Share

6. Racun Bambu

Semua sudah berkumpul di hadapan pondok perundingan. Sa memberikan bambu kecil dan jarum-jarum bambu yang ujungnya sudah diolesi racun katak pada Tanaka dan ketiga sekawan.

“Sekali saja mereka terkena jarum-jarum bambu ini, racun diujung jarum ini akan langsung menyebar ke tubuh mereka semuanya dengan cepat,” ucap Sa.

Semua memandangi bambu kecil dan jarum-jarum yang sudah dimasukkan ke dalam kantong kain kecil.

Sa melanjutkan ucapannya. “Ingat, gerakan kita jangan sampai ada yang tau,” pinta Sa.

Semua mengangguk.

“Tujuan kita membunuh Tuan Kepala Wilayah lalu curi pedang emas yang disimpan di bawah kasurnya, setelah itu kita harus segera pergi dari sana,” lanjut Sa.

Semua mengangguk. Terdengar suara-suara tak jauh dari mereka. Tanaka langsung memasukkan jarum bambu ke dalam bambu lalu meniupnya dengan tenaga dalam. Tak lama kemudian terdengar suara rusa yang kesakitan.

Sa melotot marah ke Tanaka.

“Kenapa kau gunakan itu?” tanya Sa geram.

“Aku ingin mencobanya ayah! Siapa tahu mereka orang lain yang mencuri dengar rencana kita,” jawab Tanaka.

“Jika kau menggunakan itu pada rusa, kita tak akan bisa memakan dagingnya! Tubuhnya dipenuhi racun dan kalau kita memakannya, racunnya akan menyebar ke tubuh kita!” geram Sa.

“Maaf, ayah,” ucap Tanaka merasa bersalah.

Tiga sekawan lainnya hanya bisa menghela napas.

Sa menahan geramnya. Dia tak mau Laras bangun mendengar dirinya memarahi anaknya.

“Yaudah! Kita berangkat sekarang!” pinta Sa.

Sa pun langsung terbang menuju atas pohon dengan jurus meringankan tubuhnya. Tanaka langsung menyusulnya. Tak lama kemudian ketiga sekawanpun menyusul mereka. Kini Tanaka dan empat sekawan melompati atas pohon satu ke atas pohon lainnya di bawah rembulan yang bersinar terang. Mereka melompat-lompat dengan cepat dari pohon satu ke pohon lainnya. Suara srigala dan burung hantu terdengar di kejauhan sana.

Setelah lama terbang menyusuri hutan dari atas pepohonan, mereka pun mendarat tanpa suara ke hadapan pagar kediaman Tuan Kepala Wilayah.

Sa menoleh pada Si, memberi tanda untuknya agar bergegar melihat situasi. Si pun langsung menghilang.  Tak lama kemudian Si muncul kembali di hadapan mereka.

“Ada banyak prajurit yang menjaga tiap sudut pagar,” ucap Si. Sebagian tertidur dan sebagian sedang mabuk-mabukkan.”

Sa angguk-angguk.

“Apa aku sudah boleh langsung memasuki kamar Tuan Kepala Wilayah?” tanya Tanaka yang sudah tidak sabar.

Sa geram mendengarnya. “Kau harus mengikuti rencanaku yang sudah aku beritahu kepadamu,” ucap Sa geram. “Kau tidak bisa bergerak sendiri. Kau harus mengikuti apa kataku.”

“Maaf, ayah,” ucap Tanaka.

Tiga sekawan lagi-lagi hanya bisa menghela napas.

“Sekarang ayo bergerak sesuai rencana,” pinta Sa.

Semua pun mengangguk. Mereka pun bersamaan menghilang dari tempat itu. Tak berapa lama kemudian satu persatu prajurit penjaga terkena tiupan jarum bambu hingga dengan cepat kulit wajah mereka menghitam lalu menggelepar tanpa suara karena racun itu membuat tenggorokan mereka menjadi sempit.

Setelah semuanya bergerak di berbagai sudut pagar, akhirnya para prajurit penjaga berhasil mereka musnahkan. Kini semuanya memasuki rumah besar itu. Prajurit yang berjaga di dalam rumah itu tampak terkejut melihat kedatangan lima pendekar bertopeng. Belum sempat prajurit itu berteriak, jarum bambu sudah lebih dulu mendarat ke lehernya.

Tak lama kemudian lima prajurit datang dari belakang. Mereka semua terkejut ternyata masih ada prajurit tersisa. Suara ribut akhirnya terdengar. Sa, Si, Su dan Se terpaksa menghadapi lima prajurit itu. Tanaka menatap wajah ayahnya.

“Biar aku yang mengurus Tuan Kepala Wilayah,” pinta Tanaka.

Belum sempat Sa melarang, Tanaka sudah menghilang. Sa pun terpaksa membiarkan Tanaka karena dia sibuk bertarung melawan lima prajurit itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status