Share

Bab. 8

“Jadi, apa?” tanya Dewa setelah menuruti keinginan Kalila. Dia duduk kembali dengan mata yang terus menatap Kalila dengan tajam.

"Baiklah, besok bawa ibumu pindah ke sebuah rumah di perumahan Bumi Residence, rumah nomor 54 blok A," jawab Kalila pelan sembari menenggak minuman yang baru saja disediakan oleh bi Karni.

Dewa hanya terdiam beberapa saat dan menolak satu gelas kecil minuman berwarna kuning kecoklatan itu yang ditawari oleh Kalila.

Meskipun Dewa tinggal di lingkungan yang bebas dan tidak baik, tapi Dewa selalu menghindari minum minuman yang memabukkan itu.

"Jangan pernah membohongiku, Kalila!" ujar Dewa yang memastikan kalau Kalila tidak akan berbohong dengan apa yang disampaikannya.

"Aku tidak berbohong, aku memiliki satu rumah disana yang baru aku beli beberapa bulan lalu dan belum ditempati. Ambil saja itu untuk ibumu," jawab Kalila yang kemudian menyalakan satu batang rokok dan menghisapnya dengan pelan.

"Kau akan tahu akibatnya kalau kau berbohong!" ujar Dewa kesal dan meninggalkan Kalila seorang diri menghabiskan rokok dan minumannya.

Kalila hanya tersenyum kecut, karena dia merasa salah mengira tentang Dewa. Dia pikir Dewa hanyalah orang miskin yang dengan mudah dia taklukkan. Namun, ternyata sebaliknya. Dewa kini berubah menjadi orang yang ambisius dan harus mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ternyata kau sudah menjadi harimau yang pintar mengaum, Dewa!" kekeh Kalila dengan setengah mabuk.

Kalila pikir, Dewa yang terlihat lembut itu hanyalah menurut dengan semua perintahnya.

"Ah aku suka dengan kau yang melawan seperti itu, Dewa. Dasar anak jalang, dia akan sangat ambisius jika mengenai harta. Awas saja nanti kau malah masuk perangkap sendiri, Dewa," ujar Kalila lagi.

Sementara itu, Dewa duduk di sebuah gazebo dengan rokok terselip di tangannya, dan mata menerawang memandang langit yang gelap.

Keesokan harinya di kediaman Kalila…

"Ini kunci rumah untuk ibumu!" ujar Kalila memberikan sebuah kunci rumah kepada Dewa.

Dewa menerima kunci tersebut, dan dia tahu perumahan yang dibelikan itu berjarak yang cukup jauh dari tempat tinggal Kalila dan Dewa, tapi Dewa tidak peduli. 

Tujuannya saat ini hanyalah ingin ibunya segera keluar dari tempat lokalisasi itu dan ibunya bisa menjalani kehidupan yang normal. Dewa tidak ingin lagi ibunya menjual tubuhnya, cukup sudah ibunya melakulan itu selama Dewa belum bisa menghasilkan uang. Namun, kali ini Dewa tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

"Kau harus ikut aku untuk menemani ibu pindah ke rumah barunya. Karena kau harus berkenalan dengan ibu," ujar Dewa kemudian kepada Kalila.

Dewa mengirimkan pesan kepada ibunya kalau dia akan mengirimkan kunci rumah kepada ibunya melalui ojek online, agar pagi ini ibunya langsung ke rumah itu. Dewa akan menyusul jam sepuluh karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

"Aku banyak pekerjaan!" jawab Kalila berusaha menolak ajakan Dewa untuk berkenalan dengan ibu mertuanya itu. Bagi Kalila hal itu sangat tidak penting, karena dia sudah tahu siapa Rasti.

"Tidak ada penolakan, dan anggap saja ini perkenalan kau dengan ibu," ujar Dewa, walaupun Dewa tahu Kalila memang memiliki kesibukan di perusahaannya, tapi Dewa tidak mau tahu.

"Perkenalan hanyalah sebentar, Kalila. Tidak akan mengganggu pekerjaanmu," lanjut Dewa kemudian yang membuat Kalila tidak bisa berkata-kata lagi.

"Tapi…, aku ada meeting," jawab Kalila yang berusaha untuk menolak ajakan Dewa. Karena Kalila tidak pernah mau untuk bertemu dengan ibunya Dewa.

"Aku sudah tanya jadwal kepada sekretarismu, dan hari ini kau tidak ada meeting apapun!" jawab Dewa yang membuat Kalila sangat terkejut karena tidak menyangka kalau ternyata Dewa sudah bertindak sejauh itu, dan Kalila kalah.

Tidak ada pilihan lain bagi Kalila selain menurut apa yang menjadi keinginan Dewa, karena Dewa pastinya akan sangat marah kalau tahu Kalila masih mencari alasan menolak.

"Jam sepuluh kita ke sana, dan bertemu ibu langsung disana," ujar Dewa mengajak Kalila mendatangi rumah yang baru ditempati oleh Rasti, dan Dewa akan memastikan kalau ibunya tinggal disana, nantinya Dewa akan datang secara berkala.

