Sebuah ketukan terdengar dan Gerald seketika menatap ke arah pintu. Dengan kaki yang masih disilangkan ia berseru, "Masuk!"Zack, Michael, diikuti Spencer dan yang lain masuk ke dalam ruangan."Hah! Aa-apa??" kata Stuart tercengang. Semua orang yang berada di dalam ruangan adalah pihak-pihak terkait, termasuk di dalamnya adalah Tuan Zeke, Tuan Lyle, dan Tuan Wilson!"Ini..." hanya itulah yang keluar dari mulut Stuart, Nathaniel dan Ava. Mereka bertiga terkesiap. Saat sudah sadar, mereka pun berteriak, "Tuan Zeke! Tuan Lyle!""Tuan Crawford, semuanya sudah ada di sini!" ujar Zack tidak menghiraukan mereka bertiga."Hah? Tuan Crawford?""... ini semua pasti bercanda, kan? Apa-apaan? Dia Tuan Crawford?"Mereka semua terkejut, terutama Stuart dan Ava."T-T-T...Tuan Crawford??" Ava terbata-bata sampai kesulitan bernapas."Oke, karena semuanya sudah datang, mari kita mulai. Tuan Ferguson, jelaskan lagi soal dokumen itu. Di mana aku harus tanda tangan?" tanya Gerald sambil tersenyum."... aku
“Gerald?”Baik Xella Jaquin, maupun Waylon Letts sama-sama terkejut.Semua orang di Departemen Pemasaran merasa bingung."Oke, aku akan segera ke sana," jawab Gerald."Gerald, kamu... kamu... adalah Tuan Crawford?" tanya Xella tergagap. Ia benar-benar sangat kaget.Meskipun mama Cindy pernah bercanda dengan mengatakan bahwa Gerald mungkin adalah Tuan Crawford saat mereka makan malam tempo hari, Xella sempat terperangah mendengar lelucon itu. Tetapi kemudian ia mencoba berpikir ulang, dia cukup dekat dengan Gerald jadi bagaimana mungkin Gerald adalah Tuan Crawford yang super kaya itu?Namun beberapa detik lalu ketika Tuan Lyle memanggil Gerald, otak Xella langsung membeku seketika!Oh, Tuhan, jadi benar Gerald adalah Tuan Crawford?Gerald menoleh pada Xella dan mengangguk, "Ya!"Berikutnya ia pun beranjak dan meninggalkan kerumunan orang itu yang masih menatapnya penuh heran.Waylon yang awalnya berniat mengajak Xella untuk menemui ayahnya kini terkesiap. Ia mencari kursi untuk duduk da
“Anak Muda, apakah rumahmu ada di kota ini?" tanya sopir paruh baya dengan senyum tipis.Gerald mengangguk."Kalau begitu, selamat, Nak. Kotamu akan segera mengalami kemajuan yang pesat dan tidak ada sepetak tanah pun di sini yang akan luput dari perhatian. Mereka tidak hanya akan memberikan biaya perumahan, tetapi juga biaya pembongkaran dan banyak peluang kerja juga! Sepertinya kamu adalah seorang mahasiswa, jadi ketika kamu kembali nanti, kamu harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.""Ya, itu ide yang bagus."Setelah mengobrol banyak hal selama perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di kampung Gerald. Rumah Gerald terletak di desa kecil di tengah kota. Ada banyak keluarga di sana yang memiliki usaha penggilingan, seperti penggilingan tepung dan semacamnya.Di masa lalu, hal terbaik dari desa ini adalah aroma wangi tepung yang baru digiling memenuhi udara. Namun tampaknya saat ini aroma gilingan tepung itu sudah banyak berkurang."Wow... Anak mahasiswa sudah kembali!""Mana paca
“Apa maksudmu, Bapak Tua? Apa maksudnya rumah ini milik mereka? Aku peringatkan kalian, aku sudah menghubungi pengacara dan kalau sampai masalah ini kita bawa ke pengadilan, kontrak yang kalian tandatangani tidak akan berlaku lagi. Lagipula sertifikat resminya adalah milik kami!” ujar Sandrilla kukuh.‘Sepertinya mereka sudah memperdebatkan masalah ini sejak lama’, pikir Gerald.Sebelumnya, ketika ia menghubungi Tuan Winters, ia merasa bahwa Tuan Winters sedang dalam suasana hati yang buruk. Ternyata mereka sedang mendebatkan masalah ini. Bahkan jika perumahan itu milik keluarga Crawford, untuk apa juga Gerald bertikai dengan mereka karena hal itu?“Lagipula bukankah Gerald sudah memenangkan lotre? Kenapa dia masih peduli pada rumah ini? Dan aku juga tidak tahu di mana menghilangkan kuncinya!” imbuh Sandrilla menggerutu.“Hmmmpph!” Tuan Winters mendengus lalu memungut sebuah batu besar.“Eh? Apa yang akan Ayah lakukan?” tanya Sandrilla sambil melangkah mundur dengan perasaan cemas.
