Share

Bab 117

last update Last Updated: 2025-08-03 12:27:07

Malam semakin larut. Andara berbaring gelisah di atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar menunggu besok. Banyak yang ingin ditanyakannya pada Ananta.

Selain itu gerakan-gerakan kuat dari dalam perutnya juga membuat Andara tidak bisa tidur. Sang anak seolah memahami kekalutan perasaan ibunya.

Andara mengelus-elus perut yang mengencang dan mengajak anaknya berkomunikasi. Dokter mengatakan padanya untuk sering-sering menstimulasi dengan mengajak anaknya bicara.

"Malam, Sayang. Lagi bangun ya, Nak? Mama nggak bisa tidur nih. Kangen sama Papa. Katanya besok Papa pulang. Tapi Mama udah nggak sabar nunggu besok."

Sama seperti Andara, Calista juga masih terjaga. Perempuan itu memain-mainkan ponselnya. Sedangkan Shankara sudah tidur sejak tadi karena kelelahan.

Calista belum puas menyakiti Andara. Maka perempuan itu berpikir keras memikirkan cara lain untuk menggores hati orang yang seharusnya ia sayangi.

Senyum mengembang di bibir Calista ketika sebuah ide melintas di kepalanya. Ia mencari-ca
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
Ananta sakit kah?
goodnovel comment avatar
Ririn Indah
ini Andara gak lagi halu kan?
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
nah benar kata vita berartii
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 122

    Lantai koridor tempat Andara bekerja selalu terasa lebih dingin dari area lain. Entah karena sirkulasi AC yang tidak merata atau karena tatapan-tatapan dari pegawai lain yang tak pernah hangat padanya. Hari ini, tubuhnya sudah lelah sejak pagi. Kandungannya mulai sering terasa berat, tapi tidak satu pun rekan kerja tahu apa yang sedang ia rasakan.Tangannya gemetar saat menyusun tumpukan dokumen untuk dibawa ke ruang meeting lantai atas. Dokumen-dokumen itu berat, belum lagi tambahan air, snack, dan perlengkapan presentasi yang diminta oleh salah satu supervisor divisi marketing.Andara tahu, sebagai office girl, tugas seperti ini memang bagian dari pekerjaannya. Tapi hari ini langkahnya limbung. Kakinya pegal. Pinggangnya ngilu. Belum lagi perutnya mulai terasa kencang. Napasnya tersengal saat berdiri di depan lift, menyeimbangkan semua barang dalam trolley.Lift penuh. Ia menunggu lagi dan lagi. Tangannya mulai terasa kesemutan, hingga akhirnya satu cangkir berisi kopi khusus pesana

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 121

    Shankara mendapati Calista sedang main ponsel ketika ia masuk ke dalam kamar mereka. Calista tahu kalau Shankara masuk tapi perempuan itu acuh tak acuh. Ia tetap dengan aktivitasnya menggulir sosial media seolah kehadiran suaminya sama sekali tidak berarti."Cal, aku mau ngomong sebentar sama kamu," ujar Shankara sambil duduk di pinggir tempat tidur."Ya ngomong aja," jawab perempuan itu tanpa mengalihkan tatapan dari benda yang ada di tangannya.Shankara menatap Calista yang bersandar santai di headboard tempat tidur. Tangannya menggenggam ponsel, ibu jarinya bergerak cepat menggulir layar, seolah dunia yang sebenarnya ada di sana, bukan di ruangan yang kini ia tempati bersama suaminya."Kenapa nggak bilang dulu kalau mau pergi sama Ananta?" Shankara menanyakan hal yang sejak tadi membuat rongga dadanya sesak.Calista mendengkus pelan. "Cuma booking kamar. Nggak penting-penting amat buat dibahas.""Menurutmu nggak penting, menurutku iya," suara Shankara terdengar lebih berat. Ia beru

