로그인Lintang bangkit dari tidur panjangnya, dia sangat bahagia mendapati pangeran Arundia sudah mampu menciptakan pil yang amat rumit.Dia juga begitu senang mendapati seluruh pembesar suku Agartha kini bisa menerimanya.Namun sedetik kemudian, raut wajah Lintang seketika berubah menjadi sedih dimana dirinya teringat dengan nasib yang Kusha alami.“Kusha, apa kau mendengarku?” Lintang berusaha menghubungi ruh Kusha.Tetapi setelah berapa kali dipanggil pun Kusha tetap tidak kunjung menjawabnya.“Sepertinya luka yang diderita oleh dia jauh lebih parah dariku. Maafkan aku Khusa, aku berjanji, dengan cara apa pun, kau akan aku pulihkan,” Lintang mengepalkan tangan merasa bersalah.Selanjutnya, Lintang menghampiri tubuh pangeran Arundia dan raja Kancradaka.Mereka dibaringkan bersama tubuh para pembesar Agartha yang ketika Lintang bangun, semua sudah tergeletak tidak sadarkan diri.Setelah memulihkan luka mereka, Lintang kemudian memeriksa tubuh panglima Roroa.Lintang sengaja tidak membangunk
“Krrr,” raja Kancradaka mengangguk senang.“Ayah terluka ketika menggunakan beberapa teknik jurus tingkat tinggi, termasuk Sthira. Maka untuk memulihkannya aku juga membutuhkan energi dasar jurus Sthira. Dan yang memiliki jurus itu di sini hanya dirimu paman,” ungkap pangeran Arundia.“Begitu ternyata,” gumam raja Kancradaka di dalam hati.Pantas saja sejak awal pangeran Arundia malah memilihnya, padahal pada anggota rombongan, masih terdapat raja Mulu yang memiliki energi regenerasi jauh lebih besar dari semua orang.“Aku akan menciptakan pil dari gabungan beberapa energi, jadi aku membutuhkan bantuanmu paman,” ungkap Pangeran Arundia.“Krrrrrr,” raja Kancradaka tertawa senang.Namun setelah itu, Raja Kancradaka kembali bertanya terkait bagaimana cara memulihkan panglima Roroa.Jika tubuh bangsa Agartha terbuat dari asap, maka pil apa pun yang pangeran Arundia ciptakan tidak akan berguna kepadanya.“Itu urusan nanti paman, tugas kita hanya memulihkan ayah terlebih dahulu. Sementara s
Tujuh hari setelah pertarungan pun berlalu, namun Lintang dan panglima Roroa belum kunjung bangun.Mereka berdua dirawat oleh para Pangaji Wana, yakni para tabib suku Agartha.Akan tetapi luka keduanya terlalu parah sehingga semua Pangaji Wana kelabakan.7 hari tujuh malam, para Pangaji Wana terus berusaha. Hanya saja kondisi Lintang dan Panglima Roroa tidak kunjung membaik.Waktu itu pangeran Arundia bersama kelompok lain membantu membangun ulang perkampungan Agartha.Dia menyerahkan pemulihan Lintang kepada para Pangaji Wana karena tabib suku Agartha tersebut sangat ingin melakukannya.Bagi mereka, membantu pemulihan seorang pendekar maha sakti seperti Lintang dan Panglima Roroa merupakan sebuah kehormatan besar.Namun sayangnya, sekeras apa pun mereka berjuang, Lintang dan panglima Roroa tetap tidak ada perubahan.Sehingga di hari ke delapan, tepat ketika mereka sudah amat kelelahan, para Pangaji Wana bersimpu di depan panatua Biwangga, meminta maaf karena mereka tidak sanggup menj
Satu menit dalam sebuah pertempuran adalah waktu yang lama. Karena dalam kurun waktu tersebut, kedua belah pihak bisa mengeluarkan puluhan sampai ribuan jurus secara beruntung.Dan hal itu pula yang Lintang dan panglima Roroa rasakan.Bagi panglima Roroa, Lintang adalah lawan tertangguh selain panatua Biwangga yang tiada lain adalah gurunya sendiri.Tidak pernah ada mahluk sesakti Lintang masuh ke alam Agartha sehingga kesempatan ini dia gunakan untuk membuktikan diri dan kesetiaan.Tidak terhitung lagi entah sudah berapa banyak luka yang dia dapatkan.Namun Lintang juga demikian, bahkan Lintang memiliki luka yang jauh lebih banyak dari panglima Roroa.Namun baik Lintang maupun panglima Roroa, mereka tidak berniat berhenti sampai ada salah satu yang tumbang atau tewas.“Tinggal 20 detik lagi, sedangkan sebagian tubuhku mulai lumpuh,” umpat Lintang menyesali kecerobohannya.“Tirtamarta!” selarik cahaya putih dari jurus tirtamarta tahap tertinggi melesat ke arah lawan.Tetapi panglima R
“A-apa ini sudah selesai?” tanya Pangeran Arundia senang.“Tentu saja, dia sudah tidak berdaya!” ujar Asgar dengan bangga menjelaskan.Semua orang percaya dengan ucapan Asgar karena dengan kondisi seperti itu, musuh mustahil bisa bangkit kembali.Namun tidak dengan raja Mulu, dimana dengan usia dan pengalamannya, raja Mulu entah mengapa seperti merasakan firasat buruk.“Nak Lintang, jangan lengah!” teriak raja Mulu tergesa-gesa.Mendengar itu, Lintang langsung menoleh, dia tersenyum sembari mengangkat jempol tangannya.“Jangan khawatir paman, semua sudah terkendali,” ucap Lintang penuh percaya diri.Sedangkan di kejauhan, Panatua Biwangga melebarkan mata tidak setuju dengan apa yang akan terjadi.Bahkan semua kesatria Agartha mulai mundur dari tempatnya.Begitu juga dengan semua tetua, termasuk para penduduk dan Datuk Penasehat Donae.“A-a—ada apa ayah?” Ruka terkejut bisa merasakan tindakan semua kaumnya.Namun panatua Biwangga tidak menjawab, dia hanya mengepalkan tangan sembari men
Cahaya keemasan yang muncul bukanlah energi bangsa Kala, melainkan energi puncak Satya-Gama yang tempo lalu berhasil Lintang kuasai.Di tengah pancaran cahaya emas yang sangat terang, wujud Lintang seketika berevolusi.Sisik emas mulai bermunculan, membentuk jirah kokoh di sekujur tubuhnya.Mulai dari ujung kaki sampai ke pangkal leher, Lintang diselimuti sisik yang berkilau keemasan.Terdapat duri naga di sepanjang jalur tulang punggung Lintang, sedangkan di kedua lengannya terbentuk cakar naga yang melingkar mencengkram bahunya.Bola mata Lintang menjelma biru seperti wujudnya yang dulu, sedangkan warna rambutnya menjadi seputih salju.Wajah Lintang amat sangat tampan, sampai-sampai putri Shalya tidak mampu mengenalinya.Sementara Asgar dan Samhu menganga karena mereka begitu merindukan wajah tersebut.“Dia ...,” tidak terasa Asgar telah menitikan air mata.Begitu pula dengan Samhu.Sedangkan para suku Agartha mematung tidak mampu berkata-kata. Termasuk panatua Biwangga.“Energi dan







