Share

02. Rencana Besar

last update Last Updated: 2023-11-20 23:09:26

"Baik, Ketua!" sahut Qing Wei dengan suara tegas.

Qing Yuan mengangguk. "Dan ingatlah suatu hal, jangan sebut aku dengan Marga Qing saat kita berada di luar hutan ini," ingatnya, "Panggil aku dengan nama Yang Yuan!"

Lagi-lagi, hanya kata kepatuhan yang keluar dari mulut gadis sang pengawal bayangan.

Andaikata sang tuan memerintahkan untuk membunuh dirinya saat ini juga pun, dia pasti akan melakukan tindak kebodohan itu dengan tanpa keraguan sama sekali.

Hanya saja, kepatuhan Ah Wei membuat perasaan Qing Yuan yang awalnya buruk, semakin buruk. 

"Ah Wei! Mengapa kamu selalu mengiyakan saja apa pun perkataanku! Tidak ada kata lainkah?" 

"Ampun, Ketua. Ah Wei tidak paham dengan apa maksud Ketua," ujar Qing Wei dengan wajah polosnya.

Dia adalah seorang gadis yang dilatih secara khusus oleh Qing Fuyu untuk menjadi salah satu pengawal bayangan dari keluarga Qing.

Dalam dirinya sebagai pengawal bayangan, tertanam tuga untuk melindungi tuannya, sekaligus menjadi pembunuh yang hanya tahu untuk menghilangkan nyawa siapa saja yang menjadi ancaman bagi sang tuan.

Mereka harus mengabaikan segala kepentingan pribadi demi menjalankan tugas sebagai pengawal bayangan. Jadi, mengapa tuannya ini marah?

Di sisi lain, Qing Yuan tampak berdecak malas. "Tentu saja kamu tak akan pernah mengerti." Qing Yuan menyentil hidung Qing Wei dengan menggunakan ujung jari telunjuknya dengan perasaan gemas. "Memangnya, kapan kamu pernah mengerti? Kamu ini hanya tahu hal-hal yang membosankan!"

"Ah Wei mungkin tidak akan mengerti hal lain. Ah Wei hanya tahu untuk membantu dan melindungi Tuan Muda sebagai ketua kami." 

"Dasar bodoh!" Qing Yuan menggerutu sambil melesat pergi untuk menemui pasukannya.

Meski demikian, dia membiarkan Qing Wei mengikutinya.

Kini, mereka menuju ke suatu tempat untuk menjalankan rencana besar yang sudah disusun dengan sangat baik.

Rencana besar yang akan menggemparkan rimba Jianghu dan membawa perubahan luar biasa bagi seseorang.

Sementara itu, di suatu tempat tak jauh dari gurun bunga equinox merah, terdapatlah perkampungan kecil dengan bangunan-bangunan rumah sederhana yang dijadikan tempat untuk berkumpulnya Kelompok Topeng Iblis milik Qing Yuan.

Sebagian dari mereka adalah orang-orang dari Sekte Lembah Kegelapan dan sebagian lainnya dari Keluarga Qing yang rela mengikuti sang tuan muda.

Sekte Lembah Kegelapan sendiri adalah suatu perguruan bela diri milik Yang Hua yang merupakan guru dan ayah tiri dari Qing Yuan.

Yang Hua merawat dan melatih Qing Yuan semenjak bayi sebagaimana anak kandungnya sendiri. Maka tidaklah mengherankan, jika Qing Yuan memilki kemampuan bela diri yang cukup mengagumkan.

Selain itu, Qing Yuan juga telah mempelajari sebuah teknik jurus pedang rahasia yang menurut Qing Fuyu tidak boleh digunakan secara sembarangan. Ibunya itu merasa khawatir, jika anak lelakinya menggunakan semaunya, maka identitas asli Qing Yuan akan terbongkar.

Di tempat tersebut, ada juga seorang pria muda bernama Yang Shui yang berusia dua tahun lebih tua dari Qing Yuan.

Pria berpostur tubuh tinggi dan tegap itu berdiri tegak di hadapan sepasukan orang berpakaian serba hitam dengan topeng berukir bunga equinox yang melekat di wajah mereka.

Pasukan kecil berjumlah tak kurang dari dua ratus orang terlihat telah sangat siaga dan siap menjalankan perintah kapan saja dari tuannya kapan saja.

Woosh!

Bayangan tubuh Qing Yuan dan Qing Wei terlihat berloncatan dan melayang turun dari dahan-dahan pohon hutan, lalu mendarat di atas tanah hampir secara bersamaan. Kedatangan mereka segera disambut oleh pasukannya dengan berlutut disertai salam soja. "Salam hormat, Ketua!"

Qing Yuan tersenyum tipis sambil mengangguk. Ia bahkan masih sempat membasahi bibirnya yang sedikit kering dengan usapan lidahnya. Qing Yuan dengan suara tegas berwibawa lalu berseru, "Bangunlah, kalian semua!"

