Share

Legenda Negeri Kaili
Legenda Negeri Kaili
Author: Aspasya

Pemberontakan

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2023-04-17 11:42:19

Di puncak tertinggi menara istana kekaisaran Kaili, sang Kaisar Naga, Ao Yu Long, berdiri tegak. Tangannya bertumpu pada Pedang Es legendaris miliknya yang tertancap kokoh di lantai batu menara.

Mata phoenixnya yang menghipnotis, menyipit tajam. Menatap ribuan pasukan yang bercampur dengan pemberontak dan rakyat. Denting pedang beradu, desau panah dan tombak serta teriakan dan pekikan di bawah menara sama sekali tidak membuatnya bergerak.

Ao Yu Long, sang pemilik pedang es, bukanlah kaisar yang kejam. Meski hampir tidak pernah berwajah ramah dan selalu muram, dia adalah kaisar yang menghargai nyawa rakyatnya.

Saat ini dia dapat dengan mudah memukul mundur atau bahkan memusnahkan para pemberontak dengan tebasan pedang es-nya. Namun, dia tidak segera melakukannya.

Di bawah sana, bukan hanya ada pemberontak, tetapi juga ada rakyat dan pasukannya. Pedangnya tidak akan bisa membedakan musuh atau lawan.

Sekali dia menebaskan pedang berwarna biru cemerlang itu, maka hancurlah semua benda, bernyawa ataupun tidak. Dia tidak menghendaki itu terjadi.

Baginya tahta memang sesuatu yang penting dan harus diperjuangkan. Namun, nyawa manusia lebih penting di atas tahta atau apapun juga.

Dia bisa merebut kembali tahtanya jika hari ini dia memang harus kehilangan. Namun, nyawa manusia sekali hilang tidak akan pernah kembali lagi. Dia tidak punya kekuatan untuk itu. Dia hanya bisa menghancurkan tanpa bisa mengembalikannya.

Dipejamkannya mata hijau gioknya dengan erat. Tangannya semakin kuat menggenggam Pedang Es yang sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk beraksi.

Suara-suara di bawah sana terdengar jelas di telinganya. Jerit tangis wanita dan anak-anak yang berhamburan menyelamatkan diri.

Derap kaki kuda yang mengitari arena pertempuran. Pekik para pemberontak yang menginginkannya turun tahta dan jerit kesakitan para korban perang. Semua itu berdengung, silih berganti memekakkan telinganya.

Tidak dipungkiri, bimbang mulai menggoda benaknya. Ada keinginan untuk menghentikan semua ini dengan kekuatan yang ia miliki.

Perlahan tangannya mulai bergerak. Pedangnya mulai bergetar, merespon hati sang pemilik yang dipenuhi kebimbangan. Pedang Es itu mulai berdengung, seakan-akan mengajaknya untuk segera turun ke arena perang.

Ao Yu Long menjejakkan kakinya ke lantai menara dan pedang es pun berkelebat di tangannya. Mata phoeniknya terbuka dan menatap tajam setiap sudut arena pertempuran di bawah sana. Tangannya mulai bersiap menebaskan Pedang Es.

"Yang mulia, itu tidak akan berhasil." Sebuah suara tenang dan datar menghentikan gerakan tangannya.

"Ming Feng Ying, kalau ini tidak berhasil seperti ucapanmu, lantas apa yang harus kulakukan?" Ao Yu Long menoleh dan menatap pria yang baru saja menegurnya.

Ming Feng Ying adalah perdana menteri kepercayaannya. Dia seorang pria yang cerdas dan setia. Dia tidak gila kekuasaan ataupun kehormatan. Dia memiliki hati yang seluas samudera.

Banyak hal telah terjadi dalam hidupnya. Namun Ming Feng Ying selalu tenang. Meski begitu, gejolak kehidupan tidak membutakan hatinya. Dia seorang ayah dan laki-laki yang hangat.

Ao Yu Long sangat menghormati pria seumuran ayahnya itu. Berbeda dengan dirinya maupun ayahnya yang terlahir sebagai putra kaisar, Ming Feng Ying lebih bisa memahami kondisi rakyat maupun Negeri Kaili.

