Share

Bab 7: Aku Adalah Reinkarnasi Dewa Perang

"Ja-jangan!" Hendrik Liam tercekat dan segera mengangkat kedua tangan di depan dada, "Maafkan aku Tuan Graham, aku tidak bermaksud untuk meragukanmu."

Wajah Hendrik Liam tampak memerah. Dia tidak tahu di mana harus menyembunyikan muka jika Tristan sampai mengatakannya di sini, dan didengar oleh orang lain.

Pada saat ini, Hendrik Liam menjadi semakin kagum pada kemampuan Tristan. Dia menyadari bahwa pemuda di hadapannya ini tidak sekedar memiliki keterampilan medis yang hebat, tapi juga memiliki penglihatan yang luar biasa.

"Dokter Ajaib, di sini ada alamat rumahku, silakan datang jika kau sudah memiliki waktu luang." Hendrik Liam menyerahkan dua buah kartu dengan penuh semangat.

Yang satu adalah kartu nama, dan yang satu lagi adalah kartu bank.

Tristan tidak segera mengambil kartu tersebut, melainkan hanya melirik dengan sebelah alis mata terangkat.

Melihat Tristan enggan menerima kartu pemberiannya, Hendrik Liam pun berinisiatif untuk meraih tangan Tristan dengan sedikit memaksa.

"Dokter Ajaib, tolong diterima. Sedikit uang yang ada di dalam kartu bank ini, anggap saja sebagai uang muka."

Tristan akhirnya menyerah dan menerima. "Baiklah, aku anggap ini sebagai bentuk ketulusan dari Tuan Liam. Besok malam, aku akan datang untuk memeriksamu."

"Terima kasih, Dokter Ajaib ... terima kasih banyak!"

Hendrik Liam begitu bersemangat, dia bahkan masih berdiri di koridor itu setelah Tristan berpamitan, menunggu sampai Tristan menghilang dari pandangan.

Hari ini Hendrik Liam seakan mendapat kado dari langit, dalam bentuk pemuda ajaib yang bahkan bisa mengetahui keluhannya dalam satu kali melihat.

Tujuh tahun Hendrik Liam hidup menderita, mendatangi satu rumah sakit dan rumah sakit lainnya untuk berobat, bahkan sampai ke luar negri. Namun, dia tetap tidak mendapatkan solusi untuk penyakitnya yang memalukan, sampai akhirnya menjadi putus asa.

Sekarang ada Tristan, Hendrik Liam jadi memiliki harapan untuk sembuh.

***

Sementara itu, Tristan dan Alea kini sudah dalam perjalanan pulang menuju kediaman keluarga Wilson.

"Istriku, awas!"

Pada saat ini, Alea nyaris menabrak seorang wanita yang tengah menyeberang jalan. Untung saja Alea hanya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, hingga masih sempat untuk mengerem.

Tristan buru-buru keluar dari mobil, menghampiri wanita di depan dan meminta maaf.

Sukurnya wanita itu tidak memperpanjang masalah ataupun ingin mencari keuntungan. Dia menerima permintaan maaf dari Tristan, kemudian pergi.

Tristan dan Alea sama-sama merasa lega, sebab apa yang dikhawatirkan tidak terjadi.

Keduanya hendak melanjutkan perjalanan, tapi Tristan khawatir kejadian seperti barusan akan terulang lagi, jadi Tristan berinisiatif mengajukan diri.

"Istriku, aku melihatmu sedang kehilangan fokus, jadi jangan dipaksakan, kali ini biar aku saja yang menyetir."

"Kau benar-benar bisa menyetir?"

Tristan tersenyum dengan penuh percaya diri. "Nanti kamu akan tahu!"

Selesai berkata, Tristan segera masuk melalui pintu pengemudi tanpa sempat dicegah oleh Alea. Hal ini membuat Alea hanya bisa pasrah, kemudian menyusul untuk duduk di kursi penumpang.

Sekali lagi Alea mencoba bertaruh pada suaminya.

Ketika mobil mulai melaju, Alea mendapati keterampilan mengemudi suaminya ternyata sangat baik. Mobil tua itu melaju dengan mulus, bahkan nyaris tidak ada getaran kasar ketika melewati jalanan berlubang.

Sepanjang perjalanan, Alea Wilson tidak henti-hentinya menatap Tristan dengan sorot mata yang sulit diartikan.

Terlalu banyak kejutan!

Perubahan pada diri suaminya setelah bangun dari koma sangat di luar nalar, dari seorang yang autis tiba-tiba menjadi berani, pandai menyetir, serta memiliki kemampuan medis yang selevel dewa.

Di dalam benak Alea penuh dengan tanda tanya, benarkah pria ini masih suaminya yang memiliki keterbelakangan mental?

Sebenarnya hal inilah yang membuat Alea tidak fokus, hingga barusan nyaris menabrak.

Sedangkan Tristan, tentu saja dia menyadari tatapan Alea yang intens, "Ada apa istriku? Apa ada yang ingin kau tanyakan?"

Dipancing terlebih dulu, Alea pun tidak memendam lagi pertanyaan yang sejak tadi bersarang di kepalanya, "David, sejak kapan kau bisa mengemudi? Sejak kapan kau bisa mengobati orang? Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Tristan melirik Alea sekilas kemudian menjawab dengan santai, "Tentu saja sejak aku ingin membahagiakan istriku yang cantik."

Jawaban Tristan berhasil membuat wajah Alea tersipu malu, tapi jawaban itu tidak membuat rasa penasarannya menghilang.

"David, jangan bercanda, ayo cepat katakan, sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku?"

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya, apa kau akan percaya?" Tristan balik bertanya.

"Ehmm." Alea menganggukkan kepala, dan tidak sabar untuk mendengar penjelasan suaminya.

Tristan memasang wajah serius, dan berkata dengan serius pula, "Sebenarnya aku adalah reinkarnasi dari seorang dewa perang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status