Orang-orang bertopeng itu pun segera bangkit dari berlututnya dan kembali berdiri dengan tegak menunggu perintah dari sang pimpinan.

Qing Yuan lalu berjalan mendekati Yang Shui yang menjadi komandan utama pasukan tersebut. Pria muda itu tetap menundukkan wajahnya tanpa berani bersihtatap dengan murid kesayangan dari Yang Hua, ketua utama Sekte Lembah Kegelapan tempat dirinya berasal.

"Kakak Shui, tugasmu malam ini adalah memimpin sebagian pasukan untuk mengepung kediaman Keluarga Guo dari arah belakang!" Qing Yuan berucap sambil meletakkan telapak tangannya di atas bahu Yang Shui.

"Siap, Ketua!" sahut Yang Shui dengan tegas. "Aku akan membawa mereka melewati jalur lain, memutar dan tiba di kediaman itu dengan tanpa dicurigai oleh para pengunjung perjamuan."

Yang Shui berkata demikian, dikarenakan dirinya memang sudah mempelajari peta wilayah yang akan menjadi sasaran penyerangan.

"Baguslah, Kakak Shui." Qing Yuan tersenyum puas.

"Ah Wei, kamu dan pasukan bayangan cukup berjaga saja dan bergeraklah saat ada tanda bahaya dariku," ujar Qing Yuan sambil berbalik dan menatap Qing Wei.

"Ketua, bukankah lebih baik Ah Wei mendampingi Anda?" tanya Qing Wei. Ada kekhawatiran dalam nada suaranya.

"Tidak perlu, Ah Wei. Aku akan bergerak dengan sepuluh orang saja. Kalian semua tinggal lakukan apa yang aku perintahkan," sahut Qing Yuan dengan nada tegas.

"Tapi, Ketua ...."

Qing Wei merasa keberatan dengan rencana Qing Yuan. Entah mengapa ada suatu hal yang membuatnya ingin tetap mendampingi sang ketua.

"Sejak kapan kamu menjadi tidak patuh kepada perintahku?" Qing Yuan merasa sangat tidak senang jika ada salah seorang pengikut yang tak mematuhinya.

"Maaf, Ketua! Ah Wei hanya mencemaskan Anda. Tidak ada niat Ah Wei untuk tidak mematuhi Ketua." Qing Wei berlutut di hadapan Qing Yuan.

"Kalau begitu, lakukan saja apa yang telah aku rencanakan! Tugasmu adalah mengawasi keadaan dan hanya boleh bergerak jika aku sudah terdesak," kata Qing Yuan.

Entah mengapa hatinya merasakan ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.

Pria muda itu pun hanya mengangguk, lalu  mengenakan topeng hitamnya. "Bersiaplah kalian semua!"

"Ingat juga, jangan sampai ada korban jiwa atau melukai para tamu jika tidak diperlukan. Tujuan penyerangan ini adalah dua orang kepala keluarga, yaitu Shen Ming dan Yu Shan. Selebihnya tidak ada lagi." Qing Yuan berkata seraya mengikat tali topengnya.

"Baik, Ketua!" jawab seluruh pasukan dengan semangat yang berkobar di dada masing-masing.

Qing Yuan tersenyum sambil berjalan beberapa langkah membelakangi pasukan Kelompok Topeng Iblis. Tangan kiri pria muda itu kembali berada di pinggang belakang dengan telapak yang terkepal kuat dibalik jubah hitam yang menutupi punggungnya.

Tiba-tiba wajah sang ibu terbayang di pelupuk mata. "Ah Yuan! Ingatlah pesan ibu, jika kamu bertemu dengan pria yang bernama Yu Shan, maka bunuhlah dia untuk ibu!"

"Baik, Ibu. Aku akan melakukannya hanya demi Ibu!" sahut Qing Yuan dengan nada tegas dan datar.

"Baguslah, Qing Yuan Anakku Sayang," ucap Qing Fuyu lalu tertawa. 

Hanya saja, wanita itu tiba-tiba menghentikan tawanya, lalu bertanya, "Ah Yuan, kenapa kamu bahkan tidak bertanya alasan ibu ingin kamu membunuh Yu Shan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Shen Sha
jadi penasaran kenapa disuruh ngebunuh Shen Ming dan Yu Shan,,, untung bukan Shen Sha hahaha
goodnovel comment avatar
thelastyoungmaster
konflik dimulai dengan penyerangan,, mengapa harus bikin kerusuhan si??
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   118. TIGA HARI PENENTUAN (TAMAT)

    Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   117. Pikiran Kotor

    Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   116. Gagal Berduel

    Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   115. Pedang Ganda Ada Dua Pasang?

    Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   114. Dia Tahu Namaku?

    Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   113. Salah Paham

    "Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   112. Menyiksa Yu Zhen

    Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   111. Mainan Bagus

    "Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   110. Yang Shui Bimbang

    Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status