“Jadi, apa?” tanya Dewa setelah menuruti keinginan Kalila. Dia duduk kembali dengan mata yang terus menatap Kalila dengan tajam.
"Baiklah, besok bawa ibumu pindah ke sebuah rumah di perumahan Bumi Residence, rumah nomor 54 blok A," jawab Kalila pelan sembari menenggak minuman yang baru saja disediakan oleh bi Karni.Dewa hanya terdiam beberapa saat dan menolak satu gelas kecil minuman berwarna kuning kecoklatan itu yang ditawari oleh Kalila.Meskipun Dewa tinggal di lingkungan yang bebas dan tidak baik, tapi Dewa selalu menghindari minum minuman yang memabukkan itu."Jangan pernah membohongiku, Kalila!" ujar Dewa yang memastikan kalau Kalila tidak akan berbohong dengan apa yang disampaikannya."Aku tidak berbohong, aku memiliki satu rumah disana yang baru aku beli beberapa bulan lalu dan belum ditempati. Ambil saja itu untuk ibumu," jawab Kalila yang kemudian menyalakan satu batang rokok dan menghisapnya dengan pelan."Kau akan tahu akibatnya kalau kau berbohong!" ujar Dewa kesal dan meninggalkan Kalila seorang diri menghabiskan rokok dan minumannya.Kalila hanya tersenyum kecut, karena dia merasa salah mengira tentang Dewa. Dia pikir Dewa hanyalah orang miskin yang dengan mudah dia taklukkan. Namun, ternyata sebaliknya. Dewa kini berubah menjadi orang yang ambisius dan harus mendapatkan apa yang dia inginkan."Ternyata kau sudah menjadi harimau yang pintar mengaum, Dewa!" kekeh Kalila dengan setengah mabuk.Kalila pikir, Dewa yang terlihat lembut itu hanyalah menurut dengan semua perintahnya."Ah aku suka dengan kau yang melawan seperti itu, Dewa. Dasar anak jalang, dia akan sangat ambisius jika mengenai harta. Awas saja nanti kau malah masuk perangkap sendiri, Dewa," ujar Kalila lagi.Sementara itu, Dewa duduk di sebuah gazebo dengan rokok terselip di tangannya, dan mata menerawang memandang langit yang gelap.Keesokan harinya di kediaman Kalila…"Ini kunci rumah untuk ibumu!" ujar Kalila memberikan sebuah kunci rumah kepada Dewa.Dewa menerima kunci tersebut, dan dia tahu perumahan yang dibelikan itu berjarak yang cukup jauh dari tempat tinggal Kalila dan Dewa, tapi Dewa tidak peduli. Tujuannya saat ini hanyalah ingin ibunya segera keluar dari tempat lokalisasi itu dan ibunya bisa menjalani kehidupan yang normal. Dewa tidak ingin lagi ibunya menjual tubuhnya, cukup sudah ibunya melakulan itu selama Dewa belum bisa menghasilkan uang. Namun, kali ini Dewa tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi."Kau harus ikut aku untuk menemani ibu pindah ke rumah barunya. Karena kau harus berkenalan dengan ibu," ujar Dewa kemudian kepada Kalila.Dewa mengirimkan pesan kepada ibunya kalau dia akan mengirimkan kunci rumah kepada ibunya melalui ojek online, agar pagi ini ibunya langsung ke rumah itu. Dewa akan menyusul jam sepuluh karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu."Aku banyak pekerjaan!" jawab Kalila berusaha menolak ajakan Dewa untuk berkenalan dengan ibu mertuanya itu. Bagi Kalila hal itu sangat tidak penting, karena dia sudah tahu siapa Rasti."Tidak ada penolakan, dan anggap saja ini perkenalan kau dengan ibu," ujar Dewa, walaupun Dewa tahu Kalila memang memiliki kesibukan di perusahaannya, tapi Dewa tidak mau