"Yang Mulia, dengan kekuatanmu, kau bisa dengan mudah menghancurkan pemberontakan ini. Namun, rakyat yang tak bersalah pun akan ikut menjadi korban." Ming Feng Ying berjalan dan berdiri di sebelah Ao Yu Long.

"Yang Mulia, aku rasa Ibu suri memang sudah memperhitungkan semua ini. Dia tahu kau tidak akan bisa menggunakan kekuatanmu dengan sembarangan. Dan aku rasa dia juga sudah menghalangi pasukan utara dan selatan untuk segera tiba di sini. Dia menjebakmu dengan situasi yang membimbangkan hati nuranimu," sambung Ming Feng Ying dengan nada cemas.

"Bagaimana cara Ibu suri menghalangi pasukan bantuan?" Ao Yu Long kembali menyipitkan mata phoenixnya.

Ming Feng Ying menghela napas berat mendengar pertanyaan sang kaisar. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi genting ini padanya.

"Yang Mulia, pintu gerbang Ibukota telah di segel. Tidak ada satu orang pun bisa masuk atau keluar dari Ibukota." Nada bicara Ming Feng Ying sedikit bergetar.

"Jadi Jenderal Dong mengkhianatiku?" Ao Yu Long bergumam datar.

Ming Feng Ying segera berlutut di kaki sang kaisar. Namun Ao Yu Long menahannya. Di tegakkannya lagi tubuh sang Perdana Menteri.

"Ini bukan salahmu. Jenderal Dong pasti akan menggunakan Ming Shuwan untuk mengancam kita bukan?" Ao Yu Long kembali muram.

Seharusnya ini tidak akan terjadi jika dia bisa mencegah pernikahan Ming Shuwan, putri perdana menteri Ming Feng Ying, dengan Jenderal Dong. Saat itu dia belum menjadi jenderal.

Dong Xiu Yue hanyalah seorang prajurit berpangkat rendah. Dia keponakan jauh dari sang perdana menteri.

Seharusnya Ming Shuwan menikahi putra Permaisuri Yu, Ao Yu Feng. Namun gadis itu menolak, dan lebih memilih menikahi sepupunya sendiri, Dong Xiu Yue. Mengingat jasa Ming Feng Ying, kaisar saat itu, ayahnya mengijinkan pernikahan mereka.

Terjadilah pernikahan yang meriah dan semarak dalam klan Ming dan Dong. Sungguh tidak ada yang mengira pernikahan ini adalah sebuah konspirasi. Sebuah langkah awal bagi ibu suri yang waktu itu masihlah permaisuri, untuk menyusun kekuatan dan memberontak padanya.

Setelah menikahi Ming Shuwan, karier Dong Xiu Yue menanjak pesat. Saat ini dia adalah jenderal pemimpin pasukan penjaga ibukota. Rupanya dia memang mengincar posisi itu agar bisa menyegel gerbang ibukota.

Selain itu, dia menggunakan istrinya sendiri sebagai sandera. Ming Feng Ying, dan jenderal-jenderal lainnya tidak dapat berbuat banyak. Bahkan Ao Yu Long, sang kaisar pun mati kutu di buatnya.

Ao Yu Long paham betul situasinya saat ini. Dia terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan baginya. Dia harus segera membuat keputusan atau semua akan hancur berantakan.

"Perdana Menteri, mungkin ini saatnya klan Ao musnah dari negeri Kaili. Aku tidak bisa bertahan dan berdiam diri seperti ini." Dengan berat hati Ao Yu Long mengambil keputusan.

"Yang Mulia…." Suara bergetar Ming Feng Ying dihentikan desau pedang es di tangan sang kaisar.

"Ming Feng Ying ini keputusanku. Selamatkan apa yang bisa kau selamatkan!" Tanpa menunggu jawaban Ming Feng Ying, Ao Yu Long meluncur turun ke arena pertempuran.

Melihat kemunculan sang kaisar, mendadak suasana menjadi sunyi. Waktu seakan berhenti. Semua diam, tak bergeming menatap sang kaisar.

Dia berdiri di tengah arena pertempuran dengan menenteng pedang esnya. Pedang legendaris yang bisa membekukan seluruh Negeri Kaili, jika sang kaisar bersedia menebaskannya.

