Meskipun mendengar dengan jelas, Liar tidak menanggapi teriakan Xiang Mei, dia terus larut dan fokus dalam pemahamannya. Karena tidak ada tanggapan barang sepatah kata pun, kelima anggota klan Xiang akhirnya memilih untuk diam dan memejamkan mata mereka hingga mentari padi memaksa mereka untuk bangun.
Namun saat Xiang Mei membuka mata dia dikejutkan oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan sebuah caping bambu tergantung di punggungnya sedang duduk malas di atas atap kereta mereka. Xiang Mei pun segera membangunkan yang lainnya.
"Ayo cepat bangun... kita harus segera melanjutkan perjalanan pulang dan berikan hormat kepada dermawan kita..!" ujar Xiang Mei dengan suara sedikit melengking membuat yang lain kaget.
Dan saat mereka mengikuti pandangan Xiang Mei, mereka segera membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan mereka.
"Tuan Muda... terima kasih sudah menyelamatkan dan melindungi kami, aku Xiang You, di samping kananku Kak Xiang Mei dan di samping kanan Kak Xiang Mei adalah saudari termuda kami Xiang Lin serta kedua pengawal kami Xiang Jin dan Xiang Gong. Sudi kiranya Tuan Muda memberi tahu nama Tuan Muda..." ucap Xiang You ramah.
Dengan tampang dan tatapan dingin Liar menjawab dengan singkat.
"Kalian bisa memanggilku Liar..."
Mereka berlima hanya bisa saling tatap satu sama lain dan menganggukkan kepala serempak meskipun nama pemuda di depannya begitu aneh di telinga mereka.
"Tuan Muda Liar apakah Tuan Muda berkenan ikut dengan kami ke kediaman klan Xiang kami...?" sambung Xiang Lin dengan suara lembut menawarkan.
Lagi - lagi Liar hanya menatap dengan dingin dan hanya mengangguk kecil membuat mereka serba salah dan tidak banyak bicara. Xiang Mei, Xiang You dan Xiang Lin pun memasuki kereta dan meminta Xing Jin serta Xiang Gong untuk segera mengendalikan kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda besar.
Liar tetap duduk di atas atap kereta dengan acuh sambil menikmati pemandangan di sekitarnya. Fikirannya terus melayang melakukan simulasi penggabungan dua esensi beladirinya tanpa memperdulikan tiga bersaudara Xiang bersenda gurau di dalam kereta.
Sore pun kembali menjemput bertepatan saat mereka keluar dari dalam hutan dan tidak jauh dari mereka berada tampak terlihat tembok besar sebuah perbatasan terlihat.
"Nona Muda Mei, sebentar lagi kita akan sampai di wilayah klan kita..." ucap Xiang Gong memberikan informasi.
"Percepatlah sedikit laju keretanya dan kita berhenti di rumah makan Terang Bulan paman.." sahut Xiang Lin.
Tanpa banyak bertanya lagi, Xiang Jin sebagai kusir langsung menggebrak kudanya hingga kereta pun melaju cukup cepat. Tepat ketika langit mengawali kegelapannya mereka sampai di depan rumah makan Terang Bulan dan mereka semua pun turun dari kereta tersebut.
Namun yang membuat mereka tercengang, Liar sudah tidak ada di atas atap kereta mereka. Dengan wajah lesu Xiang Lin terlihat sangat kecewa karena tidak bisa mengenalkan dermawan mereka ke seluruh keluarga klan Xiang. Dengan berat hati dan penuh rasa kecewa, trio Nona Muda klan Xiang pun memasuki rumah makan Terang Bulan.
Begitu mereka sampai di pintu masuk rumah makan, seorang pelayan langsung menyambut mereka dengan senyum hangat sambil mengatakan sesuatu yang membuat mereka semua terkejut.
"Nona Muda... selamat datang di rumah makan Terang Bulan dan silahkan masuk. Seorang pemuda tanggung bertampang dingin dan berusia sekitar lima belas tahun sudah menunggu kalian di lantai tiga.."
Mereka bertiga sontak membelalakan mata dan tanpa aba - aba Xiang Lin langsung berlari kencang diikuti Xiang Mei dan Xiang You menuju lantai tiga. Dan begitu sampai di lantai tiga hanya ada satu orang pengunjung yaitu Liar yang sedang melahap maknanannya dengan begitu lahap.
Tanpa basa - basi mereka segera bergabung dan menikmati makanan yang telah tersaji. Tetapi saat itu juga Liar melambaikan tangannya ke arah luar.
BRUUUUGGGHH..!
Dua sosok pria dewasa jatuh terduduk di sampingnya, mereka tidak lain adalah Xiang Jin dan Xiang Gong.
"Duduk dan makanlah makanan yang sudah aku pesan..." ujar Liar datar.
Ketiga Nona Muda Xiang hanya menggelengkan kepala dengan tingkah aneh Liar yang di luar nalar. Tanpa berbicara sedikit pun mereka semua makan dengan lahap dan bergegas meninggalkan rumah makan setelah selesai. Dengan antusias Xiang You menuju kasir untuk membayar namun langsung di tolak oleh penjaga kasir.