tahu."Perkenalan hanyalah sebentar, Kalila. Tidak akan mengganggu pekerjaanmu," lanjut Dewa kemudian yang membuat Kalila tidak bisa berkata-kata lagi."Tapi…, aku ada meeting," jawab Kalila yang berusaha untuk menolak ajakan Dewa. Karena Kalila tidak pernah mau untuk bertemu dengan ibunya Dewa."Aku sudah tanya jadwal kepada sekretarismu, dan hari ini kau tidak ada meeting apapun!" jawab Dewa yang membuat Kalila sangat terkejut karena tidak menyangka kalau ternyata Dewa sudah bertindak sejauh itu, dan Kalila kalah.Tidak ada pilihan lain bagi Kalila selain menurut apa yang menjadi keinginan Dewa, karena Dewa pastinya akan sangat marah kalau tahu Kalila masih mencari alasan menolak."Jam sepuluh kita ke sana, dan bertemu ibu langsung disana," ujar Dewa mengajak Kalila mendatangi rumah yang baru ditempati oleh Rasti, dan Dewa akan memastikan kalau ibunya tinggal disana, nantinya Dewa akan datang secara berkala.Kalila hanya mengangguk dengan apa yang disampailan oleh Dewa.Akhirnya tepat pukul sepuluh, Dewa dan Kalila tiba di rumah Rasti yang baru."Benar ini rumahnya?" tanya Dewa kepada Kalila.Kalila hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki Dewa turun dari mobil."Ibu, perkenalkan ini Kalila, istrinya Dewa," ujar Dewa saat bertemu dengan Rasti yang datang menyambut kedatangan Dewa.“Dewa…,” panggil Rasti yang begitu senang saat melihat kedatangan anaknya itu.Namun, Rasti begitu terkejut saat melihat Kalila yang datang bersama dengan Dewa. Sementara Kalila menatap Rasti dengan senyuman sinis."Kau…," ujar Rasti terkejut."Hai ibu, saya Kalila," ujar Kalila santai sambil mengulurkan tangannya."Kalila…." Rasti menyambut uluran tangan Kalila, dan bibirnya bergetar saat menyebut nama Kalila.Dewa yang melihat keduanya tampak bingung."Ada apa, Bu? Ibu sudah kenal Kalila?" tanya Dewa memberanikan diri.Rasti dengan gugup menganggukkan kepalanya. Namun, Kalila menunjukan sikap sebaliknya, dia menggeleng."Kenal di mana?" tanya Dewa penasaran kepada Rasti."Kan, ini sudah kenalan, Dewa. Kalau sebelumnya kami jelas belum pernah kenal kok," jawab Kalila cepat sebelum Rasti menjawab pertanyaan Dewa.Dewa mengernyitkan keningnya, dan menatap Rasti yang hanya bisa menunduk."Ibu…," panggil Dewa ingin meminta penjelasan dari Rasti.Rasti mendongak kemudian tersenyum kikuk dan menunduk. Rasti tidak memperdulikan Dewa, dan seolah menghindari pertanyaan dari Dewa."Ayok masuk dulu, terima kasih ya atas rumahnya," ujar Rasti kemudian."Hmmmm," jawab Kalila pelan.Dewa hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya masih menyimpan beribu tanya tentang ibu dan istrinya itu.Dan, Kalila juga awalnya sangat terkejut saat tahu kalau Dewa adalah putra dari Rasti. Dia tidak menyangka kalau Dewa anak dari seorang kupu-kupu malam, dan itu adalah Rasti--orang yang sangat dia kenal."Ibu, Kalila adalah orang yang telah membebaskan aku dari penjara," ujar Dewa mulai memperkenalkan Kalila kepada Rasti setelah mereka duduk di ruang tamu dengan satu set sofa empuk untuk mereka berbincang-bincang.“Syukurlah,” jawab Rasti singkat.