Share

Bab 64

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 17:08:11

Aroma roti panggang dan kopi hitam menyambut Andara begitu ia melangkah turun dari kamar bersama Ananta.

Di ruang makan, seorang perempuan paruh baya membungkuk sedikit memberi salam. Wajahnya ramah, tangannya cekatan menyusun piring-piring porselen di atas meja makan panjang bergaya Eropa.

"Selamat pagi, Bu," sapanya sopan.

Andara menatap perempuan itu, masih tertegun. “Selamat pagi.”

“Namanya Bu Retno,” bisik Ananta sambil menarik kursi untuk Andara. “Dia akan bantu urus rumah mulai sekarang. Jadi kamu tinggal istirahat dan fokus pada kandunganmu.”

Andara duduk dengan hati yang hangat dan juga sedikit bingung. Semua ini terlalu cepat. Semuanya seolah-olah berubah dalam semalam. Ananta yang dulu dingin dan membuatnya ingin kabur, kini berubah menjadi versi terbaik dari seorang suami.

Suara alat makan beradu pelan. Ananta duduk di seberang, namun tidak berhenti menatap Andara. Kadang-kadang ia menuangkan air jeruk untuk Andara, memotongkan roti, bahkan mengingatkan, “Jangan makan terl
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
ada maksud lainkah ananta.....???
goodnovel comment avatar
KKK
iblis takkan berubah dlm masa seminggu
goodnovel comment avatar
Ani
awas ............ modus itu tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 84

    Andara keluar dari ruangan dokter dengan langkah lebih ringan. Sambil berjalan menuju parkiran, ia menatap kembali hasil USG yang tergenggam di tangannya. Lembaran itu tidak lebih dari gambar dengan bayangan samar, tapi bagi Andara, itu adalah segalanya. Bukti bahwa ada kehidupan di dalam dirinya. Bukti bahwa ia masih berarti.Kemal yang berjalan di sampingnya tidak berkata banyak. Tapi kehadirannya cukup untuk membuat Andara merasa aman. Saat mereka masuk ke mobil, Kemal menoleh sekilas lalu mengatakan, “Kalau kamu belum mau pulang ke rumah, kamu bisa ikut ke apartemenku dulu. Kita bisa duduk santai sebentar sambil ngobrol-ngobrol."Andara sempat ragu, tapi pikirannya sudah terlalu jenuh untuk kembali ke rumah kosong yang dingin itu, atau lebih tepatnya rumah Ananta. Rumah tempat ia hanya dianggap sebagai bayangan.“Boleh deh, Mas." Ia memutuskan.*Apartemen Kemal berada di lantai enam sebuah gedung bertingkat di kawasan yang tenang. Begitu pintu terbuka, aroma lembut dari kayu dan

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 83

    Mobil sedan hitam milik Kemal melaju pelan di tengah hiruk-pikuk sore di ibukota. Suara klakson bersahutan, deru mesin berlalu-lalang, dan matahari yang mulai turun ke ufuk barat mewarnai langit dengan semburat orangnya. Di dalam mobil suasana sangat kontras. Hening dan terasa sesak oleh emosi yang menggumpal namun tidak terucapkan.Andara duduk membisu di kursi penumpang. Tatapannya tertuju keluar jendela, mengikuti bayang-bayang pepohonan dan gedung-gedung tinggi yang berkelebat. Namun pikirannya tidak benar-benar ada di sana. Wajahnya tampak pucat, dan jari-jemarinya mencengkeram erat tali tas di pangkuannya, seolah sedang menggenggam sisa-sisa kekuatan yang mulai rapuh.Kemal menyetir tanpa banyak bicara. Dari sudut matanya, ia sesekali melirik Andara, membaca isyarat-isyarat diam yang jelas menunjukkan ada luka yang sedang ditahan wanita itu. Ia tidak bertanya. Tidak juga mencoba menenangkan dengan basa-basi. Ia hanya memutar musik instrumental lembut dari playlist-nya, membiarka

