Share

Legenda Negeri Kaili
Legenda Negeri Kaili
Author: Aspasya

Pemberontakan

Di puncak tertinggi menara istana kekaisaran Kaili, sang Kaisar Naga, Ao Yu Long, berdiri tegak. Tangannya bertumpu pada Pedang Es legendaris miliknya yang tertancap kokoh di lantai batu menara.

Mata phoenixnya yang menghipnotis, menyipit tajam. Menatap ribuan pasukan yang bercampur dengan pemberontak dan rakyat. Denting pedang beradu, desau panah dan tombak serta teriakan dan pekikan di bawah menara sama sekali tidak membuatnya bergerak.

Ao Yu Long, sang pemilik pedang es, bukanlah kaisar yang kejam. Meski hampir tidak pernah berwajah ramah dan selalu muram, dia adalah kaisar yang menghargai nyawa rakyatnya.

Saat ini dia dapat dengan mudah memukul mundur atau bahkan memusnahkan para pemberontak dengan tebasan pedang es-nya. Namun, dia tidak segera melakukannya.

Di bawah sana, bukan hanya ada pemberontak, tetapi juga ada rakyat dan pasukannya. Pedangnya tidak akan bisa membedakan musuh atau lawan.

Sekali dia menebaskan pedang berwarna biru cemerlang itu, maka hancurlah semua benda, bernyawa ataupun tidak. Dia tidak menghendaki itu terjadi.

Baginya tahta memang sesuatu yang penting dan harus diperjuangkan. Namun, nyawa manusia lebih penting di atas tahta atau apapun juga.

Dia bisa merebut kembali tahtanya jika hari ini dia memang harus kehilangan. Namun, nyawa manusia sekali hilang tidak akan pernah kembali lagi. Dia tidak punya kekuatan untuk itu. Dia hanya bisa menghancurkan tanpa bisa mengembalikannya.

Dipejamkannya mata hijau gioknya dengan erat. Tangannya semakin kuat menggenggam Pedang Es yang sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk beraksi.

Suara-suara di bawah sana terdengar jelas di telinganya. Jerit tangis wanita dan anak-anak yang berhamburan menyelamatkan diri.

Derap kaki kuda yang mengitari arena pertempuran. Pekik para pemberontak yang menginginkannya turun tahta dan jerit kesakitan para korban perang. Semua itu berdengung, silih berganti memekakkan telinganya.

Tidak dipungkiri, bimbang mulai menggoda benaknya. Ada keinginan untuk menghentikan semua ini dengan kekuatan yang ia miliki.

Perlahan tangannya mulai bergerak. Pedangnya mulai bergetar, merespon hati sang pemilik yang dipenuhi kebimbangan. Pedang Es itu mulai berdengung, seakan-akan mengajaknya untuk segera turun ke arena perang.

Ao Yu Long menjejakkan kakinya ke lantai menara dan pedang es pun berkelebat di tangannya. Mata phoeniknya terbuka dan menatap tajam setiap sudut arena pertempuran di bawah sana. Tangannya mulai bersiap menebaskan Pedang Es.

"Yang mulia, itu tidak akan berhasil." Sebuah suara tenang dan datar menghentikan gerakan tangannya.

"Ming Feng Ying, kalau ini tidak berhasil seperti ucapanmu, lantas apa yang harus kulakukan?" Ao Yu Long menoleh dan menatap pria yang baru saja menegurnya.

Ming Feng Ying adalah perdana menteri kepercayaannya. Dia seorang pria yang cerdas dan setia. Dia tidak gila kekuasaan ataupun kehormatan. Dia memiliki hati yang seluas samudera.

Banyak hal telah terjadi dalam hidupnya. Namun Ming Feng Ying selalu tenang. Meski begitu, gejolak kehidupan tidak membutakan hatinya. Dia seorang ayah dan laki-laki yang hangat.

Ao Yu Long sangat menghormati pria seumuran ayahnya itu. Berbeda dengan dirinya maupun ayahnya yang terlahir sebagai putra kaisar, Ming Feng Ying lebih bisa memahami kondisi rakyat maupun Negeri Kaili.

"Yang Mulia, dengan kekuatanmu, kau bisa dengan mudah menghancurkan pemberontakan ini. Namun, rakyat yang tak bersalah pun akan ikut menjadi korban." Ming Feng Ying berjalan dan berdiri di sebelah Ao Yu Long.

