Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 206 Pertarungan di sarang Buaya bagian 4

Share

Bab 206 Pertarungan di sarang Buaya bagian 4

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 20:23:45

Saat menjelma menjadi sosok manusia, kekuatan siluman Bajul memang menurun. Tapi gerakan serta serangan mereka bisa menjadi lebih cepat sampai beberapa kali lipat.

Namun semua tidak berlaku kepada Raja Angkala, menurun atau tidak, kanuragannya saat ini tetap lebih tinggi dari Lintang. Sementara kecepatan dan serangannya akan sangat merugikan.

“Sial!” umpat Lintang.

“Ku-kusha?” ucap putri Widuri lembut.

“Tidak apa Widuri, kau tenang saja,” ujar Lintang.

Energi Lintang saat ini telah banyak berkurang. Sehingga jika pertarungan terus berlanjut panjang, maka tidak menutup kemungkinan dia akan mati di tangan raja Angkala.

“Hahaha, apa kau takut manusia?” raja Angkala tertawa terbahak-bahak.

“Takut katamu? Hihihi, tidak ada rasa takut di hatiku. Aku sudah merasakan bagaimana rasanya sakit ketika mengalami kematian, dan sekarang tinggal bagianmu, hahaha,” ujar Lintang tidak peduli.

“Cih! Dasar pembual! Tidak pernah ada yang mati hidup kembali, kecuali kau adalah ruh gentayangan,” bentak Raja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1082

    “Mu-mustahil? Ba-bagaimana kau bisa pulih secepat ini?” Panatua Biwangga terbata tidak percaya.Begitu pula dengan Garu, Raja Mulu, panglima Roroa dan semua orang. Termasuk Putri Shalya yang kala itu berada paling dekat dengan Lintang.Bahkan Ratu Api sampai tercengang melebarkan mata, tidak tahu entah harus menganggap Lintang apa. Yang jelas, tidak ada satu pun mahluk yang bisa melakukan hal demikian.“Apa ada yang salah?” Lintang menggaruk tengkuknya yang terasa dingin karena di tatap oleh semua orang.“Bo-bodoh! Bagaimana kau bisa mengembalikan energimu secepat itu sialan?” teriak Asgar yang masih terbaring bersama Limo dan Samhu.“Hahaha, ternyata itu,” Lintang tertawa.“Maafkan aku paman. Ini semua berkat inti energi milikku,” ungkap Lintang menjawab pertanyaan Panatua Biwangga sekaligus menjawab rasa penasaran Asgar dan semua orang.“I-inti energi?” Panatua Biwangga mengerutkan kening.“Benar, ini sulit dijelaskan. Yang pasti, aku memiliki inti energi yang mampu menampung energi

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1081

    Para monster serentak mundur berhamburan, menghindari Kala Pati yang tengah mengibaskan goloknya.Tidak ada yang tahu entah kapan Kala Pati mencabut golok karena sebelumnya, dia muncul tanpa senjata.Menyaksikan serangan kuat dari mahluk raksasa setinggi 6000 meter, sang raja monster tentu tidak tinggal diam.Dia juga turut menghilang dari pandangan, bermaksud menangkis tebasan lawan.Namun naas, Kala Pati ternyata jauh lebih cepat, membuat 200.000 pasukan monster menjerit kesakitan tersungkur mencium tanah.Kemudian tidak lama setelah itu, tubuh mereka berjatuhan sebelum selanjutnya melepuh menjadi cairan hitam.200.000 pasukan monster tewas hanya dengan satu tebasan, membuat semua kesatria Agartha memucat menelan ludah.Tidak terkecuali dengan Asgar, Limo, Samhu, Garu, dan Raja Kancradaka.Semua sampai tidak bisa bernapas menyaksikannya.Lebih-lebih bagi Raja Mulu dan Panatua Biwangga dimana sebelumnya, mereka sempat berniat menyerang Kala Pati.Tidak ada yang tidak merasa ngeri ter

