Kepulan debu membumbung cukup tinggi dari bekas Ling mendarat, ketika mendapat tendangan dari pria itu, bahkan membuatnya tidak terlihat karena debu yang menutupi tubuhnya.Namun pada saat yang hampir sama En Jio mendengar ucapan dari mulut pemuda itu, tetapi ada yang berbeda. Dari nada suaranya, ia tahu jika saat ini Manggala sedang mengambil alih tubuh pemuda tersebut.Namun pria itu bahkan seolah tidak perduli dengan perkataan Ling barusan, seakan dia sudah tahu jika Manggala akan keluar untuk bertukar posisi ketika Ling tidak sadarkan diri.“Akhirnya kau keluar juga!” ucap pria itu sembari melesat kearah Ling saat ini, “Tunjukkan kemampuanmu..!!”Dari arah berlawanan, Ling dengan kesadaran Manggala hanya tersenyum tipis ketika melihat sosok Roh Suci mendekat kearahnya.Sementara itu, ia masih terlihat memulihkan diri, dengan kemampuan Manggala yang cukup spesial. Ya, saat ini dia mampu memperbaiki tubuh Ling yang terluka parah.Berbeda dari sebelumnya, Manggala yang sudah berada c
“Kau..!”Pria itu hanya dapat berkata satu kali, sebelum akhirnya ia tumbang hanya dengan satu kali pukulan tepat mengenai perutnya.Semua anggota pria itu langsung berhenti menyerang kelompok Hen Juesha ketika melihat ketua mereka telah tumbang. Mereka panik lalu berusaha untuk melarikan diri.Mereka bahkan tidak perduli dengan rekannya yang sudah jatuh pingsan lebih dulu dan meninggalkan semuanya termasuk ketua mereka.“Mau pergi kemana kalian..?!” ucapnya, “Sial, para pecundang itu akan menerima balasannya nanti.”Kelompok Heng Juesha ingin menghentikan langkah orang - orang itu, akan tetapi hal tersebut tidak mereka lakukan setelah mendapat reaksi dari Heng Juesha yang menggelengkan kepala beberapa kali.“Selamatkan diri kalian-“ ucap salah satu dari orang-orang itu, “Mereka bukan tandingan kita.”Teriakkan orang-orang itu terdengar cukup jelas dari kejauhan, lalu pada akhirnya menghilang di kejauhan tepat berada di balik bangunan rumah-rumah yang berada di kota Xi an. “Ampuni a
Di sisi lain, tampak seseorang sedang berlari ketakutan, nafasnya mulai tersengal karena sudah tidak sanggup untuk melarikan diri dari kejaran orang yang berada tepat di belakangnya.“Ampuni aku!” ucap pria itu.Dia baru saja lepas dari maut, ketika aksinya untuk merampas harta benda kelompok Heng Juesha gagal, karena salah dalam memilih lawan.Namun belum lama ia berhasil melarikan diri, dia kembali mendapat pengejaran dari seseorang yang tidak dia kenal.Namun dari lambang yang berada di bagian tangan pria tersebut, dia mengenalinya, ya, pria itu adalah anggota Mata Elang.Pada akhirnya dia terjatuh kerena kehabisan nafas, lalu berusaha untuk mendapat ampunan dari pria tersebut, “Apa yang kau inginkan?”Pria dengan tubuh tinggi besar itu tidak menjawab, melainkan menatap pria yang berada di hadapannya secara dingin.Tangannya bergerak dengan cepat untuk mencabut pedang yang berada di samping pinggangnya.Sing.Lalu dengan cepat pula ia menghunus pedang tersebut tepat kearah leher pr
Saat ini En Jio mengangkat alisnya, sebelum pada akhirnya dia dapat bernafas dengan lega.“Apa yang kau maksud dengan syarat?” En Jio menanyakan hal tersebut.Pria itu mendekat kearah mereka berdua lalu tersenyum tipis. Dia berkata, “Untuk saat ini, dia tidak akan mampu untuk menerima tehnik tulang dariku!” ujarnya, “Jika memaksa untuk mempelajarinya, maka dia akan mati dengan sendirinya.”Ya, En Jio mengerti maksud dari perkataan pria itu, dia tahu jika tehnik itu terlalu tinggi, sehingga akan sangat sulit untuk di pelajari.Bagi dirinya yang sudah berpengalaman dalam mengolah tenaga dalam, tentu saja dia tahu jika mempelajari suatu jurus akan membutuhkan waktu yang lama.Meski Ling merupakan seorang anak yang sangat jenius dalam mempelajari suatu jurus, akan tetapi untuk mendapatkan tehnik tulang dari pria itu tidaklah semudah mempelajari sebuah jurus.“Lalu bagaimana, apa yang harus dia lakukan?” tanya En Jio memastikan.Mendengar pertanyaan En Jio barusan, membuat pria itu sempat
