Share

4. Serangan Kelompok Elang Hitam

Larasati yang menyadari sebentar lagi pertarungan akan terjadi, jika dia tidak menghentikan dan merendahkan emosi dari Komandan pengawalnya itu maka pertarungan di dalam Kedai itu benar-benar terjadi.

"Tidak perlu di perpanjang paman, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... " Larasati berkata dengan pelan, berusaha melerai perselisihan di antara mereka.

Pria berbadan besar dan bernama Jong itu dengan segera menundukkan kepalanya, seraya meminta maaf kepada Larasati. Tidak berselang lama, Jong kembali mengarahkan pandangannya ke arah Satria.

"Pergi dan tinggalkan tempat ini dengan cepat, sebelum aku berubah pikiran atau kau masih bersikeras tetap berada di sini dan bersiaplah menemui ajalmu." Pria bernama Jong itu mengusir Satria dengan halus.

Abinawa yang sadar jika tetap berada di dalam kedai akan membahayakan keselamatan dirinya, langsung saja melangkah pergi meninggalkan kedai dengan cepat. Dia tentu tidak cukup bodoh untuk kembali berseteru dengan pria bernama Jong itu.

Abinawa pada akhirnya memilih untuk mencari penginapan murah yang ada di di kota Bawana. Dia perlu istirahat dan hari juga sudah mulai gelap.

Penginapan kecil yang berada di ujung Kota Bawana menjadi pilihannya.

"Nona, bisakah kau berikan aku satu kamar kecil untuk istirahat malam ini ... "

"Tentu saja tuan, kami mematok harga setiap kamarnya lima keping perunggu permalamnya." Pelayan itu menjelaskan harga sewa setiap kamarnya kepada Abinawa.

Tanpa berpikir panjang, Abinawa langsung memberikan lima keping perunggu kepada pelayan itu. Lima keping perunggu sudah harga yang sangat murah untuk sebuah penginapan.

Setelah mendapatkan kunci kamarnya, Abinawa langsung bergegas. Dia tidak benar-benar ingin segera istirahat, perjalanan seharian penuh dan di tambah perselisihan di kedai membuat tubuh dan mentalnya memerlukan waktu istirahat.

Abinawa langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, dia langsung tertidur dengan nyenyak. Karena sadar jika esok perjalanannya masih panjang.

Namun baru beberapa jam saja dia menutup matanya. Indera pendengarannya mendengar suara keributan tidak terlalu jauh dari kamar penginapannya.

"Apa yang terjadi? Kenapa di luar begitu berisik."

Abinawa langsung saja membuka pintu kamarnya dan menemukan telah terjadi pertumpahan darah di dalam penginapan tersebut.

***

Kelompok Elang Hitam adalah salah satu gerombolan penjahat yang memiliki nama besar di dunia persilatan. Bahkan, rumor yang beredar ketua dari kelompok Elang Hitam memiliki kemampuan yang tidak terlalu jauh dari beberapa jagoan ternama dunia persilatan.

Dia adalah Arya Loka yang di kenal dengan nama Topeng Elang Iblis, dia juga adalah pendiri dari kelompok penjahat elit kelas Wahid ini. Hanya dalam beberapa tahun saja, Kelompok Elang Hitam sudah berhasil mengukir nama dan menjadi salah satu momok menakutkan di dunia persilatan.

"Dwi Pangga, aku memiliki tugas untukmu ... Bawah 30 orang pendekar ahli ke Kota Bawana dan hancurkan kota itu sebagai peringatan kepada Sekte Api dan Angin agar tidak mencampuri urusan kita, aku juga ingin kau membawa Larasati tanpa terluka ke hadapanku." 

Pria bernama Dwi Pangga itu menundukkan kepalanya, "Aku akan menyelesaikan misi ini dengan cepat ketua dan membawa Larasati ke hadapanmu tanpa terluka."

Arya Loka tersenyum tipis, dia tidak meragukan kemampuan dari Dwi Pangga dan percaya jika dia akan menyelesaikan misi ini dengan cepat.

Dwi Pangga langsung undur diri dan bergegas menyiapkan pasukan yang akan di bawahnya. Dia tidak ingin menunggu terlalu lama, setelah semuanya selesai, Dwi Pangga langsung memimpin pasukannya untuk segera menuju Kota Bawana.

