Beranda / Fantasi / Legenda Sang Genius Immortal / 27. Sekte Bayangan Darah

Share

27. Sekte Bayangan Darah

Penulis: Bebby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 23:32:08

Langkah kaki makin mendekat.

Shin Tian berdiri kaku, tubuhnya setengah gemetar bukan karena takut, tapi karena rasa frustrasi. Napasnya tercekat ... tanpa energi spiritual, dia nyaris tak lebih dari manusia biasa. Tangannya mengepal rapat, kuku-kukunya menggali ke telapak.

Qian’er tersenyum getir dari lantai, meski tubuhnya lemas oleh racun. “Kau pikir … bisa menghadapi mereka … dalam keadaan begini, Shin Tian?”

Nada suaranya bercampur antara sinis dan sedih.

“Ternyata kau telah tahu nama asliku?” tanya Shin Tian.

“Tentu saja, bodoh!” jawab Red Shadow dengan wajah penuh kemenangan.

Shin Tian mengerutkan rahang. “Aku tidak akan jatuh hanya karena tak punya kekuatan …” ucapnya pelan. “Aku masih punya sesuatu yang kalian tidak mengerti …”

BRAAK!

Pintu kayu terhempas, suara kayu retak memekakkan telinga.

Bayangan hitam menyerbu masuk, dipimpin pria bertopeng perak dengan jubah hitam berhiaskan simbol tetesan darah. Dari balik lorong, muncul siluet-siluet lain — anggota Sekte Bayangan Dara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Legenda Sang Genius Immortal   28. Pria Bertopeng

    Bayangan hitam melesat bagaikan tombak-tombak asap, mengiris udara dengan suara mendesis tajam.Shin Lin bergerak duluan — tubuh mungilnya melompat ringan, belati pendek di tangannya memantulkan cahaya biru. Dengan sekali tebas, ia memecah satu bayangan yang menyerang dari samping.“Jaga punggungku, Master Wang!” serunya cepat.Master Wang mengangguk. “Tentu saja, gadis kecil!”Dengan tongkat panjangnya, pria tua itu menghantam lantai. Gelombang cahaya keemasan menyebar seperti riak di air, memukul mundur tiga bayangan sekaligus. Dinding di sekeliling bergetar pelan, debu beterbangan, dan serpihan batu runtuh satu per satu dari langit-langit.Shin Tian berdiri di belakang, kedua tangan mengepal. Setiap otot tubuhnya menegang saat dia menyaksikan pertarungan itu.“Cepatlah, kalian berdua… Aku hanya bisa berdiri di sini sekarang,” bisiknya pelan, rahangnya mengeras.Pria bertopeng itu mengangkat tangannya, membentuk segel cepat.“Bawa mereka … hancurkan …” bisiknya dingin.Sekejap, baya

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Legenda Sang Genius Immortal   29. Interogasi

    Red Shadow gemetar, punggungnya basah oleh keringat dingin.Tatapan Shin Tian menusuk lurus ke arahnya, dingin, tajam, seperti bilah pisau yang menempel di tenggorokan. Aura pembunuh yang menguar darinya bukan hanya seperti intimidasi biasa—ini adalah hawa dingin yang seakan menekan dadanya, membuat napasnya pendek-pendek.Suara Shin Tian terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Namun, tiap katanya mengandung beban yang seakan mampu meremukkan tulang.“Berbohong sekali lagi padaku ...”Nada suaranya datar, dingin seperti ujung pisau yang baru saja ditarik dari balok es.“... maka aku tidak hanya membuatmu lemah tak berdaya, tapi aku akan menghancurkan seluruh tulang dan organmu tanpa menyisakan serpihan pun.”Kata-kata itu melayang di udara, menggantung berat seperti kabut beracun yang menyelimuti ruangan. Tak ada gemuruh, tak ada ledakan. Tapi tekanan yang muncul—terasa nyata. Seolah-olah udara itu sendiri menahan napasnya.Red Shadow mencelos. Tenggorokannya kering. Ia menelan ludah

