Share

Lelaki Kontrak Super Kaya
Lelaki Kontrak Super Kaya
Author: Hare Ra

Bab. 1

"Dewa Alkaizar! Kau dibebaskan!"

Suara nyaring seorang perempuan yang bertugas sebagai sipir penjara membuyarkan lamunan seorang pria muda yang sedang duduk menghadap dinding tersebut

Dia adalah Dewa Alkaizar, umur 23 tahun, anak seorang kupu-kupu malam kelas kakap pada masanya. Dia dipenjara karena kasus penganiayaan sebab menghajar seorang lelaki paruh baya yang merupakan pengguna jasa sang ibunda.

Tak terima dianiaya, Dewa dilaporkan oleh lelaki tersebut. Dan dia dituntut dua tahun penjara. Dewa tidak bisa melawan, pembelaannya diabaikan karena dia tidak memiliki uang dan kekuasaan.

Sejak itulah, Dewa bertekad kalau dia harus memiliki harta dan kekuasaan. Pertama, agar ibunya tidak lagi menjual diri. Kedua, agar orang-orang tidak lagi menindasnya.

Kreek!

Pintu besi dengan kunci besar tergantung tersebut dibuka. Dewa masih tampak berdiri tegak dengan kebingungan. Dia masih tidak percaya kalau dia sudah dibebaskan secepat itu.

“Lihat, itu Sofia….” 

Para tahanan berbisik saat melihat Sofia, si sipir penjara yang memiliki tubuh yang aduhai. Namun, seketika semuanya terdiam ketika Dewa melihat ke arah tahanan yang lainnya. 

Dewa adalah orang yang paling ditakuti di dalam tahanan tersebut, dia bahkan tidak segan-segan untuk menghajar tahanan lain kalau mereka membuatnya kesal. Padahal baru dua bulan dia di penjara.

“Cepat keluar! Atau kau tidak akan pernah keluar sama sekali dari dalam sini!” teriak Sofia geram melihat Dewa yang masih saja belum beranjak dari posisinya.

Dewa hanya meresponnya dengan tersenyum mengejek. Dia sama sekali tidak takut kepada Sofia ataupun sipir lainnya.

“Aku terbukti tidak bersalah, kan?” tanya Dewa kemudian, masih dengan senyum angkuhnya.

“Seseorang telah membebaskanmu!” jawab Sofia.

Hal itu sontak membuat Dewa terkejut, dia tidak percaya kalau ada orang yang akan membebaskannya dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan. “Siapa?” tanya Dewa penasaran.

“Seorang perempuan! Dan sekarang tidak perlu banyak tanya, cepat temui mereka yang menunggumu sejak tadi!” teriak Sofia kepada Dewa dengan kesal.

Dengan masih tidak percaya, Dewa berjalan mengikuti langkah sipir penjara yang mengajaknya bertemu dengan orang yang telah membebaskannya. Dewa berjalan di belakang Sofia. Pinggul wanita itu  yang berlenggak lenggok ke kiri dan ke kanan terpampang di hadapannya.

Sebagai seorang pria normal, pemandangan itu memancing hasratnya. Namun, dia hanya bisa memalingkan wajah.

Setibanya di ruang tunggu, ternyata, si wanita yang disebut sebagai pembebasnya itu tidak ikut datang. Wanita yang belum dia ketahui namanya itu hanya mengirim utusan.

Empat orang yang terdiri dari dua wanita dan dua lelaki yang berpakaian dan berkacamata hitam. Saat melihat Dewa, mereka semua berdiri dan menatapnya tajam.

“Ikutlah dengan kami, sekarang!” perintah seorang wanita kepada Dewa. Sepertinya wanita ini adalah pimpinan dari mereka, sehingga dia sedikit mendominasi dan penuh dengan perintah.

“Siapa kalian?” tanya Dewa santai, dan malah duduk pada bangku besi yang tersedia.

“Kau tidak perlu banyak tanya. Nona Kalila sudah menunggu!” teriak si wanita tadi dengan melotot.

“Aku tidak akan ikut, sebelum kalian katakan siapa yang menyuruh kalian ke sini!” jawab Dewa sambil menatap tajam ke arah wanita itu.

“Yang membebaskanmu adalah Nona Kalila, beliau ingin segera bertemu denganmu saat ini. Ada hal yang akan beliau tawarkan! Apakah jawaban itu sudah membuatmu puas?” tanya si wanita tadi kepada Dewa.

Dewa terdiam beberapa saat, dia mencoba untuk mengingat nama yang disebutkan itu, siapa tahu dia kenal. Namun, dia sama sekali tidak pernah mendengar nama tersebut.

Wanita yang sejak tadi memberi perintah sangat kesal melihat Dewa yang tidak juga beranjak dari posisinya, dia menarik baju Dewa dengan sangat kasar, hingga jarak mereka begitu dekat. 

