Share

Bab. 4

“Kau mencoba memanfaatkan aku?”

Dewa merasa saat ini Kalila sedang memanfaatkan. Dia berpikir, Kalila pasti meragukan kemampuannya, sehingga wanita itu dengan berani menyetujui tetapi memberikan syarat tambahan. 

“Tidak! Aku tidak pernah memanfaatkanmu. Tapi, aku yakin kamu tidak akan mampu!” ujar Kalila dengan jujur. “Dan ingat Dewa yang tadi kamu katakan kepadaku, semua itu ada harganya. Termasuk perusahaan ini!”

Dewa benar-benar merasa tertantang untuk membuktikan perkataan Kalila, walaupun dia tidak pernah memiliki sebuah perusahaan. “Baiklah! Aku setuju!”

Bagi Dewa, pantang untuknya menolak tantangan, apalagi dari seorang wanita seperti Kalila.

“Apa kau yakin? Ini perusahaan besar, bukan gerobak gorengan,” ujar Kalila seolah tidak percaya dengan kemampuan Dewa.

“Jangan meragukan aku, Kalila. Kau yang akan menyesal,” jawab Dewa sembari kembali menghisap rokok yang baru saja dinyalakannya dan menikmati kepulan asap putih yang semakin banyak itu.

“Kalau begitu datanglah sekarang kerumahku!” ujar Kalila yang kemudian mematikan sambungan telepon. Ternyata Kalila masih tetap meminta Dewa untuk datang kerumahnya.

“Hei….” Dewa memanggil Kalila dan hanya menggeleng menatap layar ponselnya.

Dewa merasa masuk ke dalam jebakan yang dibuat oleh Kalila. Karena saat dihubungi kembali nomor itu sudah tidak tersambung.

“Dasar wanita tua!” kesal Dewa melempar ponselnya ke atas meja.

Dan pada akhirnya Dewa tidak ada pilihan lain, selain harus menemui Kalila saat ini. Dia yakin tidak akan ada pekerjaan yang lebih baik kedepannya, semua orang pasti akan memandang rendah seorang mantan narapidana ditambah lagi dia adalah anak seorang PSK. Meskipun mulutnya berbusa menjelaskan kalau dia tidak bersalah, orang tidak akan ada yang percaya.

Dengan perasaan yang masih penuh dengan amarah, Dewa meninggalkan rumah kontrakannya.

“Ibu, aku harus pergi ke rumah seseorang. Ingat! Jangan sesekali lagi ibu berani melakukan pekerjaan itu lagi. Aku tidak main-main, kali ini aku benar-benar akan membunuh lelaki itu, siapa pun orangnya!” ujar Dewa berpesan kepada ibunya.

“Aku mampu memenuhi semua kebutuhan kita, Ibu. Dan kita akan segera pindah dari sini,” lanjut Dewa sebelum benar-benar keluar dari rumahnya.

Rasti tidak menjawab sepatah katapun, hanya bisa mengangguk. Dia tahu ancaman Dewa tidak pernah main-main.

Dengan menggunakan ojek online, Dewa kembali menyambangi rumah Kalila, kali ini dia langsung menuju ruangan Kalila.

“Hei, kau mau ke mana?” tanya salah seorang penjaga mengejar Dewa.

“Menemui Kalila!” jawab Dewa menepis tangan orang itu yang berusaha menariknya saat Dewa akan meraih handle pintu ruangan Kalila.

“Jangan sekarang! Ibu Kalila sedang ada urusan!” si penjaga.

Dewa tidak peduli, karena merasa Kalila-lah yang memanggilnya untuk segera datang ke rumah itu.

Braak!

Dewa membuka pintu ruangan Kalila dengan keras.

“Dewa!” panggil Kalila dengan terkejut saat melihat Dewa yang membuka pintu ruangan itu. 

Di dalam sana terlihat Kalila sedang bersama pengawal yang tadi menjemputnya di penjara. “Bukankah kamu yang meminta aku datang ke sini?” tanya Dewa sambil mengernyitkan keningnya dan bingung melihat ada hal yang aneh. “Apa yang kalian lakukan?” 

Apalagi saat melihat Kalila merapikan roknya juga si pengawal yang tampak memasang kancing blazernya. Sedangkan penjaga yang tadi melarang Dewa masuk sudah pergi entah ke mana, mungkin dia ketakutan karena mengganggu Kalila.

