Setelah mengetahui duduk permasalahan keluarga Widuri, semua orang pun kini menjadi bimbang antara harus melanjutkan misi atau pulang kepadepokan untuk menjelaskan situasi.Tapi Lintang di sana menjelaskan bahwa apa pun yang mereka pikirkan, semua tidak ada yang bisa melepaskan mereka dari masalah ini.“Tidak ada jalan untuk kembali, hidup mati kita sudah terikat sehingga mau tidak mau kita tetap harus terus maju,” jelas Lintang.“Ta-ta—tapi senior,” Jaka masih ragu.“Tenang saja, kau tidak perlu memikirkan urusan keluarga orang lain Jaka, tugas kita hanya mengantar mereka. Jadi setelah itu urusan kita selesai,” tutur Lintang menenangkan.Ki Larang tidak mampu berkata-kata, dia sangat merasa bersalah karena telah membawa para pendekar muda ke dalam kemelut pelik kerajaan.“Kau juga jangan khawatir Ki, aku akan membantu kalian sampai tuntas,” ungkap Lintang.“A-apa?” Ki Larang melebarkan mata.“Kau jangan bercanda adik nakal?” Balada tidak setuju.“Aku sangat suka dengan tantangan, jad
Mendapati analisis Lintang yang begitu sempurna membuat Ki Larang tidak lagi bisa mengelak.Sehingga tanpa sepengetahuan putri Widuri, pria tua itu akhirnya menceritakan semuanya.Ibu dari Widuri Kumala Sari ternyata merupakan seorang putri tunggal dari kerajaan besar di sebrang lautan bernama kerajaan Galatik.Wanita itu bernama Kumala Ratna, pewaris sah kerajaan Galatik.Namun karena raja terdahulu melahirkan seorang anak perempuan, maka sebagian pembesar kerajaan Galatik membelot.Bersama sang penasehat kerajaan, mereka merebut tahta raja untuk seorang pria bejad yang tiada lain adalah keponakan dari raja itu sendiri.Hal itu karena mereka tidak mau kerajaan besar seperti Galatik yang di segani kerajaan lain memiliki pemimpin seorang ratu.Rencana kudeta memakan waktu hingga bertahun-tahun, sampai putri Kumala Ratna beranjak remaja.Semua itu karena raja terdahulu sangat kuat membuat para pembelot sulit meruntuhkannya.Tapi pada akhirnya, mereka berhasil merebut tahta, membunuh raj
Malam semakin larut mengurung alam dengan kegelapan.Hewan-hewan siang terlelap tidur dipersembunyiannya masing-masing, sementara para nokturnal sedang berpesta dengan mangsa-mangsa mereka.Lintang, Balada, Balangbang, Wirusa, Jaka, Bagas, Ki Larang, Nindhi dan tiga pendekar gadis lain masih bersiaga menunggu buruan mereka datang.Sementara putri Widuri terlelap di dalam kereta yang Balada sembunyikan dibalik semak-semak.Sedangkan para kuda sengaja ditotok oleh Lintang agar tidak menimbulkan suara.Persiapan mereka sudah sangat matang, jebakan, siasat, formasi bertarung, bahkan sampai cara pelarian pun telah Lintang perhitungkan.Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak terduga, sebagian dari mereka akan langsung dapat melarikan diri bersama kereta.Lintang sangat yakin bahwa pihak musuh pasti masih memiliki para pendekar kuat. Membuat dia tidak bisa memastikan apa dirinya akan mampu menghabisi mereka atau tidak.Lintang belum tahu entah apa motif utama para pembunuh itu. Tapi yang j
“Balangbang, cepat cari sungai. Ambilkan air bersih sebanyak mungkin, aku membutuhkannya,” pinta Lintang.“Ba-baik senior,” angguk Balangbang cepat.“Kau carikan akar ilalang dan ular tanah, cepat!” seru Lintang kepada Jaka.“Ba-baik senior,” Jaka segera melesat masuk ke dalam hutan.Sementara Balangbang pergi ke arah berbeda mengikuti suara burung karena para burung pasti tinggal di dekat sungai.Sembari menunggu, Lintang membuka buntelan miliknya yang dititipkan di dalam kereta barang.Dia mengambil beberapa bahan obat lain, setelah itu meminjam salah satu pedang milik anggota kelompok untuk menciptakan alat tumbuk dari batang kayu.Dengan kanuragannya sekarang, tidak sulit bagi Lintang untuk menebang sebuah pohon besar.Dalam satu kali ayunan pedang, pohon berukuran dua kali tubuh manusia pun tumbang.Selanjutnya dia mengolah batang pohon tersebut menjadi alat tumbuk.Ki Larang dan putri Widuri yang kini telah tenang begitu terpana melihat keahlian Lintang.Mereka tidak menyangka b
3 jam sudah Lintang berjalan menyusuri pinggiran hutan memotong rute agar bisa mengejar kereta Ki Larang.Selama itu pula putri Widuri terus berlari bertelanjang kaki membuat telapak kaki gadis itu mengalami lecet hingga mengucurkan darah.Lintang benar-benar kejam membiarkan gadis manja yang tidak pernah berjalan ke mana pun harus menyusuri pinggiran hutan.Sampai tiba disebuah tikungan terjal, putri Widuri menemukan seekor ular beracun yang hendak mematuk kakinya, membuat dia segera melompat hingga tergelincir jatuh ke dalam jurang.“KAaaaaa! Kusha tolong aku ....,” putri Widuri berteriak histeris.“Cih! Dasar merepotkan,” umpat Lintang langsung menghilang dari pandangan.Tubuh putri Widuri terus melayang meluncur jatuh akan menghantam dasar jurang.Sementara di dasar jurang tersebut terdapat batuan runcing yang sedang menantinya.Tapi sebelum tubuh gadis itu benar-benar tiba di dasar jurang, Lintang segera muncul dari balik kekosongan, menangkap tubuh sang putri untuk kembali di ba
Hampir 2 jam para pendekar berpakaian hitam menunggu Lintang di atas daratan.Mereka belum berani beranjak karena tahu bahwa Lintang dan putri Widuri masih ada di sana.Namun menunggu membuat para pendekar itu bosan sehingga pada akhirnya sang pemimpin memutuskan untuk memeriksanya ke atas langit.“Kalian siaga di sini, nanti jika pendekar itu turun, baru serang secara bersamaan,” sang pemimpin memberi perintah.“Kami mengerti,” angguk semua pendekar.Tanpa berbicara lagi, sang pemimpin segera naik ke atas langit. Dia melesat sangat cepat menuju gumpalan awan tempat terakhir Lintang bersembunyi.Namun alangkah terkejutnya pria itu ketika mendapati Lintang tidak ada di sana. Dia mengumpat panjang pendek memaki dirinya sendiri karena tidak melakukan ini sedari tadi.“Bangsat! Ke mana dia?” sang pemimpin mengepalkan tangan.Dia heran karena tidak pernah melihat pergerakan dari Lintang sedari awal.Padahal dari sejak tadi, sang pemimpin terus memantau ke atas langit.Karena mengira diriny