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Legenda Sang Genius Immortal   30. Nasib Red Shadow

    “Baiklah, kita masuk dulu ke dalam kuil …” suara Master Wang terdengar pelan namun tegas, nada suaranya seperti gong kecil yang berdentang di ruangan yang tegang. Matanya memandang lurus ke depan, kerutan di dahinya semakin dalam. “Tetua Mo sepertinya mengincar Cakram Waktu milik Luo Jin … termasuk mesin waktumu, Tian’er!”"Apa Master bisa mengembalikan mesin waktuku juga? Aku ingin memperbaikinya," ucap Shin Tian.Di sisi lain, Shin Lin menoleh cepat, kilatan di matanya tajam, bibirnya melengkung sedikit membentuk senyuman tipis yang berbahaya.“Tapi, Master …” ujarnya sambil memiringkan kepala, suara lembutnya terdengar kontras dengan ucapannya yang dingin, “… bagaimana dengan wanita setan ini? Mau kubereskan saja? Mungkin kupotong-potong tubuhnya, lalu kubuang ke jalan supaya anjing-anjing liar bisa berpesta?”Ia memutar-mutar belati kecil di jarinya, pantulan cahaya perak di permukaannya seperti cermin dingin yang memantulkan wajah puas.Master Wang mendengus pelan, sebuah senyuma

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Legenda Sang Genius Immortal   31. Topeng Red Shadow

    “Kamu tidak bisa melepaskannya begitu saja, Shin Tian!” seru Shin Lin, suaranya meninggi, penuh kekhawatiran. “Dia akan kembali! Kau tahu siapa dia — dia akan datang lagi, kali ini untuk membunuhmu!”Dari lantai, Red Shadow terbatuk pelan. Nafasnya terengah, tubuhnya masih lemas, tapi di balik topeng merahnya yang retak, suara tawanya terdengar getir. “Aku… aku janji akan pergi begitu kau melepaskanku, Zhao Tian …” katanya pelan, suara perempuan itu terdengar serak, melemah, namun tetap mengandung bekas keangkuhan. “Aku tak sekejam yang kalian kira…”Shin Tian menatapnya, mata hitamnya menyipit, seolah menimbang sesuatu. “Kalau begitu,” ucapnya perlahan, suaranya tenang namun menembus udara seperti pisau tipis, “… lepaskan topengmu.” Kalimat itu langsung membuat Red Shadow membeku, sementara Shin Lin dan Master Wang nyaris berseru serempak.“Apa?!” Shin Lin menggenggam gagang pedangnya, tak percaya dengan ucapan itu. “Shin Tian, apa yang kau lakukan?!”“Aku akan izinkan kau perg

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Legenda Sang Genius Immortal   32. Klan Bunga Hitam

    Red Shadow memejamkan mata. Perlahan. Begitu perlahan hingga nyaris tak terdengar napasnya. Jemari rampingnya, sedikit gemetar, terangkat pelan, menyentuh tepian topeng retak yang melekat erat di wajahnya. Seketika terdengar suara lirih — krek … krek … — saat kait logam di sisi kiri terlepas. Sebuah bunyi nyaris tak terdengar, tapi cukup membuat Shin Lin menggenggam erat ujung lengan bajunya.Di seberang ruangan, Master Wang menarik napas panjang, lalu menundukkan kepala. Apakah itu isyarat penghormatan … atau justru tanda ketakutan? Bahkan aroma asap dari lampu minyak yang berkedip-kedip tampak ikut menegang di udara, menggantung, tak berani bergerak.Sisi kanan topeng perlahan menyusul.Krek …Dan tiba-tiba … dunia berhenti. Atau setidaknya begitulah rasanya bagi mereka yang menyaksikan.Shin Tian merasa jantungnya memukul dinding dadanya. Matanya membesar, bibirnya sedikit terbuka tanpa suara. Di hadapannya, wajah Red Shadow — atau lebih tepatnya, perempuan di balik gelar itu — ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Legenda Sang Genius Immortal   33. Membebaskan Red Shadow