"Kau ingin mati?" tanya perempuan itu berbisik di telinga Dewa.

Dewa tidak terintimidasi oleh kata-kata itu. Justru dia tersenyum mengejek. Andai dia bisa melawan perempuan, sudah dia patahkan tangan wanita itu dengan mudah.

“Turuti apa yang Nona Kalila inginkan kalau kau tidak mau mati!” ancam wanita itu kemudian, lalu menjauhkan tubuhnya dari Dewa.

“Kalau aku tetap tidak mau?” tanya Dewa, tersenyum menantang.

Wanita itu mukanya langsung memerah. Dia mengangkat tangannya hendak menampar Dewa, namun dengan cekatan lelaki itu menangkap tangan yang putih mulusnya.

“Kau cantik, seksi, dan kasar. Aku suka wanita sepertimu,” bisik Dewa di telinga wanita itu, membuat muka wanita itu langsung memerah. 

Dewa lalu melepaskan tangan wanita itu dan menjauhkan tubuhnya, persis seperti yang dilakukan wanita itu tadi.

Wanita itu menatap Dewa masih dengan pipinya yang merah merona.

“Setidaknya beritahu aku, kenapa aku dibebaskan,” ujar Dewa kemudian.

Keempat orang itu saling pandang. Si wanita yang mukanya memerah itu lalu kembali menatap Dewa.

“Sudah kujawab, Brengsek!” desis wanita itu, tetapi kemudian menjelaskan ulang meski dengan raut yang lebih garang. “Nona Kalila ingin memberimu sebuah tawaran. Nanti beliau sendiri yang akan menjelaskannya padamu. Ikut kami saja dulu!”

Dewa memutar bola matanya dan menghela napas. Orang-orang ini sepertinya tak akan memberinya jawaban yang memuaskan berapa kali pun dia mencobanya.

Akhirnya mau tidak mau Dewa hanya mengikuti ke mana orang-orang itu akan membawanya. Lagipula, semakin cepat dia meninggalkan tempat terkutuk ini, lebih baik. Sejak hari pertama dia dipenjara Dewa selalu memikirkan kondisi ibunya.

“Masuk!”

Tubuh Dewa didorong untuk masuk ke sebuah mobil yang berada di parkiran.

Perjalanan yang cukup panjang, hingga tanpa terasa mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah yang terletak di pinggiran kota dengan halaman yang begitu luas.

Dewa diajak  ke sebuah ruangan, di mana seseorang yang sudah berjasa membebaskannya di dalam penjara telah menunggunya.

Tok! Tok!

Wanita  itu mengetuk pintu sebelum mempersilakan Dewa masuk.

Di dalam ruangan itu ada seorang wanita yang sedang duduk di sebuah sofa empuk dengan rokok terselip di tangannya.

“Selamat datang, Dewa,” sambut wanita yang diperkirakan berusia sekitar 40 tahun mengenakan dress selutut berwarna hitam bertali satu, menyilangkan kedua kakinya sehingga menampilkan paha yang putih mulus dengan rokok terselip di tangannya.

Walaupun wanita itu sudah sedikit berumur, namun tubuhnya masih padat berisi dan sangat terawat.

“Perkenalkan, aku adalah Kalila Nurmanegara, keturunan dari pengusaha William Nurmanegara,” ujar Kalila dengan santai sambil menghisap dalam rokoknya itu.

Kalila memandang tubuh Dewa dari atas hingga ke bawah. Dan kemudian menganggukkan kepalanya 

“Terima kasih sudah membebaskanku, tapi kenapa ibu membebaskanku?” tanya Dewa dengan sesekali mencuri pandang ke arah Kalila yang masih terlihat sangat cantik. Wajahnya bahkan masih terlihat sangat muda.

Kalila tampak sengaja menggodanya dengan penampilan seksinya yang menantang. Hingga tanpa disadari matanya tidak berkedip dan tidak bisa memalingkan pandangannya dari Kalila. Dewa merasa sedikit gerah.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Kalila, tersenyum mengejek.

“M-maaf.” Dewa tergagap saat menyadari kalau mulutnya sedari tadi terbuka dan air liurnya hampir menetes. Dia pun lekas-lekas memperbaiki sikapnya, menjaga agar dia terlihat tenang dan tak terpancing. 

“Kau tadi tanya kenapa aku membebaskanmu? Aku membebaskanmu karena aku ingin menawarkan sesuatu padamu,” ucap Kalila.

Dewa memicingkan mata, bertanya, “Apa itu?”

Kalila tak langsung menjawab. Dia berjalan mendekati Dewa, memindainya lagi dari atas ke bawah, berjalan memutarinya seolah-olah sedang mengecek seluruh tubuhnya.

Lalu wanita itu berhenti tepat saat berada di hadapan Dewa, dengan mulut mereka berjarak hanya sekitar sepuluh sentimeter saja.

“Menikahlah denganku. Setelah 10 tahun, kita bercerai!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status