“Karena Dewa tidak pantas dipenjara, dia membela harga dirinya,” ujar Kalila sambil tersenyum penuh ke arah Rasti.Kalila sepertinya, sengaja mengatakan seperti itu kepada Rasti, karena dia akan menunjukkan kepada Rasti kalau dia adalah penolong Dewa. Dan kurang baik apa dia kepada Dewa dan Rasti, setelah dari penjara, Dewa dijadikan suami dan semua biaya hidupnya Kalila yang tanggung.Rasti hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya saat ini meyakini kalau Kalila sengaja melakukan itu agar bisa menikahi Dewa. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa."Yang penting saat ini aku sudah keluar dari penjara. Dan mulai hari ini, ibu akan tinggal di sini. Semua kebutuhan ibu menjadi tanggung jawabku. Jangan sesekali berpikir untuk bekerja," ujar Dewa kepada Rasti dengan sangat tegas yang membuat Rasti hanya bisa menundukkan wajahnya.Karena rumah yang ditempati Rasti itu adalah rumah milik Kalila yang belum ditempati sama sekali, sehingga begitu banyak bagian yang terlihat kotor."Ibu dan Kalila ngobrol aja dulu ya, kenalan dan bagusnya saling akrab. Aku mau meminta orang untuk membersihkan bagian-bagian yang kotor. Karena itu sangat mengganggu penglihatan," ujar Dewa yang sengaja membiarkan Kalila dan Rasti berkenalan.Dewa berharap jika Rasti dan Kalila memiliki hubungan yang baik, hal itu bisa membuat Rasti tidak merasa kesepian dan tidak terpikir untuk kembali menjajakan tubuhnya.Rasti hanya menganggukkan kepalanya, karena dia tahu Dewa memang paling tidak suka melihat ketidakrapian.Saat Dewa sedang mengarahkan pekerja untuk membersihkan rumah, Kalila menyeringai jahat dan mulai berbicara kepada Rasti. "Apa kabar, Rasti?" tanya Kalila sinis.“Seperti yang kau lihat, Kalila,” jawab Rasti pelan.Kalila tersenyum sinis ke arah sang ibu mertuanya itu. Tentu saja dia bisa melihat bagaimana kondisi Rasti saat ini.Tanpa sepengetahuan Dewa, antara Rasti dan Kalila memiliki masalah yang rumit. Karena ternyata Kalila pernah menjalin kasih dengan Farheen di belakang Rasti. Sebelum Rasti mengetahui dia hamil, dia mendapatkan fakta kalau Farheen sedang menjalani sebuah hubungan dengan perempuan yang lebih muda, dan itu Kalila. Bahkan Kalila sempat meminta Rasti untuk memutuskan Farheen. Dan hanya beberapa waktu, Rasti mengetahui kalau dia hamil.Pada akhirnya Rasti dan juga Kalila ditinggalkan oleh Farheen, karena Farheen menghilang tanpa jejak bahkan hingga saat ini.Rasti masih menunduk, dia hanya bisa menghela nafas berat. Dia tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi. Dan Kalila yang dulu adalah rivalnya, sekarang malah menjadi menantunya."Apa kabarnya sang rival yang saat ini menjadi ibu mertuaku?" tanya Kalila lagi kepada
“Ibu tenang saja, semua akan baik-baik saja. Percayalah kepadaku,” jawab Dewa sambil tersenyum ke arah Rasti.Rasti mengangguk pelan. "Jangan sampai Kalila merebutmu dari ibu," gumam Rasti, namun hanya dalam hatinya, karena hal yang paling ditakutkannya adalah kehilangan Dewa. Dan dia tahu siapa Kalila, seorang wanita licik yang melakukan apa saja demi tujuannya.Dewa tahu, meskipun Rasti adalah seorang kupu-kupu malam. Namun, Rasti menyayanginya sangat tulus. Apapun Rasti lakukan demi kehidupannya yang lebih baik. Perjuangan Rasti tidak mudah, dulu saat Dewa kecil di umur Rasti yang masih sangat muda, Rasti sudah harus berjuang membesarkan seorang anak tanpa memiliki suami dan keluarga yang lainnya. Dewa berjanji dia akan membuat Rasti bahagia, dan tidak akan membiarkan Rasti menderita."Dewa, sebaiknya kita segera pergi dari sini. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus aku kerjakan di kantor," ucap Kalila kemudian. Semakin lama disana, Kalila semakin merasa gerah berada di rumah