"Siapa yang akan menghadapiku?" Suara dingin tanpa emosi itu memecah keheningan.

Ditatapnya semua yang ada di sekelilingnya. Para pemberontak, pasukan penjaga ibu kota yang membelot, pasukan yang setia dan rakyat jelata berbaur dalam pertempuran yang kacau ini. Dia bisa melihat ketakutan mau pun harapan di mata orang-orang itu.

"Yang Mulia sebaiknya Anda menyerah! Serahkan tahta pada Pangeran Pertama dan Anda dapat yakin kami tidak akan menyakiti siapa pun!" suara yang sangat dikenalnya bergema dari arah belakang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heru Priyono
ini cerita mau terus sampe selesai apa di tengah jalan di tinggal kabur
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Negeri Kaili   Era Baru

    Ao Yu Long mengangkat pedang berwarna biru itu ke atas dan mendongak menatap langit yang gelap gulita. Seberkas sinar berwarna biru terpancar dari pedang itu dan berpendar selama beberapa saat menerangi malam di Dataran Tengah, hingga Tanah Bebas dan sebagian wilayah Kaili."Gege!" Dong Xiu Bai melayang turun bersama Rubah Putih dan Tian Min.Dong Xiu Bai segera berlari dan menubruk Ao Yu Long dengan gembira. Ao Yu Long tertawa dan menurunkan pedangnya. Kemudian digendongnya gadis kecil itu dan membawanya kembali ke kerumunan diikuti Tian Min."Hei kalian berdua! Jangan seenaknya!" Tiba-tiba saja Naga Es berseru kesal."Ada apa? Apa kalian ingin tertidur lagi?" Tian Min tertawa dan menyentuh kepala Naga itu."Bocah Duan! Mana Seruling Giokmu?" Rubah Putih mendekati Tian Min dan bertanya dengan gaya acuh tak acuhnya."Rubah Putih, Seruling Giok menghilang bersamaan dengan meninggalnya nenekku!" Dong Xiu Bai turun dari gendongan Xiao Long dan mendekatinya."Aneh! Tetapi aku merasakan roh

  • Legenda Negeri Kaili   Kembalinya Kaisar Ao Yu Long

    "Tian Min selamatkan Nona! Jangan khawatirkan kami! Ingatlah janjimu pada Tuan Xiao Long untuk melindungi Nona!" Nyonya Ning berteriak memintanya untuk menyusul Dong Xiu Bai.Tian Min menatap para wanita itu sebentar. Dengan berat hati dia meninggalkan mereka dan berlari menuju rumah utama. Api berkobar semakin membesar."Kejar dia! Dan tangkap para wanita itu!" Para pria itu berteriak-teriak.Sebagian mengejar Tian Min dan sebagian menyerang Nyonya Ning dan yang lain. Jerit tangis sekaligus ketakutan kembali terdengar. Membuat Tian Min ragu."Tian Min, pergilah! Jika kami mati, kau dan Nona dapat membalaskan dendam kami! Jika kau yang mati sudah pasti kami pun akan mati!" Nyonya Ning berteriak tanpa ragu.Tian Min yang sempat merasakan keraguan kini membulatkan tekad untuk menerobos api. Kobaran api yang semakin membesar tak dihiraukannya."Nona! Nona!" Dia berteriak memanggil Dong Xiu Bai.Pandangan matanya terhalang api dan asap. Dia tidak dapat memastikan di mana dia atau pun Dong

  • Legenda Negeri Kaili   Wisma Diserang

    Beberapa hari kemudian, orang-orang di Wisma Nyonya Ning dan juga di desa disibukkan dengan persiapan untuk mengungsi. Mereka bersiap untuk kemungkinan yang terburuk."Aku dengar desa sebelah diserbu orang-orang tak dikenal. Dalam semalam desa itu hancur lebur." Desas-desus beredar di desa terutama di keramaian.Bahkan para tamu di wisma pun mulai gelisah. Mereka memilih untuk meneruskan perjalanan ke Tanah Bebas. Sedangkan bagi orang-orang yang hendak menuju Dataran Tengah memilih untuk kembali atau bertahan di wisma."Seperti dugaanku, situasi makin tak terkendali, Nyonya." Tian Min duduk di hadapan Nyonya Ning.Sore itu mereka bermain catur go sembari berbincang dan menikmati teh. Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama."Kau benar. Aku khawatir mereka akan menyerang kita kapan saja. Orang-orangku tak akan mampu menahan mereka." Nyonya Ning meski berkata dengan tenang, tetapi kekhawatiran tergambar jelas d