“Tidak ada, Desti hanya sedang membantuku mengusir kecoa yang masuk ke bajuku.” Kalila menjelaskan, sembari berdiri kikuk, mencoba menghampiri Dewa. “Aku memang memintamu ke sini, aku hanya tidak percaya kamu datang secepat ini.”

Dewa tak bertanya lebih lanjut. Dia pun memutuskan untuk mempercayai alasan Kalila barusan.

“Duduklah,” ucapnya singkat pada Dewa. Kemudian, Kalila menatap sang pengawal dan berkata lembut, “Desti, silakan tinggalkan ruangan ini. Ada hal penting yang harus aku bicarakan kepada Dewa.”

Perempuan muda itu hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan cemberut, bahkan dia mendelik saat melihat ke arah Dewa. Membuat Dewa hanya menggelengkan kepalanya.

Kalila berjalan menuju meja kerjanya, dan terlihat membuka laci di mejanya.

“Tandatangani ini!” ujar Kalila sembari menyodorkan dua lembar kertas kepada Dewa.

“Apa ini?” tanya Dewa penasaran.

“Baca sendiri!” jawab Kalila dengan ketus.

Ternyata itu adalah surat perjanjian yang sudah dibuatkan oleh Kalila. Bahkan secepat itu Kalila menyiapkan semuanya.

Dewa meraih kertas itu dan mulai membacanya, Kalila membuatkan perjanjian terpisah antara perjanjian pernikahan kontrak mereka dengan perjanjian pengalihan perusahaan.

Lembar pertama adalah surat perjanjian kontrak pernikahan selama sepuluh tahun, setelah itu mereka akan bercerai. Dan hal yang sangat aneh ada salah satu point yang menyatakan mereka tidak harus tidur bersama. 

‘Ternyata dia hanya ingin status saja dalam pernikahan itu.’ Dewa membaca dengan cermat perjanjian tersebut.

Dan lembar yang kedua adalah perjanjian atas perusahaan yang diberikan oleh Kalila. Jika dalam jangka waktu 3 tahun Dewa tidak bisa membuat perusahaan untung minimal 50% dari target, maka perusahaan akan kembali ke tangan Kalila.

“50% dari target?” tanya Dewa menatap heran ke arah Kalila.

Kalila mengangguk. “Selama ini keuntungan perusahaan itu tidak pernah dibawah 50% dari target. Kalau kamu tidak mampu, itu artinya kepemimpinan kamu yang patut dipertanyakan,” ujarnya santai, kemudian menuangkan minuman beralkohol ke gelas dan meminumnya hingga tandas. 

Tanpa pikir panjang Dewa menandatangani surat tersebut. Dia menyetujui semua yang ada. Toh ini hanyalah sebuah pernikahan kontrak, dan hanya 10 tahun. Setelah itu mereka akan bercerai. Artinya saat mereka bercerai Dewa masih berusia 33 tahun, itu usia yang sangat matang, dia tidak terlalu tua. Setelahnya dia akan dengan mudah menikahi gadis yang lebih muda karena dia sudah memiliki perusahaan.

Setelah menandatangani perjanjian itu Dewa menyunggingkan senyumannya.

“Pernikahan ini akan dilaksanakan besok!” ujar Kalila saat kembali menerima lembaran yang sudah di tandatangani oleh Dewa.

“Hah?!” Dewa sangat terkejut mendengar apa yang Kalila sampaikan. 

“Secepat itu?” tanya Dewa heran.

“Lebih cepat lebih baik!” jawab Kalila yang kemudian menyalakan rokoknya kemudian menghembuskan asap rokoknya di depan muka Dewa.

Dewa hanya menghela nafas berat. Wanita yang berada di depannya itu sepertinya sudah tidak sabar dengan pernikahan mereka yang membuat Dewa heran sebenarnya apa tujuan Kalila ingin menikah dengannya.

“Bawa ibu kamu atau cukup kamu datang sendiri saja tidak apa. Karena pernikahan ini hanya berlangsung sederhana!” lanjut Kalila santai sambil tangannya sibuk menari di layar ponselnya.

“Apa tidak bisa diundur?” tanya Dewa yang merasa belum membicarakan semuanya kepada ibunya. Dia tahu Rasti pasti akan sangat terkejut dengan rencana pernikahan yang mendadak ini apalagi Dewa akan menikah dengan perempuan yang jauh lebih tua darinya.

“Tidak bisa! Kita harus segera menikah.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status