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 82

    Langkah kaki pria itu terdengar mantap memasuki rumah. Dengan satu tangan membawa botol minum gym besar, satu lagi menenteng handuk kecil. Rambutnya masih basah, kaus hitamnya melekat di badan karena keringat.Tatapan Ananta jatuh tepat ke arah ruang tamu. Dan di sanalah ia mendapati pemandangan yang tidak biasa.Andara bersimpuh di lantai. Clarin duduk angkuh di sofa, satu kakinya tengah dipijat oleh istri sahnya.Andara menghentikan gerakan tangannya. Tubuhnya tegang. Clarin justru menyambut Ananta dengan senyum lebar, tanpa sedikit pun merasa bersalah. Ia berdiri dari tempatnya lalu melangkah menghampiri Ananta dan mengecup pipinya lembut.Saat melihat itu Andara hanya bisa menahan perasaan."Dari tadi aku telepon nggak dijawab." Clarin memberengut."Aku nggak tahu. Tadi lagi di gym," jawab Ananta."Lebih penting gym emangnya daripada aku?" "Kenapa ke sini nggak bilang dulu?" Ananta mengabaikan pertanyaan Clarin dan balik menanyakan hal lain."Gimana mau bilang kalau aku nelepon n

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 81

    Memasuki bulan kelima kehamilan Andara mulai merasakan gerakan-gerakan kecil dari dalam rahimnya. Sentuhan-sentuhan halus itu kerap datang tiba-tiba dan lebih seringnya tengah malam di saat ia akan beristirahat.Di pagi yang tenang ini ia sedang duduk di balkon, membelai perutnya pelan sambil menikmati udara segar. Hari ini hari Sabtu dan Lyncore tidak beroperasi pada hari tersebut, jadi ia bisa santai di rumah. Andara hanya sendirian. Ananta pergi sejak tadi. Waktu Andara menanyakannya, Ananta mengatakan pergi ngegym dengan teman-temannya.Andara tidak tahu siapa saja teman Ananta karena mereka tidak pernah datang ke rumah. Andara yakin Ananta melarangnya.Seulas senyum kecil membingkai bibir Andara ketika merasakan sebuah gerakan lagi dari dalam perutnya. Ia mengelusnya. Membisikkan di dalam hati bahwa ia akan selalu menjaganya. Andara sudah tidak sabar menunggu sore tiba. Ananta sudah berjanji akan menemaninya ke rumah sakit untuk kontrol kandungan.Andara terpaksa beranjak dari b

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 80

    Andara terbaring lemah di sebelah Ananta. Setelah percintaan panas mereka barusan, energinya terserap habis. Tapi meski tubuhnya lelah, hatinya terasa ringan. Hangat. Damai.Di sebelahnya, Ananta mengelus lembut lengan Andara. Ia tidak berkata sepatah kata pun. Tapi bagi Andara, keheningan itu tidak lagi menakutkan. Justru menenangkan. Sebab segala perlakuan lelaki itu malam ini sudah lebih dari cukup untuk membuatnya merasa dicintai.Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya Ananta bertanya pelan. “Kamu mau hadiah apa, Andara?”Andara menoleh. “Nggak usah, Mas. Diperlakukan seperti ini aja rasanya udah lebih dari cukup.”“Tapi aku tetap pengen ngasih sesuatu,” balas Ananta, suaranya tenang namun penuh ketegasan.Andara terdiam sejenak. Ragu. Tapi kemudian ia tersenyum kecil, lalu berbisik. “Kalau boleh minta aku pengen Mas Nata nyanyi buat aku sambil main gitar.”Ananta mengerjapkan mata. Tidak menyangka permintaan yang begitu sederhana tapi personal.“Sekarang?” tanyanya.Andara menga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 79

    Semua ini bagaikan mimpi yang sangat indah bagi Andara. Baju baru di tubuhnya, makan malam romantis, serta perlakuan manis Ananta yang tidak pernah dirinya duga. Andaipun ini mimpi, Andara tidak ingin bangun. Ia ingin terlelap selamanya.Sesekali Andara menatap dalam ke wajah suaminya. Mencari tahu bagaimana ekspresi lelaki itu. Perasaan khawatir masih melingkupinya kalau saja tiba-tiba sikap Ananta berubah. Tapi yang ditakutkannya tidak terjadi. Ananta tetap bersikap lembut. Ia bahkan tidak lelah memandangi Andara setiap kali perempuan itu bicara. Mendengarkan tanpa menyela. Tersenyum ketika Andara menceritakan hal-hal sepele dari kelas bahasa Inggrisnya. Tidak ada Ananta yang dingin dan tidak peduli padanya.Yang ada malam itu hanyalah kehangatan. Sesuatu yang nyaris membuat Andara lupa bahwa suaminya pernah menyakitinya.Setelah menyelesaikan makan malam, Ananta menggandeng tangan Andara menuju lift. Ia menggenggamnya erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi.Di dalam mobil, An

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status