"Semuanya sudah dibayar oleh Tuan Muda dingin itu dengan benda ini. Nilainya lebih dari cukup untuk kalian berlima kembali lagi sebanyak lima kali.." ucap sang penjaga kasir sambil menunjukkan inti binatang spiritual tingkat tujuh.
Mereka pun kembali bergerak ke kediaman utama klan Xiang dan kali ini mereka memaksa Liar untuk masuk ke dalam kereta. Tidak membutuhkan waktu lama, sebelum tengah malam mereka sudah memasuki kediaman utama klan Xiang.
Trio Nona Muda Xiang langsung membawa Liar ke ruangan Patriak klan Xiang untuk memperkenalkannya dan menceritakan apa yang sudah terjadi dengan mereka di dalam perjalanan. Patriak klan Xiang bernama Xiang Hun tampak mengerutkan keningnya melihat ketiga putrinya pulang membawa seorang pemuda tanggung tanpa basis kultivasi dan berpenampilan urakan layaknya gelandangan.
"Ayah... tolong jangan salah paham, dia bernama Liar dan dermawan putri - putrimu ini. Entah akan bagaimana jika Tuan Muda Liar tidak menolong kami menghabisi para bandit yang menyergap kami..." tutur Xiang Mei dengan wajah memelas.
BUUUUZZZ...!
Patriak Xiang Hun melepaskan aura kultivatornya yang sudah berada di ranah Dewa Ilahi Suci hingga membuat ketiga putrinya langsung berlutut dan kesulitan bernafas. Namun Liar masih terlihat santai tanpa merasakan apa pun, hal itu tentu membuat Sang Patriak keheranan dan segera menarik auranya.
"Ayah..! apa kau berniat membunuh kami..?! Ayah boleh saja marah namun kendalikan dirimu..!" ujar Xian Lin kesal sambil menatap galak ayahnya.
Dengan segera Patriak Xiang Hun meminta maaf kepada ketiga putrinya dan Liar kemudian mengajak mereka ke ruang pertemuan. Para tetua yang dipanggil pun segera hadir dan sama seperti Patriaknya saat melihat Liar, menatap dengan rasa ketidak sukaan secara terang - terangan.
Merasa muak dengan perilaku para tetua klan Xiang, Liar melepaskan aura kematiannya secara penuh hingga membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu menggigil ketakutan.
"Tu.. Tuan Muda.., mohon maafkan kami dan jangan salah paham.." hiba Xiang You menenangkan Liar yang wajahnya sudah terlihat sangat gelap.
Liar kembali menatap semua orang yang ada di ruangan itu dengan tatapan sedingin es berusia sepuluh ribu tahun.
"Apa begini cara orang - orang klan besar menyambut tamunya..? Apa kalian sudah bertanya kenapa aku diajak kemari oleh Nona Muda kalian..? Jika kalian ragu ayo yang merasa paling tidak suka dengan kehadiranku kita duel.." ucap Liar dengan nada sombong selangit membuat para tetua klan meradang.
Tetua Pertama yang melihat Liar ada di samping Gagak Jiwa tampak tersenyum lega karena orang yang bisa menjadi sumbel malapetaka sudah kembali."Syukurlah Tuan Muda Liar sudah kembali dalam keadaan selamat, tetapi siapa lelaki paruh baya tampan di sampingnya?" batin Tetua Pertama."Tetua Pertama, lelaki itu adalah si Gagak Jiwa. Beri tahu para Tetua yang masih lurus untuk tidak memprovokasi binatang iblis yang bersama bocah beku itu.." ujar Leluhur Pertama melalui transmisi suara.Tetua Pertama tampak mengangguk mengerti dan mengirimkan suaranya melalui transmisi suara kepada beberapa Tetua. Sementara Tetua Agung yang sedari tadi bersembunyi di lipatan dimensi menjadi gemetaran melihat Liar masih hidup dan kembali bersama bintang iblis paling menakutkan."Keparat! Bocah sialan itu kenapa masih hidup dan terlihat baik - baik saja bahkan datang bersama bintang iblis yang Leluhur Pertama saja kesulitan menghadapinya..." batin Tetua Agung.Jantungnya tiba - tiba berdegub kencang saat Liar
Liar mengitari batu bulat kehijauan itu dengan sedikit mengedarkan kekuatan jiwanya. Dan seketika batu bulat besar itu merespon dengan bergetar dan mulai melayang hingga satu kaki serta memancarkan aura kekacauan dan aura kematian yang sangat pekat membuat Liar merasa sangat gembira."Tuan Muda, selubungi batu itu dengan kekuatan jiwamu dan tariklah masuk ke dalam lautan energi dantianmu.." ujar pecahan jiwa tua tiba - tiba.Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Liar menyelimuti batu bulat kehijauan itu dengan kekuatan jiwanya dan meletakan batu itu di dalam dantianya. Liar pun mengambil sikap Lotus dan memasuki lautan energinya untuk melihat ada reaksi apa yang akan di timbulkannya.Dan benar saja, energi gabungan dari seni Kultivasi dan seni Pendekar tiba - tiba bergetar dan berputar sangat cepat.WUUUUNNG!SIIIUUTT!BUUUZZ!Batu bulat kehijauan itu terhisap ke dalam pusat energi milik Liar dan sekarang berada di tengah pusat energi itu seolah - olah menjadi intinya. Hal itu membuat