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1080

    Kala Pati muncul dalam posisi duduk bersila, dia menimpa 10 monster bertanduk 4 yang kala itu hendak melayangkan serangan kepada Galuh.Kala Pati menggeram, dia marah kepada Galuh karena telah mengganggu pertapaannya.Sedangkan 10 monster bertanduk 4 yang dia duduki tewas seketika, meninggalkan jasad yang pecah berhamburan.Bumi berguncang akibat keberadaannya, menciptakan ketakutan yang menohok, yang menekan jiwa semua orang. Termasuk para monster penghuni gerbang alam surgawi.Tubuh Panatua Biwangga dan Raja Mulu bergetar saat melihat wujud Kala Pati. Padahal waktu itu masih samar-samar karena masih tertutupi debu yang mengepul.Kemudian ketika kepulan debu mulai menipis, barulah semua orang tahu bahwa wujud dari ketakutan tersebut ternyata amat mengerikan.“Mo-monster,” Panglima Roroa dan seluruh kesatria-nya terperanjat mundur menahan napas.Sedangkan yang lain mematung, melebarkan mata, tidak mampu berkata-kata.“Ba-bangsa Kala?” Lintang, Asgar, Limo, Samhu, dan Mayang bergumam s

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1079

    Namun tepat ketika meteor tersebut nyaris menghantam Galuh, dia dengan cepat meninjukan kedua tapaknya.“Dimensi Kala, jurus perisai kegelapan malam!” seru Galuh.Wush! Siuk! Brak! Siuuuurrrr!Sinar kelam melesat menahan bola meteor raksasa dalam sekali jalan.Sinar itu kemudian semakin membesar hingga menutupi seluruh daratan Agartha, membuat dunia seperti tenggelam ke dalam kekosongan.Tidak lama, terjadi badai awan yang amat sangat dahsyat yang membuat cakrawala berguncang hebat.Tidak main-main, Lintang yang menyaksikan badai tersebut merinding menelan ludah, dimana saking besar badai itu, Galuh bisa menelan satu dunia secara utuh.Namun beruntung Galuh tidak mengarahkan jurus dimensi kala-nya ke arah daratan, karena jika itu terjadi, maka daratan Agartha bersama dunia yang dinaunginya pasti akan binasa.Semua orang terpaku menyaksikan aksi Galuh.Mereka benar-benar dibuat melongo kehilangan akal tidak mampu mencerna apa yang terjadi.Bahkan panatua Biwangga sudah beberapa kali me

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1078

    “Masa muda memang penuh liku dan drama, sial! Aku jadi teringat dengan masa laluku,” umpat panatua Biwangga sembari menyeringai lebar.“Ayah, apa dulu ayah dan ibu juga begitu?” tanya Ruka polos.Gadis kecil tersebut tiba-tiba saja sudah kembali berada di sisi panatua Biwangga, membuat semua orang terkejut.“Hahahaha, tidak putriku. Ayah tidak pernah mencintai banyak wanita,” Panatua Biwangga tertawa, membuat semua orang yang mendengar itu ikut tertawa termasuk Galuh dan Lintang.Meski awalnya terkesan menegangkan, tetapi kehadiran Galuh di sana mampu membuat semua orang menjadi lebih terbuka, menciptakan suasana baru yang lebih hangat, merubah keputusasaan akibat perang menjadi api semangat.Namun sayang hal itu tidak berlangsung lama karena sesaat setelah tertawa, raut wajah semua orang seketika berubah pucat.Bukan tanpa alasan mereka seperti itu, dimana di atas langit tiba-tiba saja muncul bola meteor raksasa yang menderu menuju daratan.Tidak main-main ukuran bola tersebut amat s

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1077

    Mendapati permintaan dari Putri Shalya, Galuh sempat terkekeh merasa malu.Tapi setelah itu, giliran Galuh yang meminta penjelasan dari Lintang terkait pernikahannya.Galuh memang merasa malu kepada Putri Shalya karena dia telah memperlakukan Lintang (suami-nya) bak anak kecil di depan semua orang.Namun dia lebih malu kepada Putri Purbararang dan Putri Widuri yang saat ini masih menunggu janji sakral dari Lintang.Dia juga tidak enak hati terhadap Anantari, Putri Asmara, dan Atmarani karena tidak bisa mendidik anak (Lintang) untuk menepati janjinya.Galuh tentu tidak lagi berani menghadapkan wajah di depan mereka jika Lintang tidak memiliki alasan yang cukup kuat.“Aku tidak keberatan dengan apa yang kau pilih putraku. Sebagai pria, kita memang diharuskan menggandrungi keindahan. Tapi kau telah mengkhianati janji kedua gadis yang masih menunggumu, dan bagaimana aku menjelaskan ini kepada ketiga istrimu,” ungkap Galuh di depan putri Shalya.“Ayah!” Lintang langsung mendekap putri Sha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status