Dengan kemampuan dan ilmu meringan tubuh tingkat tinggi yang di kuasai oleh anggota Elang Hitam, membuat mereka dapat dengan cepat tiba di Kota Bawana. Tepat tengah malam, mereka sudah tiba di kota tersebut.

"Sayang sekali, kota seindah ini harus musnah ... " Dwi Pangga tersenyum tipis.

Dia langsung memerintahkan pasukannya untuk segera bergerak meratakan Kota Bawana, sementara dirinya langsung bergerak menuju kediaman utama Wali Kota.

Dwi Pangga dengan mudahnya melompat dari satu genteng ke genteng lainnya. 

Sebuah kediaman paling mewah di Kota Bawana terlihat di depan matanya. Terlihat beberapa prajurit tampak melakukan ronda malam untuk memastikan keamanan kediaman Wali Kota.

"Mari kita mulai pembantaian malam ini ... "

Sleshhhh!!!

Gerakan cepat dari Dwi Pangga dengan segera menebas batang leher dua orang prajurit yang sedang melakukan penjagaan. Dua orang prajurit itu tumbang, tanpa perlawanan.

Selanjutnya, pedang milik Dwi Pangga kembali berlumur darah dengan cepat. Pedang itu kembali merenggut banyak nyawa prajurit dengan cepat dan tanpa perlawanan.

Dalam waktu singkat, kediaman Wali Kota sudah berlumuran darah di mana-mana. Jeritan kematian terdengar semakin sering di area kediaman Wali Kota tersebut. Hal itu tentu langsung menarik perhatian Komandan Jong.

"Bedebah!!! Berani sekali kau membuat onar di area kediaman Wali Kota, kau benar-benar mencari mati!!!" Bentak Jong dengan kesal.

Dwi Pangga yang melihat kedatangan dari Komandan Jong, tampak menyambutnya dengan senyum tipis dan mengejek.

"Kau datang juga akhirnya, aku dengar kau adalah pendekar terkuat yang menjaga kediaman Wali Kota." Dwi Pangga menghunuskan pedangnya ke arah, menantang Komandan Jong.

Komandan Jong yang di tantang dan di rendahkan, tentu merasa tidak terima. "Jumawa, aku akui keberanian dirimu, tapi apa keberanianmu di lengkapi dengan kemampuan yang mumpuni juga ... " 

"Haha menarik, aku ingin melihat apakah kau masih memiliki keberanian setelah mengetahui dengan siapa kau berhadapan .... " Dwi Pangga mengeluarkan topeng hitam elang berwarna merah darah yang menunjukkan jika dirinya memiliki jabatan tinggi di Kelompok Elang Hitam.

Komandan Jong yang melihat topeng merah darah yang di gunakan oleh musuhnya, tentu langsung membuat bulu kuduknya berdiri. Dia tentu mengetahui Kelompok Elang Hitam, namun dia tidak pernah menduga akan berhadapan dengan salah satunya. Di tambah lagi, musuhnya kali ini menggunakan topeng merah yang menunjukkan jika musuhnya adalah salah satu dari Komandan utama di dalam kelompok Elang Hitam.

"Apa kau terkejut? Haha sudah aku katakan, jika kau mengetahui siapa lawanmu, kau pasti akan sangat terkejut ... " Dwi Pangga tertawa mengejek.

Komandan Jong tersenyum getir, dia sadar akan sangat sulit untuk dia dapat mempertahankan hidupnya kali ini. Namun dia juga tidak dapat lari, karena keselamatan Wali Kota beserta keluarganya berada di tangannya.

"Bagaimana? Apakah kau masih berniat untuk bertarung denganku atau ingin menyembah di kakiku dan memohon ampunan?" Dwi Pangga tersenyum mengejek ke arah Komandan Jong.

Komandan Jong yang merasa harga dirinya begitu di rendahkan, tentu tidak bisa menerima hal itu begitu saja. 

"Bedebah!!! Harga diriku jauh lebih tinggi, lebih baik mati dari pad bersujud meminta ampunan kepada manusia iblis seperti kelompok kalian ini." Komandan Jong berseru dengan lantang dan keras ke arah Dwi Pangga. Walaupun saat ini dia menyadari sulit bagi dirinya untuk dapat mempertahankan nyawanya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Achmad Syakir
Penyerangan Dwi pangga terhadap kediaman wali kota
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
ingin mengulang bacanya....terima kasih thor
goodnovel comment avatar
hardi annas
kok banyak nama2 yg salah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status