Selepas membersihkan diri dari kotoran darah para penyamun, Lintang segera pergi menyusul Balada menuju kota raja kerajaan Sangga.Dengan kekuatannya sekarang, Lintang tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kota itu.Wush!Dia melesat terbang menyusuri langit agar dapat mempersingkat jarak, dan setelah 2 jam melakukan perjalanan. Lintang akhirnya tiba di kota raja.Tap!Pemuda itu mendarat di salah satu atap bangunan penginapan, gerakannya sangat cepat sehingga tidak ada satu pun orang yang dapat menyadari kehadirannya.“Sial! Aku lupa berpesan di mana kakak harus menunggu,” Lintang menepuk jidatnya sendiri.Sudah dua hari Lintang tidak sadarkan diri di dalam hutan, karena setelah membantai kelompok penyamun, Lintang mengalami sakit kepala hebat, membuat dia berlari tak tentu arah sampai berakhir tumbang di tengah hutan.Lintang terbaring dengan tubuh penuh darah, tapi tidak ada satu pun hewan buas yang berani mendekatinya di mana seruling surga selalu memancarkan aura menakutka
Kota besar kerajaan Sangga begitu megah dan ramai, meski kerajaan tersebut bukan kerajaan besar, tapi tata letak bangunan kotanya sungguh mengagumkan.Banyak penginapan dan pertokoan di mana-mana, pedagang kelontong serta pakaian berjajar memenuhi jalanan.Sedangkan pedagang senjata dan keperluan tani sangat terbatas karena kerajaan tersebut terletak di dekat pantai sehingga mata pencaharian penduduknya lebih mengandalkan pelayaran.Rombongan Balada telah lebih dulu memasuki kota, mereka mencari penginapan di dekat gerbang agar ketika Lintang datang, Balada bisa melihatnya.Namun sudah dua hari menunggu, Lintang tidak kunjung datang membuat Balada sangat khawatir akan keselamatannya.Dia tahu Lintang sangat sakti, tapi di dunia kependekaran selalu ada orang yang lebih sakti sehingga hati Balada tetap risau memikirkannya.Ki Larang sudah beberapa kali mengajak Balada kembali ke lembah tempat terakhir mereka berhenti untuk mencari Lintang.Namun Balada menolaknya karena keselamatan putr
Selepas mendapatkan apa yang dirinya inginkan, Lintang pun seketika menghentikan serulingnya, membuat semua siluman anjing tiba-tiba menjerit kesakitan sebelum kemudian terkulai meregang nyawa.Mereka tidak sadar entah siapa yang membunuhnya, yang jelas para siluman tersebut tahu bahwa inti energi mereka telah ada yang mencurinya.Zull dan para penyamun lain hanya dapat mematung tanpa mampu berbuat apa-apa. Mereka tidak sanggup menghentikan Lintang karena terlalu ketakutan akan kesaktian seruling-nya.Bagaimana tidak, 300 siluman kuat yang seharusnya mampu membunuh prajurit satu kadipaten saja tidak berkutik oleh seruling itu. Lantas apalagi dengan mereka yang jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh orang lagi.Lutut Zull bergetar hebat seakan tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya, sementara para penyamun sudah berlutut sedari tadi.Zull memegang gada dengan tangan gemetaran. Sedangkan wajahnya pucat dipenuhi keringat dingin.“Hari ini aku sedang tidak enak hati, jadi kalianlah peli
Uhuk!Lintang kembali memuntahkan darah, tapi kali ini darahnya berwarna hitam pertanda serangan lawan mengandung racun yang amat kuat.“Hahahaha, bocah ingusan! Kau telah membunuh ribuan anak buahku, maka tidak ada lagi kesempatan hidup buatmu,” Zull tertawa terbahak-bahak.Dia sangat geram karena mendapati banyak dari anak buahnya telah binasa. Tapi Zull juga senang di mana musuh yang menyerang markasnya akan segera mati.“Sial! Aku terlalu terbawa perasaan,” umpat Lintang memegangi dadanya.Beruntung tadi masih ada seruling Surga yang melindunginya. Andai tidak, maka tubuh Lintang pasti telah hancur menjadi serpihan daging.Lintang berlutut di atas permukaan tanah, dia ingin bangkit tapi tubuhnya terlalu lemas akibat serangan racun dan benturan energi.“Siapa kau sialan? Apa masalahmu hingga berani mengusik markasku?” Zull berteriak menanyakan identitas Lintang.Dia bisa saja membunuh Lintang waktu itu, namun Zull tidak melakukannya.Pemuda berbadan biru tersebut telah membunuh rib
Wuhss! KyAaaaaaa!Hampir 100 penyamun tewas terkena dampak ledakan, tubuh mereka hancur berhamburan menjadi serpihan daging membuat para penyamun lain menganga sebelum kemudian berlesatan mundur menjauh.“Sebuah pertarungan tidak ditentukan oleh jumlah, tapi oleh bagaimana kita bisa menguasai keadaan,” Lintang tiba-tiba mucul dari balik asap ledakan.“Sial! Ternyata dia bukan pemuda sembarangan, pasang formasi menyerang!” seru salah satu penyamun memberi perintah.Mendengar itu, 1900 penyamun tersisa segera memisahkan diri ke dalam beberapa kelompok memasang formasi serangan gabungan yang kerap mereka lakukan dalam kondisi terdesak.“Kau boleh merasa jumawa bocah, tapi kali ini dirimu pasti akan mati di tangan kami,” teriak penyamun yang tadi memberi perintah.“Hihihi, begitukah? Baiklah! Ayo kita mulai,” Lintang terkekeh santai.“Bedebah! Serang dia!” seru sang penyamun naik pitam.“Haaaaaa! Mati kau sialan!” ribuan penyamun berlesatan menyerang Lintang, tapi kali ini mereka menyeran
Batang-batang kayu runcing tersusun melingkar menjadi sebuah benteng setinggi 4 meter mengelilingi wilayah markas besar penyamun Singa Barong.Sementara di dalamnya terdapat banyak bangunan tempat tinggal para penyamun.Selain bangunan gubuk rumah, ada pula aula besar berhalaman luas yang di belakangnya berdiri kurungan besi amat besar tempat para siluman anjing bersemayam.Tinggi siluman itu hampir 2 meter, berwujud menyeramkan dengan moncong lebar bertaring tajam yang tidak pernah berhenti mengucurkan liur.Sekitar 100 pendekar kuat menjaga kurungan tersebut, sementara sebagian pendekar sedang berlalu lalang melakukan patroli memastikan keamanan markas.Ada pula pendekar yang sedang bermabuk-mabukan, berjudi, serta tidur di gubuknya masing-masing.Namun kebanyakan dari mereka tengah berkumpul di dalam aula bersama sang pemimpin yang merupakan pendekar paling sakti dari semua penyamun.Dia bernama Zull, pria tinggi kekar berkumis tebal pengguna senjata gada yang terkenal sangat kejam