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 120

    Mendapat pertanyaan sensitif dari Shankara, Ananta tetap tenang. Sama sekali tidak ada kepanikan, baik dari suara ataupun wajah lelaki itu."Gue lagi di rumah sakit, nemenin Cal booking kamar buat lahiran."Kembali Shankara dibuat terdiam oleh jawaban itu. Ananta mengatakannya dengan ringan, tanpa ada rasa bersalah, bahkan juga tidak meminta izin pada Shankara saat mengajak istrinya pergi. Ananta bersikap seolah dirinyalah suami Calista dan akan menjadi ayah dari bayi yang perempuan itu kandung.Sejujurnya, Shankara merasa tersinggung. Seharusnya dirinyalah yang berada di posisi itu. Minimal Ananta mengabarinya dulu sebelum jalan dengan Calista."Sekarang Calista mana? Gue mau ngomong sama dia sebentar.""Cal lagi ke toilet. Lo ada pesan? Nanti gue sampein.""Suruh dia telepon balik."Tanpa menunggu jawaban dari Ananta, Shankara langsung memutus panggilan. Tepat di saat itu Calista muncul. Perempuan tersebut mengerutkan dahi melihat ponselnya ada di tangan sang mantan."Shankara nelep

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 119

    Andara benar-benar tidak suka mendengar kalimat terakhir Ananta. Seolah pria itu baru saja memberi hadiah perpisahan. "Mas ngomong begitu kayak mau pergi jauh."Tapi saat Andara protes, Ananta hanya tersenyum. Andara menatap suaminya itu lekat-lekat dengan tatapan menyelidik, mencoba menebak isi senyum tipis Ananta yang tidak menjelaskan apa pun. Lelaki itu malah berbalik, mengambil sesuatu, lalu kembali berdiri di depannya dengan tangan terulur.“Apa lagi ini, Mas?” tanya Andara curiga.“Hadiah. Biar kamu berhenti marahnya."Andara menerima kotak itu perlahan, jemarinya gemetar tidak sadar saat membuka penutupnya. Di dalamnya terdapat sebuah sebuah botol parfum bening dengan label Lily of the Valley.Aroma lembut bunga mewah itu menyapu hidungnya begitu botol dibuka.“Aku sengaja beliin buat kamu. Parfumnya nggak pasaran, bahkan nggak ada di katalog. Mereka hanya produksi tiga puluh botol setahun untuk koleksi eksklusif,” ujar Ananta tenang, seperti baru saja menyebut hal sepele. “

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 118

    Andara duduk dengan cepat. Diusapnya pipi Ananta yang juga sedang duduk di dekatnya."Ini kamu, Mas?" ujarnya tidak percaya."Menurut kamu?" Lelaki itu malah balas bertanya.Andara memandangi wajah itu lebih lama, seolah meyakinkan dirinya bahwa ini nyata. Bukan mimpi. Bukan ilusi. Tubuh lelaki itu hangat. Napasnya masih berembus."Kenapa kamu kaget aku pulang? Kamu pikir aku udah pergi selamanya? Atau kamu berharap begitu?""Nggak, Mas. Bukannya gitu. Tapi aku beneran kaget kamu tiba-tiba ada di sini. Aku kangen..." Andara melingkarkan tangannya ke leher Ananta, memeluk lelaki itu.Ananta membalas dengan mengusap-usap punggungnya.Andara memeluk lelaki itu lama, seolah ingin melampiaskan kerinduan selama beberapa hari ini yang sangat menyiksanya. Setelah puas memeluknya Andara langsung menanyakan hal yang sedari awal mengganggu pikirannya. "Kamu dari mana, Mas?""Kenapa masih nanya? Kamu, kan, udah tahu.""Tapi kamu nggak pernah kasih kabar. Padahal kamu janji pas nyampe di sana la

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 117

    Malam semakin larut. Andara berbaring gelisah di atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar menunggu besok. Banyak yang ingin ditanyakannya pada Ananta.Selain itu gerakan-gerakan kuat dari dalam perutnya juga membuat Andara tidak bisa tidur. Sang anak seolah memahami kekalutan perasaan ibunya.Andara mengelus-elus perut yang mengencang dan mengajak anaknya berkomunikasi. Dokter mengatakan padanya untuk sering-sering menstimulasi dengan mengajak anaknya bicara."Malam, Sayang. Lagi bangun ya, Nak? Mama nggak bisa tidur nih. Kangen sama Papa. Katanya besok Papa pulang. Tapi Mama udah nggak sabar nunggu besok."Sama seperti Andara, Calista juga masih terjaga. Perempuan itu memain-mainkan ponselnya. Sedangkan Shankara sudah tidur sejak tadi karena kelelahan.Calista belum puas menyakiti Andara. Maka perempuan itu berpikir keras memikirkan cara lain untuk menggores hati orang yang seharusnya ia sayangi.Senyum mengembang di bibir Calista ketika sebuah ide melintas di kepalanya. Ia mencari-ca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status