“A-apa yang terjadi?” Bagas terperanjat kaget hampir melompat.Sementara Prabu Mangkukarsa, Raja Manggala, Raden Rakean dan semua orang langsung menyipitkan mata menatap Lintang.Sedangkan Ki Larang dan Adipati Agung Triat Mojo terkejut khawatir Lintang berubah gila.Nindhi waktu itu sedang menangis sama seperti Balada. Tapi ketika mendengar Lintang tertawa, dia langsung melebarkan mata.“Kau harus tabah Kusha, kami tahu hatimu pasti berat menerima semua ini. Tapi ...,”“Tidak Raden! aku tidak gila, hahahaha,” sergah Lintang sembari masih tertawa.Prabu Mangkukarsa langsung mengerutkan kening tidak mengerti. Dia benar-benar bingung terhadap sikap Lintang.“Ada apa ini anak muda?” tanya Raja Manggala.“Hahaha, mereka tidak mati paman. Mereka ada di sini,” tunjuk Lintang ke arah reruntuhan di bawah kakinya.“A-a—apa kau tidak bercanda Kusha?” Prabu Mangkukarsa langsung melebarkan mata.Begitu pun dengan semua orang, mereka terperangah sulit mempercayai kata-kata Lintang.“Hahaha, itu be
Wush! Wush! Wush! Tap!Sehari setelah melewati perjalanan panjang, rombongan Lintang pun akhirnya tiba di wilayah istana.Mereka berhenti tepat di depan gerbang yang kini telah menjadi puing.Prabu Mangkukarsa, Raden Rakean, serta Raja Manggala segera turun dari punggung banteng.Ketiganya langsung menggigit bibir menahan kesal sebelum akhirnya berlutut lemas menitikan air mata.Patih Adi, Ki Larang, Adipati Agung Triat Mojo, dan Kuncoro juga melakukan hal yang sama.Semetara semua pasukan Lintang serentak menunduk sedih merasa bersalah.Andai saja tempo hari tidak ada kemelut yang disebabkan oleh pihak kerajaan Galatik, mungkin semua ini tidak akan terjadi.Sedangkan Lintang sendiri mematung tidak percaya, kedua tangannya mengepal menahan amarah karena tidak bisa menyelamatkan kerajaan.Saat rombongan Lintang tiba, semua benteng istana telah hancur lebur menjadi puing, puluhan ribu mayat berserakan di mana-mana.Seluruh bangunan lenyap luluh-lantah dengan tanah, begitu juga dengan ba
Kecepatan kuda perang ternyata hanya bagaikan siput di hadapan para Banteng Hitam.Mereka dapat melesat bagai bayangan bahkan melebihi kecepatan ilmu meringankan tubuh para pendekar.Dengan begitu, rombongan Lintang saat ini telah berhasil menyusul kelompok Raden Rakean.“Ti-ti—tidak mungkin?” semua orang melebarkan mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Bahkan Raja Manggala hampir tidak bisa bernapas menyaksikan Lintang.“Dasar adik sialan! Jika aku tahu dia memiliki kendaraan seperti itu, aku tidak akan mau menggunakan kuda letoy ini,” umpat Balada.Hihihik! Hihihik! Hihihik! Wuheeerrr!Semua kuda meringik ketakutan menyaksikan kedatangan sekawanan siluman banteng raksasa.“Berhenti Petung!” seru Lintang.“Oweeeee!” dua kaki depan Banteng Hitam langsung menghentak tanah, menciptakan guncangan hebat pada permukaan daratan.“Hihihi, kakak sebaiknya ikut denganku, mari naik!” seru Lintang terkekeh.“Mmmm,” Balada langsung melesat melompat ke atas punggung petung.“Se-senior?” B
Selepas memulihkan diri, Prabu Mangkukarsa dan para pembesar lain segera berlesatan melakukan perjalanan menuju istana kerajaan.Mereka meninggalkan bekas medan pertempuran begitu saja tanpa peduli terhadap tenda dan perlengkapan perang yang ada di sana.Bahkan ratusan ribu mayat masih berserakan tidak sempat dikuburkan karena harus mengejar waktu menuju perang yang lain.Para pembesar kerajaan pergi menggunakan kuda dan kereta, mereka melesat lebih dulu agar dapat membantu pihak istana.Sementara para pasukan berlari secara berkelompok mengejar arah perginya jejak kuda.Waktu itu Raden Rakean menunjukan jalan pintas menuju istana dengan melewati hutan terlarang.Dengan melalui jalur tersebut, mereka akan tiba di wilayah istana dalam waktu 2 hari.Balada dan rombongannya juga turut menggunakan kuda bersama para pembesar kerajaan. Hal itu mereka lakukan untuk menghemat energi agar ketika tiba bisa langsung berperang.Sementara Lintang pergi belakangan karena dia mampu menggunakan jalur
Sesaat semua orang merasa hancur dengan berita yang dibawa Lintang. Namun ketika mendengar penjelasan selanjutnya, mereka kembali memiliki harapan.“Be-be—benarkah?” Prabu Mangkukarsa menyeka air matanya.“Tentu saja Raden, aku tidak akan sanggup meninggalkan mereka jika tanpa persiapan. Tenanglah, aku yakin mereka akan bisa bertahan?” jawab Lintang.“Pa-pasukan? Da-da—dari mana kau mendapatkan pasukan sebanyak itu, Kusha?” tanya Prabu Mangkukarsa masih tidak mengerti.“Dari apa yang kau lihat tadi,” jawab Lintang menyeringai lebar.“Ta-tadi? Apa maksudmu?” Prabu Mangkukarsa semakin kebingungan.“Seperti mereka,” tunjuk Lintang ke arah para pasukan kerajaan Galatik yang tadi menyerah.“Aku bertarung bukan hanya untuk menghakimi, tapi berjuang demi mendapatkan banyak teman. Mereka yang kuampuni akan menjadi temanku, dan seorang teman akan rela berjuang membantu kita meski tanpa embel-embel kekuasaan,” tutur Lintang.Deg!Prabu Mangkukarsa tidak bisa berkata-kata mendengar itu, sedangka
Kaburnya Panglima Alpere membuat mental para pasukan yang tersisa jatuh pada titik terendah.Begitu juga dengan para panglima lain seperti Hala, Rogo Karto, Lamtiar, Patar, Patudu, dan Sihan.Panglima Rogo Karto tewas di tangan Raden Rakean, sementara Panglima Lamtiar tewas di ujung pedang Prabu Mangkukarsa. Sedangkan 4 panglima sisanya menyerah kepada Lintang.2000 pasukan ikut menyerah mengikuti ke 4 panglima mereka, tapi sebagian besar tewas bersama para siluman Gandipati terbakar oleh amukan Petung si Banteng Hitam.Malam itu Prabu Mangkukarsa meminta Lintang membunuh mereka sampai tidak tersisa. Namun segera Lintang tolak karena suatu alasan.“Tujuan perang sesungguhnya bukan untuk membunuh, melainkan untuk meyakinkan musuh akan kesalahan mereka. Dan jika musuh sudah mengakui kesalahannya, maka tidak ada alasan untuk kita membantainya. Setiap mahluk memiliki hak untuk hidup, termasuk mereka, Raden,” tutur Lintang.“Itu ...,” Prabu Mangkukarsa menggigit bibirnya menahan amarah.Di