    Udara di ruangan itu mendadak berubah. Rasanya seperti hembusan angin musim dingin yang menerobos celah jendela, menggigit kulit, menusuk hingga ke tulang. Shin Tian perlahan memutar tubuhnya, membelakangi Lian Hua. Di dadanya, jantungnya berdetak lebih keras, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.Sementara itu, Master Wang mengatupkan kedua telapak tangannya, seolah berdoa pada dewa-dewa lama yang telah melupakan mereka. “Luo Jin …” gumamnya, nyaris seperti mantra yang dilarang diucapkan. Nama itu menggantung di udara, menggetarkan dinding dan lantai yang dingin, menyalakan kembali bara dari konflik kuno yang telah menumpahkan darah begitu lama, hingga orang-orang nyaris lupa mengapa mereka berperang.Cahaya lampu minyak bergetar pelan, bayang-bayang mereka menari di dinding, menambah kesan seolah waktu itu sendiri menahan napas. Di luar, angin menggoyangkan dedaunan, membawa bisikan yang terdengar seperti ratapan masa lalu.“Lian Hua,” bisik Shin Tian dalam hatinya, matanya terpejam

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Legenda Sang Genius Immortal   34. Ancaman

    Wanita itu memandang Shin Tian lama, matanya tak berkedip, seakan berusaha menghafal wajahnya untuk terakhir kali — atau mungkin, untuk memastikan bahwa keraguan di hatinya bukan sekadar bayang semu.Perlahan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia mengangkat tangan, jemarinya yang ramping meraih topeng retak yang sejak tadi tergeletak di lantai. Namun alih-alih mengenakannya kembali, ia hanya menatap topeng itu sejenak, mengelus permukaannya yang dingin dengan ibu jari. Ada kilasan rasa di matanya — sayang, benci, mungkin juga kelegaan. Dengan gerakan pelan, ia menyelipkan topeng itu ke dalam jubahnya, membenamkannya di antara lipatan kain gelap yang berkibar pelan diterpa angin malam.Tanpa menoleh lagi, wanita itu melangkah pergi. Suara langkah kakinya terdengar sayup-sayup di antara derak lantai kayu tua, hingga akhirnya menghilang, melebur bersama bisikan angin dan suara malam yang mendesir di antara pepohonan.Beberapa saat, tak ada yang bergerak di dalam ruangan. Api perapian y

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Legenda Sang Genius Immortal   01. Keluarga Besar Shin

    Kabut tipis masih menggantung di atas tanah saat matahari pagi mulai merangkak naik dari balik perbukitan yang melingkari Kota Xian Jin—sebuah kota kecil yang berdiri tenang namun tegar di bawah kekuasaan Kerajaan Song Selatan. Angin pagi berembus pelan membawa aroma tanah basah dan dedaunan pinus, menyusup ke celah-celah bangunan kayu dan batu bata yang sudah menghitam dimakan waktu.Namun, ketenangan pagi itu hanyalah fatamorgana yang menutupi kenyataan kalau kota ini hidup berdampingan dengan bayang-bayang maut yang mengintai dari arah barat. Di sana, terbentang Lembah Iblis—sebuah wilayah kelam yang menjadi sarang makhluk-makhluk buas dan iblis berkepala dua. Para penduduk kota sudah lama tidak lagi berteriak ketakutan mendengar auman dari lembah tersebut. Mereka memilih beradaptasi, karena rasa takut yang abadi hanya akan membuat mereka lemah.Lembah Iblis sudah menjadi semacam legenda yang merakyat di masyarakat, terutama penduduk Kota Xian Jin. Mereka tidak takut karena merasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14

