Share

Bab 8: Waktumu Sudah Habis

Reinkarnasi seorang dewa perang?

Apakah itu berarti ada jiwa lain di dalam tubuhnya?

Untuk beberapa saat, pengakuan Tristan berhasil membuat bola mata Alea nyaris melompat keluar, dan isi pikirannya menjadi kosong.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena pada detik selanjutnya Alea langsung tertawa keras.

Tristan melirik ke samping, sorot matanya masih sangat serius. "Kenapa kau malah tertawa? Apa ada yang lucu?"

Alea menutup mulut, butuh beberapa detik baginya untuk menghentikan tawa.

Setelah itu, dia menggelengkan kepala dan berkata dengan sarkas, "David, David, ternyata setelah bangun dari koma kau bukan sekedar menjadi sedikit berguna, tapi juga menjadi pria yang pandai membual!"

Melihat ekspresi tidak percaya di wajah Alea, Tristan pun mengurungkan niat untuk bercerita lebih banyak.

Di kehidupan sebelumnya, Tristan Miller adalah pribadi yang sangat efisien, baik itu dalam menggunakan waktu, maupun dalam bertindak.

Tristan tidak suka mengulur-ulur waktu, juga tidak suka menutupi masalah. Tristan adalah pribadi yang keras, cekatan, dan yang paling penting dia tidak pandai berbohong.

Karakteristik yang seperti itu Tristan bawa sampai ke kehidupan yang sekarang, hingga membuatnya tanpa berpikir panjang langsung berkata jujur pada Alea. Di sini Tristan lupa, bahwa mustahil bagi siapa pun di dunia ini untuk mempercayai apa yang dialaminya.

Pada saat ini, Alea kembali tertawa keras. "Kenapa tidak sekalian saja mengaku bahwa dirimu adalah reinkarnasi dari Panglima Besar Tristan Miller yang hebat!"

"Ehmm?" Tristan tidak bisa berkata-kata lagi.

Rasanya ingin sekali Tristan membenarkan, Iya Alea, aku memang Tristan Miller, panglima terbesar dalam sejarah Negara Dentalusia.

Namun, kali ini pengakuan itu harus Tristan telan sendiri. Andaipun dia memaksakan diri untuk mengakui kebenarannya, Maka dapat dipastikan Alea malah akan mengangapnya gila.

Beberapa saat setelahnya, terdengar Alea kembali bersuara, kali ini nada bicaranya terdengar serius, "Sayang sekali ya, Jendral Tristan harus meninggal di usia yang masih sangat muda. Sejak kepergiannya negara kita menjadi lemah, hingga akhirnya banyak wilayah yang jatuh ke tangan penjajah."

Tristan melirik Alea dengan dahi mengernyit. "Sepertinya kau banyak tahu tentang militer."

Alea tersenyum, dia memang hanya seorang wanita yang hidup di kota kecil, jauh dari ibukota, tapi dia selalu mengikuti berbagai perkembangan melalui media.

"Sebagai generasi penerus bangsa, aku harus tahu segalanya tentang negaraku. Asal kau tahu saja, aku sering melihat Jendral Tristan meski hanya dari kejauhan, aku bahkan ada di sana saat pesawat musuh menghancurkan kamp peristirahatannya."

"Hah?"

Tristan melirik Alea dengan sebelah alis mata terangkat, mengisyaratkan bahwa ia butuh penjelasan dari Alea.

"Itu terjadi setahun sebelum kita menikah, saat itu aku dan beberapa teman bergabung dalam regu medis suka rela, kami dikirim ke perbatasan untuk merawat anggota militer yang terluka."

Tristan mengangguk, ada rasa antusias di hatinya ketika mendengar cerita Alea.

Siapa sangka, ternyata wanita yang terlihat lembut ini memiliki jiwa patriotisme tinggi, serta nyali yang besar sampai berani ikut terjun ke garis depan peperangan demi negara.

Pada saat sama, tekad api seketika membara di dalam diri Tristan. Dia berjanji, suatu saat nanti akan kembali mengabdi pada negara, tentu saja setelah selesai memberi hukuman bagi para pengkhianat.

Tanpa terasa, Mobil yang dikemudikan Tristan akhirmya tiba di kediaman keluarga Wilson.

Ketika memasuki halaman, raut wajah Alea langsung berubah kesal karena melihat sebuah mobil yang terparkir di sana.

"Ck, mau apa lagi dia datang ke sini!" rutuk Alea.

"Siapa?" tanya Tristan.

"Kenzo, pria tidak tahu malu itu!"

Buru-buru Alea turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah. Ketika sampai di ruang depan, Kenzo sudah ada di sana untuk menyambutnya dengan penuh semangat.

"Alea, cepat pergi mandi, dan berdandan yang cantik. Kenzo ingin mengajakmu pergi makan malam," ujar Ellyana.

Dahi Alea berkerut tidak senang. "Ibu ini apa-apaan, aku ini wanita yang sudah bersuami, bagaimana mungkin ibu menyuruhku pergi dengan pria lain!"

Selesai berkata, Alea bergegas masuk ke kamar tanpa peduli ibunya terus berteriak memarahi.

Melihat ini, Kenzo berusaha untuk terlihat bijak, "Bibi, Alea jangan terlalu ditekan, lama kelamaan nanti dia pasti sadar sendiri mana yang berlian dan mana yang batu kerikil."

Ellyana mengangguk seraya menatap Kenzo dengan bangga. "Kamu benar, calon menantuku memang yang paling hebat."

Selanjutnya Kenzo pamit meninggalkan kediaman keluar Wilson. Dia bertemu Tristan saat hendak masuk ke dalam mobil.

Sejak tadi Tristan memang sengaja menunggunya di luar.

Kenzo terlebih dulu mendekati Tristan, lalu berkata dengan remeh, "Percaya atau tidak, cepat atau lambat Alea pasti akan menjadi milikku. Lalu kau akan dibuang ke tempat seharusnya, ke tong sampah!"

Pada saat ini, aura dingin yang mengerikan langsung menyelimuti tubuh Tristan, dan tentu saja Kenzo dapat merasakannya.

Tatapan Tristan yang seperti malaikat maut, membuat Kenzo kesulitan untuk menarik napas, seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya.

Tristan bahkan tidak memberi Kenzo waktu untuk mengatasi rasa takutnya, "Kau tidak memiliki waktu lagi walau sekedar untuk bermimpi indah, ajalmu sudah tiba!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
M Saleh
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Donganta
mantap, baru baca sampai ban ini....sangat seru
goodnovel comment avatar
Ade ari Prasetio
mantap, menarik dan membuat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status