  • Legenda Negeri Kaili   Situasi Makin Kacau

    "Nona!" A Gui berteriak seraya berlari menghampiri Dong Xiu Bai yang tengah berlatih memanah bersama Tian Min."Ada apa? Apakah ada kabar dari Long Gege?" Dong Xiu Bai bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari target yang hendak dipanahnya.Tian Min memberi isyarat pada A Gui untuk menunda laporannya. Menunggu Dong Xiu Bai selesai memanah sesuai target. Anak panahnya melesat dan tepat mengenai sasaran."Nona anda semakin pandai dalam memanah." Tian Min memujinya."Karena kau yang mengajariku. Oh ya Paman A Gui, ada apa?" Dong Xiu Bai kini menatap pria yang selalu setia membawakan kabar dari Xiao Long atau pun Xie Jing Cuan."Surat dari Tuan Long." Sahutnya sembari memberikan sebuah gulungan padanya."Terima kasih." Dong Xiu Bai menerima kemudian membuka dan membaca gulungan itu. Dia menjauhi area latihan dan masuk ke dalam rumah."Pama A Gui apakah ada kabar di Tanah Bebas dan Dataran Tengah?" Tian Min bertanya pada pria yang kini mengikutinya menuju dapur."Ada Tuan. Tanah Bebas ki

  • Legenda Negeri Kaili   Kunjungan Wu Hongyi

    "Yang Mulia bagaimana dengan Pedang Es?" Jenderal Won bertanya saat mereka berpatroli di sekitar Padang Muhly."Pedang itu menghilang dan aku harus mencarinya." Ao Yu Long menatap lurus ke arah rerumputan merah muda yang berkibar-kibar tertiup angin."Bai'er pasti senang jika berada di sini. Dia dapat berlatih dengan bebas," gumamnya lirih.Tiba-tiba terbersit sebuah rasa rindu pada gadis kecil itu. Tawanya yang menggemaskan, denting hiasan rambutnya saat kepalanya bergoyang dan keusilan serta kenakalannya semua itu sangat dirindukannya."Bai'er?" Jenderal Won tertegun mendengar gumaman Xiao Long."Dong Xiu Bai, putri tunggal Lady Ming." Xiao Long tersenyum, menjelaskan."Yang Mulia, jika Anda bertemu dengan putri Lady Ming seharusnya Anda juga bertemu dengan Jenderal Mo Ye bukan?" Jenderal Won bertanya dengan hati-hati.Xiao Long tertegun sejenak kemudian menghela napas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang dia tahu pasti akan sulit untuk menjawabnya. Bukan perkara mudah untuk mengabark

  • Legenda Negeri Kaili   Perbincangan Tiga Pria

    "Aku heran! Hanya dengan sebuah siulan dan mereka mempercayai kau adalah Kaisar Ao Yu Long." Tuan Wu masih penasaran dengan siulan Xiao Long tadi."Bukankah sedari awal kau bertemu denganku, kau pun sudah mencurigai diriku?" Xiao Long tertawa pelan."Tentu saja berbeda. Waktu itu aku mengobatimu dan tahu chi-mu yang jelas bercirikan chi Klan Ao." Tuan Wu menyahut dengan kesal."Tuan, siulan tadi hanya bisa disiulkan oleh Yang Mulia Kaisar. Itu bukan siulan sembarangan karena siulan itu merupakan kode rahasia yang dikombinasikan dengan jurus Pedang Es." Jenderal Won menjelaskan dengan nada datar tanpa emosi."Begitu rupanya? Xiao Long apakah semua jenderalmu bersikap dingin dan tanpa emosi seperti dia?" Tuan Wu berbisik pelan."Diamlah dan ikuti saja kebiasaan di sini." Xiao Long berbisik pelan dan mengikuti Jenderal Won memasuki tenda. Tuan Wu terdiam dan mendesah kesal, meski begitu dia mengikuti perkataan Xiao Long."Yang Mulia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status