"Kau benar-benar licik, Kalila. Kita tidak pernah membuat janji seperti itu," ujar Dewa sambil menatap tajam ke dalam mata Kalila.Bahkan, semua peserta meeting lebih memilih untuk mengambil break karena melihat perdebatan antara Dewa dan Kalila."Semua itu bisa dibuat jika kau punya uang, Dewa," kekeh Kalila."Bagaimana kalau aku bisa membuat perusahaan itu semakin maju?" tanya Dewa kepada Kalila.Kalila terdiam sejenak, kemudian menyilangkan tangannya di depan dada, seolah sedang memikirkan tawaran apa yang akan diberikannya kepada Dewa."Yakin kau bisa? Untuk orang tidak berpengalaman sepertimu, aku rasa hanya bisa menghancurkannya," kekeh perempuan paruh baya itu meremehkannya."Kau tinggal sebut saja, bagaimana bila aku bisa membuktikan kemampuanku? Apa kau yang harus aku masukkan ke penjara?" tanya Dewa mendesak Kalila."Aku akan berikan kau saham di Golden Line sebesar 50%," jawab Kalila sembari tersenyum menghina. Golden Line adalah perusahaan milik William Nurmanegara.Bagi K
Braaak!"Apa yang kalian lakukan? Dasar jalang!" teriak Dewa."Kalian benar-benar menjijikkan!" teriak Dewa sembari membanting barang-barang yang ditemuinya.Tangan terkepal dengan sorot mata yang tajam, benar-benar mengerikan. Dewa menatap ke atas ranjang seolah ingin menguliti apa yang dia lihat."Aarrght!" Dewa berteriak kesal.Dewa marah bukan main, bahkan dia berteriak marah. Ingin sekali dia menghajar dua orang yang sedang bergumul diatas ranjang tersebut."Akan ku bunuh kalian!" Dewa tampak berjalan dengan marah mendekati ranjang. Namun, semua itu di urungkannya. Bagaimana mungkin dia menghajar perempuan, harga dirinya terasa seperti terkoyak-koyak."Ternyata aku kurang cantik, Kalila…," kekeh Dewa dengan urat kening dan leher yang menonjol saking marahnya."Apa ini alasannya, Kalila?" tanya Dewa kepada sang istri yang masih berada di atas pembaringan."Kenapa? Kenapa Kalila? Kenapa kau seperti ini?!" tanya Dewa dengan kemarahan yang belum reda di wajahnya."Apa dia sangat per
“Aku akan menyembuhkanmu, Kalila,” ujar Dewa setelah terdiam beberapa saat melihat tubuh Kalila yang polos. Sebisa mungkin Dewa menahan hasratnya, karena dia tahu wanita di depannya itu tidak normal.“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Kalila menyipitkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Dewa.“Aku akan membantu kau sembuh dari penyakit ini!” jawab Dewa tegas mengulangi perkataannya agar Kalila memberikan dia waktu dan kesempatan untuk menyembuhkan Kalila menjadi wanita normal lainnya.“Kau pikir aku sakit? Aku tidak sakit, Dewa. Inilah hidupku, Dewa. Kau tidak mengenalku dengan baik, jadi jangan sembarangan berkata. Aku tidak suka! Dan jangan campur kehidupan pribadiku!” teriak Kalila marah saat mendengar Dewa mengatakan dia sakit, dan perlu penyembuhan.Bagi Kalila apa yang dia dan Desti lakukan itu adalah hal yang wajar, mereka sering bersama dan timbul rasa saling mencintai. Dan juga sesama wanita, mereka tidak akan pernah saling menyakiti, itu yang menjadi pedoman Kalil