BUUUZZZ!Liar bersama Gagak Jiwa dihempaskan begitu melewati portal dunia rahasia hingga nyaris terjerembab."Tempat apa ini Senior?" tanya Liar sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang terjangkau oleh pandangannya."Ini dunia rahasia yang aku sendiri tidak tahu namanya meski sudah menguasai tempat ini selama ribuan tahun. Aku akan mengantar Tuan ke suatu tempat yang selalu gagal aku masuki.." jawab Gagak Jiwa penuh semangat.Namun pembawaan Liar yang sangat dingin hanya terlihat biasa saja mendengar penjelasan Gagak Jiwa. Mereka pun menuju tempat yang dimaksud oleh Gagak Jiwa. Setelah terbang selama dua jam akhirnya mereka sampai di sebuah bukit batu yang berwarna hitam kelam.Liar tampak terkejut saat merasakan energi jiwa yang luar biasa terpancar dari sebuah celah sempit yang ada di sisi bukit. Dengan tenang Liar mendekati celah itu meskipun Gagak Jiwa melarangnya namun dia tetap melangkah dengan mantap.SWWOOOSSHH!Tiba - tiba serangan jiwa yang sangat mengerikan meng
Gagak Jiwa melakukan serangan demi serangan main - main penuh kegembiraan disertai tawa mengejek yang tidak pernah berhenti."Hahahahah! Ayo manusia - manusia sombong dan penuh iri dengki, di mana kesombongan kalian sebelumnya?" ejek Gagak Jiwa sambil terus menyerang.Pan Liang merasa sangat kesal meskipun menyadari dia tidak akan mampu meski hanya menghadapi kekuatan main - main Gagak Jiwa. Namun rasa egois dan angkuh yang sudah membatu dalam hatinya membuat dia lupa daratan dan memandang tinggi dirinya sendiri."Ayo gunakan formasi tempur kita! Aku yakin bisa membuat gagak sialan ini terluka!" teriak Pan Liang kepada teman - temannya.Mereka pun membentuk formasi tempur yang selama ini mereka banggakan dalam pertarungan berkelompok. Mereka bergerak dinamis saling silang menyusun serangan yang memang sedikit berhasil membuat Gagak Jiwa kerepotan. Akan tetapi dengan kecepatannya, Gagak Jiwa mampu membalikkan keadaan.Setiap kibasan tongkat Gagak Jiwa terus mereduksi kesadaran jiwa Pan
"Wooii bocah udik! Jangan sombong dan pamer di depanku!" hardik Pan Liang penuh amarah."Ooohh.. sudah sampai kalian. Heeii... senior Pan, apa masalahmu hingga terlihat sangat marah? Aku hanya istirahat sambil menunggu kalian.." jawab Liar sambil tersenyum mengejek.Pan Liang semakin meradang melihat ejekan Liar secara terang - terangan dan bersiap untuk menyerangnya namun di cegah oleh teman - temannya. Pan Liang awalnya sempat berontak namun akhirnya menyadari ucapan teman - temannya dan memilih untuk diam.Liar sendiri hanya menatap tajam mereka dengan tatapan yang sangat dingin. Dan sebagai pelampiasan kekesalannya, Liar mengetuk batu tempatnya tiduran dengan jari telunjuknya.BLAAARR!Batu besar itu pun hancur berkeping - keping membuat teman - teman Pan Liang terkejut dengan wajah pucat. Sementara Pan Liang sendiri merasa jantungnya berdebar keras namun tetap bersikap sombong dan angkuh."Apa kita hanya akan mematung di tempat ini saja? Kapan kita akan sampai di tempat tujuan...
Liar sengaja tidak mengejar binatang iblis spiritual yang terpental namun mengeluarkan pedang bobrok yang kini terlihat lebih mengerikan. Seluruh bilahnya yang berwarna hitam pekat terlihat seperti bulu elang di permukaannya dan kedua sisi tajamnya bergerigi seperti bulu yang rusak oleh angin.Benang - benang jiwa bergoyang di setiap ujung gerigi pada mata pedangnya, sementara aura kekacauan bersinar redup tipis di tengah bilahnya membuat penampilan pedangnya terlihat mengerikan. Binatang iblis spiritual menatap Liar dengan tatapan membunuh dan penuh kebencian."Manusia tidak tahu diri! dengan kekuatan kecilmu itu kau berani menantangku, maka terimalah kematianmu!"WUUUTTT!Bola energi sebesar kelapa dengan aura kekerasan melesat ke arah Liar namun Liar sama sekali tidak panik dan merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengejek.PERTAHANAN BADAI JIWA!BOOOMM!Bola energi itu menghantam tubuh Liar dengan telak hingga menimbulkan getaran di sekitarnya disertai asap dan debu yan begi