"Yang Mulia, aku rasa Ibu suri memang sudah memperhitungkan semua ini. Dia tahu kau tidak akan bisa menggunakan kekuatanmu dengan sembarangan. Dan aku rasa dia juga sudah menghalangi pasukan utara dan selatan untuk segera tiba di sini. Dia menjebakmu dengan situasi yang membimbangkan hati nuranimu," sambung Ming Feng Ying dengan nada cemas.

"Bagaimana cara Ibu suri menghalangi pasukan bantuan?" Ao Yu Long kembali menyipitkan mata phoenixnya.

Ming Feng Ying menghela napas berat mendengar pertanyaan sang kaisar. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi genting ini padanya.

"Yang Mulia, pintu gerbang Ibukota telah di segel. Tidak ada satu orang pun bisa masuk atau keluar dari Ibukota." Nada bicara Ming Feng Ying sedikit bergetar.

"Jadi Jenderal Dong mengkhianatiku?" Ao Yu Long bergumam datar.

Ming Feng Ying segera berlutut di kaki sang kaisar. Namun Ao Yu Long menahannya. Di tegakkannya lagi tubuh sang Perdana Menteri.

"Ini bukan salahmu. Jenderal Dong pasti akan menggunakan Ming Shuwan untuk mengancam kita bukan?" Ao Yu Long kembali muram.

Seharusnya ini tidak akan terjadi jika dia bisa mencegah pernikahan Ming Shuwan, putri perdana menteri Ming Feng Ying, dengan Jenderal Dong. Saat itu dia belum menjadi jenderal.

Dong Xiu Yue hanyalah seorang prajurit berpangkat rendah. Dia keponakan jauh dari sang perdana menteri.

Seharusnya Ming Shuwan menikahi putra Permaisuri Yu, Ao Yu Feng. Namun gadis itu menolak, dan lebih memilih menikahi sepupunya sendiri, Dong Xiu Yue. Mengingat jasa Ming Feng Ying, kaisar saat itu, ayahnya mengijinkan pernikahan mereka.

Terjadilah pernikahan yang meriah dan semarak dalam klan Ming dan Dong. Sungguh tidak ada yang mengira pernikahan ini adalah sebuah konspirasi. Sebuah langkah awal bagi ibu suri yang waktu itu masihlah permaisuri, untuk menyusun kekuatan dan memberontak padanya.

Setelah menikahi Ming Shuwan, karier Dong Xiu Yue menanjak pesat. Saat ini dia adalah jenderal pemimpin pasukan penjaga ibukota. Rupanya dia memang mengincar posisi itu agar bisa menyegel gerbang ibukota.

Selain itu, dia menggunakan istrinya sendiri sebagai sandera. Ming Feng Ying, dan jenderal-jenderal lainnya tidak dapat berbuat banyak. Bahkan Ao Yu Long, sang kaisar pun mati kutu di buatnya.

Ao Yu Long paham betul situasinya saat ini. Dia terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan baginya. Dia harus segera membuat keputusan atau semua akan hancur berantakan.

"Perdana Menteri, mungkin ini saatnya klan Ao musnah dari negeri Kaili. Aku tidak bisa bertahan dan berdiam diri seperti ini." Dengan berat hati Ao Yu Long mengambil keputusan.

"Yang Mulia…." Suara bergetar Ming Feng Ying dihentikan desau pedang es di tangan sang kaisar.

"Ming Feng Ying ini keputusanku. Selamatkan apa yang bisa kau selamatkan!" Tanpa menunggu jawaban Ming Feng Ying, Ao Yu Long meluncur turun ke arena pertempuran.

Melihat kemunculan sang kaisar, mendadak suasana menjadi sunyi. Waktu seakan berhenti. Semua diam, tak bergeming menatap sang kaisar.

Dia berdiri di tengah arena pertempuran dengan menenteng pedang esnya. Pedang legendaris yang bisa membekukan seluruh Negeri Kaili, jika sang kaisar bersedia menebaskannya.

"Siapa yang akan menghadapiku?" Suara dingin tanpa emosi itu memecah keheningan.

Ditatapnya semua yang ada di sekelilingnya. Para pemberontak, pasukan penjaga ibu kota yang membelot, pasukan yang setia dan rakyat jelata berbaur dalam pertempuran yang kacau ini. Dia bisa melihat ketakutan mau pun harapan di mata orang-orang itu.

"Yang Mulia sebaiknya Anda menyerah! Serahkan tahta pada Pangeran Pertama dan Anda dapat yakin kami tidak akan menyakiti siapa pun!" suara yang sangat dikenalnya bergema dari arah belakang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heru Priyono
ini cerita mau terus sampe selesai apa di tengah jalan di tinggal kabur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status