Bab terbaru

  • Legenda Sang Genius Immortal   34. Ancaman

    Wanita itu memandang Shin Tian lama, matanya tak berkedip, seakan berusaha menghafal wajahnya untuk terakhir kali — atau mungkin, untuk memastikan bahwa keraguan di hatinya bukan sekadar bayang semu.Perlahan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia mengangkat tangan, jemarinya yang ramping meraih topeng retak yang sejak tadi tergeletak di lantai. Namun alih-alih mengenakannya kembali, ia hanya menatap topeng itu sejenak, mengelus permukaannya yang dingin dengan ibu jari. Ada kilasan rasa di matanya — sayang, benci, mungkin juga kelegaan. Dengan gerakan pelan, ia menyelipkan topeng itu ke dalam jubahnya, membenamkannya di antara lipatan kain gelap yang berkibar pelan diterpa angin malam.Tanpa menoleh lagi, wanita itu melangkah pergi. Suara langkah kakinya terdengar sayup-sayup di antara derak lantai kayu tua, hingga akhirnya menghilang, melebur bersama bisikan angin dan suara malam yang mendesir di antara pepohonan.Beberapa saat, tak ada yang bergerak di dalam ruangan. Api perapian y

  • Legenda Sang Genius Immortal   33. Membebaskan Red Shadow

    Udara di ruangan itu mendadak berubah. Rasanya seperti hembusan angin musim dingin yang menerobos celah jendela, menggigit kulit, menusuk hingga ke tulang. Shin Tian perlahan memutar tubuhnya, membelakangi Lian Hua. Di dadanya, jantungnya berdetak lebih keras, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.Sementara itu, Master Wang mengatupkan kedua telapak tangannya, seolah berdoa pada dewa-dewa lama yang telah melupakan mereka. “Luo Jin …” gumamnya, nyaris seperti mantra yang dilarang diucapkan. Nama itu menggantung di udara, menggetarkan dinding dan lantai yang dingin, menyalakan kembali bara dari konflik kuno yang telah menumpahkan darah begitu lama, hingga orang-orang nyaris lupa mengapa mereka berperang.Cahaya lampu minyak bergetar pelan, bayang-bayang mereka menari di dinding, menambah kesan seolah waktu itu sendiri menahan napas. Di luar, angin menggoyangkan dedaunan, membawa bisikan yang terdengar seperti ratapan masa lalu.“Lian Hua,” bisik Shin Tian dalam hatinya, matanya terpejam

  • Legenda Sang Genius Immortal   32. Klan Bunga Hitam

    Red Shadow memejamkan mata. Perlahan. Begitu perlahan hingga nyaris tak terdengar napasnya. Jemari rampingnya, sedikit gemetar, terangkat pelan, menyentuh tepian topeng retak yang melekat erat di wajahnya. Seketika terdengar suara lirih — krek … krek … — saat kait logam di sisi kiri terlepas. Sebuah bunyi nyaris tak terdengar, tapi cukup membuat Shin Lin menggenggam erat ujung lengan bajunya.Di seberang ruangan, Master Wang menarik napas panjang, lalu menundukkan kepala. Apakah itu isyarat penghormatan … atau justru tanda ketakutan? Bahkan aroma asap dari lampu minyak yang berkedip-kedip tampak ikut menegang di udara, menggantung, tak berani bergerak.Sisi kanan topeng perlahan menyusul.Krek …Dan tiba-tiba … dunia berhenti. Atau setidaknya begitulah rasanya bagi mereka yang menyaksikan.Shin Tian merasa jantungnya memukul dinding dadanya. Matanya membesar, bibirnya sedikit terbuka tanpa suara. Di hadapannya, wajah Red Shadow — atau lebih tepatnya, perempuan di balik gelar itu — ak

