpul untuk mengikuti acara turnamen.

Di barisan bangku penonton, puluhan ribu orang telah menduduki tempat mereka masing-masing untuk menyaksikan jalannya turnamen yang selalu menjadi hal yang sangat di nantikan. Terlihat pula di jajaran kursi VIP Sang Walikota bersama dengan perwakilan dari beberapa sekte telah bersiap menyaksikan jalannya turnamen.

“Hei … apa kamu juga akan mengikuti turnamen?” Seorang pemuda mendekati Lin Feng.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liyanti Santi
jahat banget yah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status