Di sisi lain, Guan Ping saat ini tengah mempersiapkan beberapa rencana kembali untuk memajukan desa, sesuai keinginannya.Hal itu di landasi ketika rencana yang telah mereka lakukan beberapa waktu yang lalu, rupanya sangat berhasil dengan meningkatnya sumber daya mereka saat ini.Namun beberapa tetua sempat tidak mendukung, jika dirinya akan memperkerjakan sebagian besar pemuda yang ingin bergabung dalam misi tersebut.Ya, dari semua orang yang berangkat dalam misi itu, ada sebagian orang yang belum kembali dan keberadaannya belum di ketahui hingga sampai saat ini, kuat dugaan mereka telah mati, akan tetapi hal itu di sangkal oleh Guan Ping sendiri.“Tetua Guan, apa hal ini tidak terlalu berlebihan?” tanya salah satu tetua kepada Guan Ping.“Keberhasilan ini harus kita teruskan, jika tidak-“ timpal Guan Ping sendiri.Beberapa tetua hendak membantah, tetapi tidak mereka lakukan, karena mereka tidak memiliki cukup alasan untuk menghentikan kehendak Guan Ping.Pada akhirnya mereka hanya
Di sisi lain tampak seseorang sedang menuju pusat kota dan menemui seseorang yang merupakan pemimpin di kota Xi an, dia adalah seorang yang kejam serta bersekutu dengan kelompok Mata Elang.“Tetua, mereka sudah mengetahui tujuan kita!” ucap pria itu ketika menghadap Tong Guan.Mendengar hal tersebut, pria bertubuh besar itu lantas mengerinyitkan dahinya sebelum dia berkata, “Bodoh, aku tidak perduli, cepat tangka mereka!” timpalnya.Dengan jawaban itu, pria yang barusan melaporkan siatuasi tersebut hanya dapat tertunduk, karena tidak berani menatap mata pemimpinnya itu sembari berkata, “Baik Tetua, aku mengerti!” ucapnya.Setelah mengatakan hal itu dia lantas segera pergi untuk menjalankan tugasnya dengan membawa pasukan dari tempat tersebut.Namun setelah kepergian pria barusan, datang satu orang lagi yang menemui pemimpin itu lalu berkata, “Apa yang kau pikirkan saudaraku?” tanya pria tersebut.Kedatangan orang ini membuat Tong Guan sempat menghela nafas sebelum dia mulai menjawab,
Saat ini Guan Ping sempat merasa panik ketika En Jio mengatakan sesuatu yang harus mereka tutupi, hal itu bahkan membuat para tetua yang merasa sangat gugup serta tidak berani untuk mengangkat kepala.Melihat hal itu, En Jio bereaksi dengan menaikkan alisnya, seakan meminta jawaban atas pertanyaan yang telah dia lontarkan barusan.“Apa yang terjadi Guan?” tanya En Jio memastikan.“A, aku-” timpal Guan Ping terbata, “Tidak begitu yakin untuk mengatakannya tetapi-“En Jio semakin menaikkan alisnya sebelum kembali berkata, “Cepat katakan Guan atau aku-“Sebelum Guan Ping menjawabnya, para tetua yang lain ikut bereaksi dan berniat untuk membenarkan perkataan Guan Ping, “Maaf Tetua En, sebaiknya masalah ini di bahas nanti saja, kau harus segera istirahat begitu juga Ling!” sahut salah satu tetua.Mendengar hal tersebut, En Jio lalu mengangguk satu kali kemudian melontarkan kalimat sebelum dia memutuskan untuk pergi, “Setelah ini, kalian semua harus datang ketempatku!” ujarnya.Para tetua t
Kedatangan para tetua itu sudah di tunggu oleh En Jio yang sedang berdiri di depan pintu, hingga membuat mereka tidak dapat berkutik lalu memutuskan untuk segera memasuki kediaman tetua mereka itu.Tidak ada kata sambutan dari pria paruh baya itu kepada para tetua, sementara mereka hanya dapat tertunduk tanpa bisa mengangkat kepala sama sekali.Guan Ping bahkan enggan untuk membuka mulut, akan tetapi keadaan itu tidak berlangsun lama ketika En Jio mulai berkata, “Cepat jelaskan apa maksud ini semua Guan Ping!” ucap pria itu.Beberapa tetua semakin menundukkan kepalanya, akan tetapi tidak dengan Guan Ping, dia sadar jika semua kejadian itu adalah kesalahan yang telah dia buat.“Tetua En, aku minta maaf, semua ini atas kesalahan ku!” ujarnya.Mendengar hal tersebut para tetua semakin tidak berani membuka mulut bahkan beberapa di antara mereka sempat berkeringat dingin, ketika mendengar pertanyaan dari tetua mereka itu.Namun sesuatu yang tidak pernah mereka duga kemudian terlontar kelua