Di puncak gunung Wayan Jampana, Lintang baru saja menyelesaikan latihannya. Dia bergegas keluar dari ruang Pranayama untuk menemui gurunya.Sejak satu bulan terakhir, Ki Samudra tidak lagi mampu menemani Lintang di dalam Pranayama.Dia tidak bisa bertahan lebih dari 10 menit di dalam sana, sedangkan Lintang sudah mampu melewati batas dirinya.Hal itu tidak heran karena dahulu, Lintang adalah kesatria semesta. Tubuhnya tntu mampu menyesuaikan diri dengan cepat melebihi tubuh manusia pada umumnya.Terlebih Lintang sudah memiliki kualitas tulang naga di usia yang masih sangat muda membuat dia bisa berkembang jauh melebihi Ki Samudra.“Salam, guru. Murid telah selesai,” Lintang berlutut pernuh hormat.Keduanya kini sedang berada di dalam goa, tempat peristirahatan Ki Samudra.“Hehehe, sudah kuduga kau akan mampu, Kusha. Katakan padaku, apa yang kau temukan di sana setelah satu jam melatih tubuhmu?” tanya Ki Samudra.“Aku tidak menemukan apa-apa guru. Selain merasakan tulang dan organ dala
Sudah satu bulan Lintang menghilang dari kota raja, selama itu pula Cantika Ayu merasa gundah entah mengapa.Terlebih Balada juga jarang terlihat di mana dia dan kelompoknya sedang berlatih keras bersama raja Manggala dan Raden Rakean.Sedangkan Ki Keling sendiri sibuk membantu pembangunan istana, sehingga Cantika Ayu tidak memiliki teman berbincang.Untuk mengusir rasa sepinya, Cantika Ayu kerap menghabiskan waktu dengan berlatih sihir dan ilmu pedang, membuat kanuragannya meningkat secara signifikan.Karena Lintang tidak ada, Petung juga telah kembali ke hutan tempat dirinya tinggal.Banteng hitam itu seperti Cantika Ayu, kesepian merindukan sosok Kusha yang periang.Sedangkan panglima Siahan bersama para pasukannya masih sibuk membantu pembangunan Istana, benteng, dan kota.Pada awalnya mereka kerap diperlakukan buruk seperti tidak diterima oleh penduduk serta pasukan Manggala.Tapi seiring berjalannya waktu, berkat kegigihan serta niat tulus ingin membantu. Mereka akhirnya dapat d
Sebuah ruang hampa kedap udara yang dipenuhi energi begitu sangat menekan tubuh Lintang.Sekali dia masuk, maka kualitas tulang tingkat naga sekali pun tidak mampu menahan tekanannya.Lintang akan langsung tidak sadarkan diri pada 3 menit pertama, membuat seluruh organ lain sulit bekerja dengan maksimal.Terlebih di sana tidak ada udara sehingga Lintang harus bisa mengatur aliran darahnya sebaik mungkin.Pengalaman serta pengetahuannya di dalam dunia kependekaran selama ini sungguh tidak berguna di ruangan itu karena cara kerja tubuh di sana sangat berbeda dengan di dunia luar.Sudah hampir mencapai ribuan kali mencoba, Lintang tetap saja selalu berakhir pingsan.Seperti kali ini, baru 3 menit dia di sana. Kesadarannya langsung lenyap tidak kuat menahan tekanan energi ruangan.Beruntung Ki Samudra tidak pernah lepas mengawasinya, sehingga saat Lintang tumbang, dia akan langsung membawa tubuh bocah itu keluar.Setelah dipulihkan dengan energi, Lintang kembali tersadar. Dia mulai menari
Selepas kekalahan dalam perang, Panglima Alpere kembali pulang ke istana kerajaan Galatik.Dia melaporkan semua yang dirinya alami berikut keadaan para pasukan membuat Raja Binturong menjadi amat sangat marah.Sebuah meja besar hancur menjadi serpihan akibat terkena pelampiasan amarahnya.“Maafkan hamba paduka, kekuatan Manggala sungguh besar. Terlebih mereka memiliki kesatria muda yang sangat sakti dan pandai dalam bersiasat,” ungkap Panglima Alpere dengan wajah pucat di penuhi ketakutan.“Bedebah! Segera kumpulkan para pembesar kerajaan! Kita akan mengadakan pertemuan,” bentak Raja Binturong memberi perintah.“Sendiko banginda,” angguk Panglima Alpere cepat.Selanjutnya dia bergegas undur diri untuk menjalankan perintah. Panglima Alpere melesat mengumpulkan penasehat, patih, senopati, panglima, serta kerabat dan saudagar istana.Pertemuan besar pun di gelar di dalam istana. Wajah semua orang tampak tegang karena tahu pasukan mereka kalah di medan perang.“Apa yang kita khawatirkan a
Di dalam kota raja, Balada bersama Cantika Ayu sedang berlatih tanding dengan diawasi oleh Ki Keling.Keduanya beradu ilmu pedang dari perguruan masing-masing, menciptakan dentingan nyaring serta ledakan energi yang cukup besar, membuat beberapa senopati kerajaan langsung berlesatan memeriksa.Namun ketika mendapati suara itu berasal dari latihan Balada, mereka pun lantas malah menonton dengan mata melebar penuh kekaguman.Dalam ilmu pedang, Balada jelas lebih unggul dari Cantika Ayu. Tapi gadis cantik itu memiliki teknik sihir dan ilusi membuat Balada kewalahan hingga pada akhirnya menyerah.“Kau hebat Ayu,” puji Balada.“Kamu juga,” ujar Cantika Ayu singkat.“Hahaha, tidak kusangka kau mampu berkembang secepat itu Balada. Kau benar-benar berbakat,” Ki Keling tertawa.“Aki terlalu memuji,” Balada menggeleng merasa masih sangat kurang terlebih jika dibandingkan dengan adiknya.“Anda hebat tuan Balada, kau juga nona muda,” puji para panglima.“Hahaha, paman-paman juga ada di sini terny
Mendengar kisah tentang masa lalu dewa-dewa, Lintang semakin mengerti bahwa dalam kehidupan ini sulit sekali menciptakan perdamaian.Keangkaramurkaan akan tetap ada, tumbuh dari rasa dengki, iri, dan ambisi yang berlebihan terhadap rasa ingin memiliki.Semua berawal dari hasrat. Andai mahluk hidup tidak memilikinya, maka perang dan segala bentuk kejahatan tidak akan pernah ada.Namun tanpa hasrat, mahluk hidup juga tidak akan merasakan kebahagiaan, ketenangan, kasih, cinta, serta tekad untuk meraih suatu sebuah tujuan.Seperti pisau bermata dua, satu sisi berdampak baik. Namun sisi yang lain membawa petaka.Lintang terus merenung di dalam goa, memikirkan semua yang telah terjadi kepada dirinya dan alam semesta.Dia baru sadar bahwa apa pun yang dia lakukan demi kedamaian, semua hanya kesia-siaan belaka.Tidak ada kedamaian abadi dalam kehidupan, yang ada hanyalah hitam dan putih, terang dan kelam, serta ujian hidup yang harus di lewati.“Bencana adalah murka alam terhadap para mahluk