  • Legenda Sang Genius Immortal   31. Topeng Red Shadow

    “Kamu tidak bisa melepaskannya begitu saja, Shin Tian!” seru Shin Lin, suaranya meninggi, penuh kekhawatiran. “Dia akan kembali! Kau tahu siapa dia — dia akan datang lagi, kali ini untuk membunuhmu!”Dari lantai, Red Shadow terbatuk pelan. Nafasnya terengah, tubuhnya masih lemas, tapi di balik topeng merahnya yang retak, suara tawanya terdengar getir. “Aku… aku janji akan pergi begitu kau melepaskanku, Zhao Tian …” katanya pelan, suara perempuan itu terdengar serak, melemah, namun tetap mengandung bekas keangkuhan. “Aku tak sekejam yang kalian kira…”Shin Tian menatapnya, mata hitamnya menyipit, seolah menimbang sesuatu. “Kalau begitu,” ucapnya perlahan, suaranya tenang namun menembus udara seperti pisau tipis, “… lepaskan topengmu.” Kalimat itu langsung membuat Red Shadow membeku, sementara Shin Lin dan Master Wang nyaris berseru serempak.“Apa?!” Shin Lin menggenggam gagang pedangnya, tak percaya dengan ucapan itu. “Shin Tian, apa yang kau lakukan?!”“Aku akan izinkan kau perg

  • Legenda Sang Genius Immortal   30. Nasib Red Shadow

    “Baiklah, kita masuk dulu ke dalam kuil …” suara Master Wang terdengar pelan namun tegas, nada suaranya seperti gong kecil yang berdentang di ruangan yang tegang. Matanya memandang lurus ke depan, kerutan di dahinya semakin dalam. “Tetua Mo sepertinya mengincar Cakram Waktu milik Luo Jin … termasuk mesin waktumu, Tian’er!”"Apa Master bisa mengembalikan mesin waktuku juga? Aku ingin memperbaikinya," ucap Shin Tian.Di sisi lain, Shin Lin menoleh cepat, kilatan di matanya tajam, bibirnya melengkung sedikit membentuk senyuman tipis yang berbahaya.“Tapi, Master …” ujarnya sambil memiringkan kepala, suara lembutnya terdengar kontras dengan ucapannya yang dingin, “… bagaimana dengan wanita setan ini? Mau kubereskan saja? Mungkin kupotong-potong tubuhnya, lalu kubuang ke jalan supaya anjing-anjing liar bisa berpesta?”Ia memutar-mutar belati kecil di jarinya, pantulan cahaya perak di permukaannya seperti cermin dingin yang memantulkan wajah puas.Master Wang mendengus pelan, sebuah senyuma

  • Legenda Sang Genius Immortal   29. Interogasi

    Red Shadow gemetar, punggungnya basah oleh keringat dingin.Tatapan Shin Tian menusuk lurus ke arahnya, dingin, tajam, seperti bilah pisau yang menempel di tenggorokan. Aura pembunuh yang menguar darinya bukan hanya seperti intimidasi biasa—ini adalah hawa dingin yang seakan menekan dadanya, membuat napasnya pendek-pendek.Suara Shin Tian terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Namun, tiap katanya mengandung beban yang seakan mampu meremukkan tulang.“Berbohong sekali lagi padaku ...”Nada suaranya datar, dingin seperti ujung pisau yang baru saja ditarik dari balok es.“... maka aku tidak hanya membuatmu lemah tak berdaya, tapi aku akan menghancurkan seluruh tulang dan organmu tanpa menyisakan serpihan pun.”Kata-kata itu melayang di udara, menggantung berat seperti kabut beracun yang menyelimuti ruangan. Tak ada gemuruh, tak ada ledakan. Tapi tekanan yang muncul—terasa nyata. Seolah-olah udara itu sendiri menahan napasnya.Red Shadow mencelos. Tenggorokannya kering. Ia menelan ludah