Mereka memandang Gerald dengan tatapan mematikan. Pasalnya, Gerald tidak sengaja membuat mereka malu ketika di rumah sakit waktu itu. Karena kejadian itu, kalimat apapun yang keluar dari mulut Gerald saat ini akan terdengar sangat menyebalkan."Oke, sudah cukup. Gerald baru saja kembali jadi lebih baik kita makan dulu," Kakak tertua memberi kode agar semuanya menuju meja makan setelah mendengar yang dikatakan Gerald.Karena bujukan anak tertua itu, barulah akhirnya mereka mau duduk di meja makan. Melihat ekspresi ayahnya karena perkara kepemilikan rumah, dia takut ayahnya akan sakit lagi karena terlalu stres dan tertekan. Akhirnya dalam beberapa saat tidak ada yang membahas masalah itu lagi."Gerald, apakah kamu sudah menyelesaikan magangmu? Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan?" tanya anak ketiga. "Hah, sepertinya dia belum dapat kerja. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan akhir-akhir ini. Kalau bukan karena kakak ketiga memberikan bantuan, Francis pun pasti sekarang juga belum bekerj
“Hmm? Ada apa, Tuan Winters?"Tuan Winters menarik lengan baju Gerald dan mendudukkannya."Tentu saja sebuah hal baik. Ketika kamu menelepon tadi, aku sudah sempat mengatakan padamu tapi kupikir lebih baik menjelaskannya secara langsung. Tidak bijak rasanya kalau aku membicarakannya di depan anak-anakku.""Oh, baik silakan lanjutkan, Tuan Winters!""Dulu aku bekerja di pertambangan dan berteman dengan seorang pria. Setelah bertahun-tahun berpindah-pindah, ketika aku pergi ke kota beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja aku bertemu dengannya. Kami mengobrol sebentar, ya sekadar untuk saling berbagi kabar. Dia mengatakan bahwa cucu perempuannya seumuran denganmu, sebaya denganmu dan Francis.""Dia lulus kuliah satu tahun lebih awal daripada kamu dan saat ini keluarganya sepertinya ingin mencarikan dia pacar. Keluarganya cukup terpandang dan kaya, jadi tidak ada kriteria khusus. Aku terpikir untuk memperkenalkan dia padamu. Keluarga mereka punya dua anak perempuan dan ini adalah yang ter
Kemudian telepon ditutup.Dalam hati, Gerald merasa bersalah pada Mila. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, ia meyakini ini bukanlah hal serius. Mereka berdua hanya akan bertemu sebentar dan itu akan berlalu begitu saja.Sementara itu, di tempat yang lain.Setelah menutup telepon, Michelle melanjutkan membersihkan make-up nya. Tadi, Xabrinya adiknya menguping dari atas tempat tidur. Ia pun terkekeh, "Kak, jadi kalian akan ketemuan besok? Siapa namanya? Kakak pernah bertemu dia sebelumnya?""Dia adalah Gerald Crawford. Dulu dia bersekolah di SMA 1. Hmm, entah kenapa aku merasa namanya nggak asing, ya? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya." jawab Michelle sambil masih membersihkan wajahnya.Kedua kakak beradik itu memiliki pesonanya masing-masing.Xabrina tertawa mengejek. "Ya, ampun, kamu bodoh sekali. Dia kan sekolah di SMA 1, kamu bisa tanya tentang dia pada adik-adik kelasmu. Jadi kamu bisa dapat lebih banyak informasi tentang dia.""Ah, iya kamu benar. Aku akan cari t
Hari berikutnya pun tiba.Itu adalah hari kencan buta untuk Gerald dan Michelle yang sudah direncanakan oleh Tuan Winters.Meskipun Gerald tidak tahu harus mengharapkan hasil yang bagaimana, ia tetap berusaha menyiapkan yang terbaik demi menghargai Tuan Winters. Ia pun berangkat ke lokasi yang dijanjikan lebih awal, tempat itu bernama Domino.Setibanya di sana, Gerald melihat seorang gadis sendirian sedang minum soda. Di mejanya tersaji kentang goreng dan sayap ayam. Gadis itu sedang mengayun-ayunkan kaki jenjangnya dan terlihat sedang menunggu seseorang.'Apakah itu dia?' pikir Gerald.Gadis itu meletakkan kentang gorengnya, sambil mengunyah ia mengetikkan sesuatu di layar ponsel.Tepat beberapa saat kemudian, Gerald menerima pesan dari Michelle.'Apakah kamu sudah di lokasi?'Kali ini Gerald semakin yakin, 'sesuai dugaan, pasti itu dia!'Kesan pertama yang ditangkap Gerald adalah bahwa gadis itu cukup cantik. Ia pun berjalan menghampiri dan duduk di kursi menghadap gadis itu."Hei, a