Kalila hanya mengangguk dengan apa yang disampailan oleh Dewa.

Akhirnya tepat pukul sepuluh, Dewa dan Kalila tiba di rumah Rasti yang baru.

"Benar ini rumahnya?" tanya Dewa kepada Kalila.

Kalila hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki Dewa turun dari mobil.

"Ibu, perkenalkan ini Kalila, istrinya Dewa," ujar Dewa saat bertemu dengan Rasti yang datang menyambut kedatangan Dewa.

“Dewa…,” panggil Rasti yang begitu senang saat melihat kedatangan anaknya itu.

Namun, Rasti begitu terkejut saat melihat Kalila yang datang bersama dengan Dewa. Sementara Kalila menatap Rasti dengan senyuman sinis.

"Kau…," ujar Rasti terkejut.

"Hai ibu, saya Kalila," ujar Kalila santai sambil mengulurkan tangannya.

"Kalila…." Rasti menyambut uluran tangan Kalila, dan bibirnya bergetar saat menyebut nama Kalila.

Dewa yang melihat keduanya tampak bingung.

"Ada apa, Bu? Ibu sudah kenal Kalila?" tanya Dewa memberanikan diri.

Rasti dengan gugup menganggukkan kepalanya. Namun, Kalila menunjukan sikap sebaliknya, dia menggeleng.

"Kenal di mana?" tanya Dewa penasaran kepada Rasti.

"Kan, ini sudah kenalan, Dewa. Kalau sebelumnya kami jelas belum pernah kenal kok," jawab Kalila cepat sebelum Rasti menjawab pertanyaan Dewa.

Dewa mengernyitkan keningnya, dan menatap Rasti yang hanya bisa menunduk.

"Ibu…," panggil Dewa ingin meminta penjelasan dari Rasti.

Rasti mendongak kemudian tersenyum kikuk dan menunduk. Rasti tidak memperdulikan Dewa, dan seolah menghindari pertanyaan dari Dewa.

"Ayok masuk dulu, terima kasih ya atas rumahnya," ujar Rasti kemudian.

"Hmmmm," jawab Kalila pelan.

Dewa hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya masih menyimpan beribu tanya tentang ibu dan istrinya itu.

Dan, Kalila juga awalnya sangat terkejut saat tahu kalau Dewa adalah putra dari Rasti. Dia tidak menyangka kalau Dewa anak dari seorang kupu-kupu malam, dan itu adalah Rasti--orang yang sangat dia kenal.

"Ibu, Kalila adalah orang yang telah membebaskan aku dari penjara," ujar Dewa mulai memperkenalkan Kalila kepada Rasti setelah mereka duduk di ruang tamu dengan satu set sofa empuk untuk mereka berbincang-bincang.

“Syukurlah,” jawab Rasti singkat.

“Karena Dewa tidak pantas dipenjara, dia membela harga dirinya,” ujar Kalila sambil tersenyum penuh ke arah Rasti.

Kalila sepertinya, sengaja mengatakan seperti itu kepada Rasti, karena dia akan menunjukkan kepada Rasti kalau dia adalah penolong Dewa. Dan kurang baik apa dia kepada Dewa dan Rasti, setelah dari penjara, Dewa dijadikan suami dan semua biaya hidupnya Kalila yang tanggung.

Rasti hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya saat ini meyakini kalau Kalila sengaja melakukan itu agar bisa menikahi Dewa. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Yang penting saat ini aku sudah keluar dari penjara. Dan mulai hari ini, ibu akan tinggal di sini. Semua kebutuhan ibu menjadi tanggung jawabku. Jangan sesekali berpikir untuk bekerja," ujar Dewa kepada Rasti dengan sangat tegas yang membuat Rasti hanya bisa menundukkan wajahnya.

Karena rumah yang ditempati Rasti itu adalah rumah milik Kalila yang belum ditempati sama sekali, sehingga begitu banyak bagian yang terlihat kotor.

"Ibu dan Kalila ngobrol aja dulu ya, kenalan dan bagusnya saling akrab. Aku mau meminta orang untuk membersihkan bagian-bagian yang kotor. Karena itu sangat mengganggu penglihatan," ujar Dewa yang sengaja membiarkan Kalila dan Rasti berkenalan.

Dewa berharap jika Rasti dan Kalila memiliki hubungan yang baik, hal itu bisa membuat Rasti tidak merasa kesepian dan tidak terpikir untuk kembali menjajakan tubuhnya.

Rasti hanya menganggukkan kepalanya, karena dia tahu Dewa memang paling tidak suka melihat ketidakrapian.

Saat Dewa sedang mengarahkan pekerja untuk membersihkan rumah, Kalila menyeringai jahat dan mulai berbicara kepada Rasti. 

"Apa kabar, Rasti?" tanya Kalila sinis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status