  • Legenda Sang Genius Immortal   28. Pria Bertopeng

    Bayangan hitam melesat bagaikan tombak-tombak asap, mengiris udara dengan suara mendesis tajam.Shin Lin bergerak duluan — tubuh mungilnya melompat ringan, belati pendek di tangannya memantulkan cahaya biru. Dengan sekali tebas, ia memecah satu bayangan yang menyerang dari samping.“Jaga punggungku, Master Wang!” serunya cepat.Master Wang mengangguk. “Tentu saja, gadis kecil!”Dengan tongkat panjangnya, pria tua itu menghantam lantai. Gelombang cahaya keemasan menyebar seperti riak di air, memukul mundur tiga bayangan sekaligus. Dinding di sekeliling bergetar pelan, debu beterbangan, dan serpihan batu runtuh satu per satu dari langit-langit.Shin Tian berdiri di belakang, kedua tangan mengepal. Setiap otot tubuhnya menegang saat dia menyaksikan pertarungan itu.“Cepatlah, kalian berdua… Aku hanya bisa berdiri di sini sekarang,” bisiknya pelan, rahangnya mengeras.Pria bertopeng itu mengangkat tangannya, membentuk segel cepat.“Bawa mereka … hancurkan …” bisiknya dingin.Sekejap, baya

  • Legenda Sang Genius Immortal   27. Sekte Bayangan Darah

    Langkah kaki makin mendekat.Shin Tian berdiri kaku, tubuhnya setengah gemetar bukan karena takut, tapi karena rasa frustrasi. Napasnya tercekat ... tanpa energi spiritual, dia nyaris tak lebih dari manusia biasa. Tangannya mengepal rapat, kuku-kukunya menggali ke telapak.Qian’er tersenyum getir dari lantai, meski tubuhnya lemas oleh racun. “Kau pikir … bisa menghadapi mereka … dalam keadaan begini, Shin Tian?”Nada suaranya bercampur antara sinis dan sedih.“Ternyata kau telah tahu nama asliku?” tanya Shin Tian.“Tentu saja, bodoh!” jawab Red Shadow dengan wajah penuh kemenangan.Shin Tian mengerutkan rahang. “Aku tidak akan jatuh hanya karena tak punya kekuatan …” ucapnya pelan. “Aku masih punya sesuatu yang kalian tidak mengerti …”BRAAK!Pintu kayu terhempas, suara kayu retak memekakkan telinga.Bayangan hitam menyerbu masuk, dipimpin pria bertopeng perak dengan jubah hitam berhiaskan simbol tetesan darah. Dari balik lorong, muncul siluet-siluet lain — anggota Sekte Bayangan Dara

  • Legenda Sang Genius Immortal   26. Ketahuan

    Shin Tian melangkah mendekat, langkahnya tenang, nyaris tak terdengar. Bajunya berkibar sedikit, dan tiap langkah seolah menekan udara di sekitar, menciptakan beban tak kasatmata yang menggantung di antara mereka. Ia berlutut perlahan di hadapan Qian’er, membiarkan matanya sejajar dengan wanita yang kini tersungkur itu. “Kau menyamar menjadi Qian’er,” ucapnya lembut, seperti seorang guru yang menegur muridnya. “Lalu mencoba menghancurkanku.” Ia mengulurkan tangan, jemarinya menggenggam tangan Qian’er yang gemetar. “Aku sudah tahu sejak langkah pertamamu memasuki Kuil Dewa Alkemis. Langkahmu … terlalu ringan untuk gadis biasa. Dan aroma tubuhmu …” ia menundukkan kepala, mengendus pelan, “… terlalu bersih untuk seorang pengelana.”Qian’er memejamkan mata sesaat, napasnya makin berantakan. Suara desisan pelan lolos dari bibirnya, bercampur amarah dan putus asa. Shin Tian menatapnya tajam, cahaya matanya menusuk, penuh makna. “Tapi aku tidak ingin membunuhmu. Belum saatnya.”Dengan s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status