"Kau terlalu bersemangat," jawab Kalila sambil memejamkan matanya, dia menggeleng mendengar pertanyaan Dewa. "Shiit!"Hal itu membuat Dewa merasa terhina karena sebagai seorang lelaki perkasa dia bahkan tidak bisa menaikkan hasrat Kalila. Padahal Dewa melakukan dengan penuh perasaan, bahkan hasratnya sendiri tidak bisa ditahan ketika melihat tubuh mulus Kalila."Mulutmu boleh mengatakan kau tidak bernafsu, kau tidak tertarik. Tapi, setiap bagian tubuh kau itu memberikan respon yang berbeda. Jangan jadi orang yang munafik, Kalila," ujar Dewa kesal.Dewa berpikir kalau Kalila hanyalah menahan dirinya agar tidak tergoda dengan lelaki. Itu semua karena dia takut dan merasa dibayangi masa lalu membuat Kalila memaksakan dirinya kalau dia tidak tertarik dengan lelaki.Dari tubuh Kalila, Dewa tahu sebenarnya dari dalam tubuhnya masih merespon sentuhan lelaki. "Nikmati saja apa yang kau rasakan, Kalila. Aku tahu, mungkin kau tidak lagi terbiasa, namun kalau kau mau berubah itu belumlah terla
Hingga menjelang pagi ternyata Dewa tertidur diluar rumah, Dewa terbangun karena merasakan sesuatu yang lembut menyentuh wajahnya."Hmmmm.""Ternyata sudah pagi," gumam Dewa sambil menyipitkan matanya.Perlahan Dewa membuka matanya, sinar matahari membuat matanya silau. "Kalila?" tanya Dewa heran karena saat membuka matanya wajah sang istri yang pertama kali dia lihat."Iya, ini sudah pagi. Waktunya bekerja, rumah ini bukan panti sosial yang akan menampung orang-orang pengangguran," jawab Kalila santai."Iya, terima kasih," jawab Dewa pelan. Dewa duduk, seolah-olah nyawanya belum terkumpul. Sambil memijat pelipisnya Dewa berdiri dan bersiap masuk ke dalam rumah Kalila bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, begitupun dengan pengawal yang semalam Dewa temui sedang bersama dengan Kalila. Mereka tidak menunjukkan adanya hubungan yang spesial, hal itu membuat Dewa hanya bisa menggelengkan kepalanya."Sungguh kalian tidak memiliki rasa malu sama sekali," gumam Dewa."Entah apa yang salah
"Shiiit!" kesal DewaPerdebatan sengit terjadi sehingga mengundang manager tempat itu melerai mereka. Dengan sombongnya si penjaga menghina Dewa, alasan utama mereka adalah karena mereka belum pernah melihat kedatangan Dewa selama ini di tempat mereka. Apalagi Dewa dengan mengenakan pakaian yang serba lusuh.“Disini kalau booking room harus pesan minuman dan tidak boleh lebih dari satu jam kalau hanya satu gelas minuman,” jelas Manager yang bernama Xena itu dengan senyum terpaksa dari bibirnya. Mungkin dia berusaha bersikap profesional agar tidak terlihat arogan, padahal jelas dari senyumannya kalau dia sangat sombong dan tidak berbeda dengan sikap sekuriti tadi.“Harga minuman disini satu gelasnya sangat mahal bukan seperti es teh manis di pinggir jalan,” lanjut Xena.Dewa benar-benar kesal dengan sikap orang-orang sombong ini, yang hanya menilai seseorang dari penampilan.“Saya datang kesini karena saya mampu membayar! Berapa yang harus saya bayarkan?” tanya Dewa.“Saya setuju denga