Mila menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Aku akan menelepon Gerald sekarang juga! Aku ingin dia menjelaskan padaku secara langsung apa yang sebenarnya terjadi!"Setelah mengatakan itu, Mila lalu mengeluarkan kunci Mountain Top Villa dan melemparkannya langsung ke arah Xavia. Xavia tercengang.‘Sial! Kenapa sepertinya Gerald belum putus dengan Mila? Mereka tampaknya masih saling mencintai!’‘Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Gerald telah berubah menjadi seorang bajingan yang mempermainkan hati perempuan?’Saat Xavia sibuk memikirkan hal itu, Mila mencoba menelepon Gerald beberapa kali. Namun teleponnya tidak diangkat."Kenapa dia nggak menjawab teleponku? Padahal biasanya dia langsung angkat!" Kata Mila dengan cemas.Apa benar yang dikatakan Xavia, jadi selama ini Gerald sudah selingkuh di belakangnya?!Mila hanya bisa tertawa getir menyadari kebodohannya, batinnya tercabik-cabik. Tiba-tiba, Xavia menemukan rencana jahat. Saat Mila hendak pergi, dia berteriak, "Mila, tunggu!"
Sementara itu, Gerald sedang memainkan sandiwaranya dengan Giya.Giya sendiri juga berbohong pada orangtuanya.Mengetahui hal itu, Gerald merasa semakin canggung untuk melanjutkan sandiwara itu. Dia mencoba mencari alasan untuk bisa pergi. Ketika menyadari hal itu, Giya menarik tangan Gerald mesra dan berkata, "Ma, Pa, aku antar Gerald sebentar, ya!"Setelah berkata demikian, mereka berdua berjalan bersama ke luar aula.Saat sudah berada di dekat pintu masuk hotel, Gerald segera berkata, "sekarang waktunya kamu kembalikan ponselku!"Tadi Gerald terus-menerus melihat ponselnya saat dia mengobrol dengan yang lain. Untuk menjaga suasana akrab antara dia dan Giya, seorang anggota Keluarga Quarrington pun menyita ponsel Gerald untuk sementara waktu. Mereka mengatakan bahwa Gerald tidak seharusnya sibuk bermain ponsel supaya bisa fokus mengobrol dengan mereka. Gerald tidak berkata apa-apa saat itu. Kemudian mereka terus mengobrol sambil makan."Hei, nada macam apa itu?" jawab Giya sam
Ketika Giya menatap Mila, rasa cemburu tergambar jelas di wajahnya. Emosi yang sangat kuat juga berkecamuk di hati Mila. “Kamu… Kamu mengecewakan aku! Kamu sangat membuat aku kecewa, Gerald! Aku nggak mau melihat wajah kamu lagi!" teriak Mila lalu mendorong tubuh Gerald dengan kasar dan berbalik pergi.Mila berlari, tangisnya tumpah. Wanda mengumpat, "Dasar bajingan menjijikkan! Persetan dengan kekayaanmu!"Dia tidak tahan lagi melihat Mila disakiti. Bagaimanapun juga mereka sama-sama perempuan. Jelas mereka pasti marah kalau menemukan pria seperti itu.Gerald pucat dan diliputi kecemasan. Dia tidak menyangka kalau Mila tiba-tiba muncul di sana. Gerald bergegas mengejar Mila.Giya merasakan emosi yang susah dijelaskan. Dia tidak bisa menganalisis perasaannya yang campur aduk. Akhirnya yang keluar adalah rasa marah. Ketika Gerald sudah pergi, dia pun membalikkan badan dan kembali masuk ke dalam hotel.***Akhirnya Mila pulang kembali ke rumahnya. Dia langsung masuk ke dalam kamar bers
”Apa? Kamu meminjamkan villa kepada gadis itu?" kata Molly setelah mendengar penjelasan Gerald soal Xavia.Tentang Xavia yang hamil, Gerald tidak begitu yakin soal itu. Tetapi tidak terlalu mengagetkan juga bagi Gerald membayangkan Xavia merencanakan kebohongan seperti itu. Dia bisa menangani Xavia nanti. Saat ini, Gerald hanya ingin Mila tidak salah paham lagi.“Oke, aku bisa merasakan kalau kamu nggak berbohong. Aku akan coba memberitahu Mila tentang hal ini. Jadi sebaiknya kamu jangan coba-coba membohongi kami. Kamu tahu betapa Mila sangat benci dibohongi!”Meskipun hanya mengobrol singkat dengan Gerald, Molly meyakini bahwa Gerald bukanlah jenis pria kaya yang genit dan serakah. Sebaliknya, dia tampaknya adalah seorang pria yang cukup baik dan ramah. Jika semua yang dikatakan Gerald benar, Molly tidak akan segan untuk membantunya.Berikutnya Molly kembali ke kamar Mila sementara Gerald menunggu di bawah.Tidak berapa lama kemudian, Molly kembali menemui Gerald dan menghela napas b
Wajah Queta terlihat pucat pasi ketika Gerald melihatnya di bangsal. Dia tampak sangat lemah. Syukurlah, seperti yang dikatakan Lisa, dia sudah sadar kembali ."Apa yang kamu rasakan?" tanya Gerald sambil mendekati tempat tidur Queta."Aku juga nggak terlalu yakin. Tadi tiba-tiba rasanya seperti semua darahku terkuras habis. Penglihatanku menjadi gelap dan yang aku tahu adalah aku sudah berada di sini." kata Queta dengan suara lemah."Lalu apa kata dokter?""Itulah kenapa kami berdua sangat cemas. Meskipun beberapa dokter telah membahas kondisinya, tapi mereka masih belum bisa mendeteksi penyebab penyakit Queta! Saat ini, dokter belum berani memberikan perawatan lebih lanjut" kata Lisa.Mendengar itu, mata Queta mulai berkaca-kaca. Ia mulai ketakutan. Meskipun dia adalah gadis yang kuat, tetapi menghadapi situasi semacam ini tetaplah terasa berat baginya."Hmm begitu," jawab Gerald sambil menganggukkan kepala. Ia menatap Queta dengan perasaan kasihan.Berikutnya Gerald keluar dari bang
“Kenapa memangnya?" tanya Gerald yang terheran mendengar pertanyaan itu. Dia tidak tahu alasan pria tua itu. Meskipun Finnley tampak ringkih dan kurus, tetapi cengkeramannya ternyata sangat kuat. Begitu pria tua itu memegang bahu Gerald, dia tidak bisa bergerak.'Bagaimana dia bisa sedemikian kuat?'"Aku hanya ingin tahu. Sekali lagi, siapa yang kamu temui hari ini, Cucuku? Aku bisa mencium aroma yang tidak biasa dari tubuhmu." ujar Finnley sambil tertawa kecil. "Apa maksudnya 'tidak biasa'?" tanya Gerald yang melihat Finnley tiba-tiba menjadi misterius dan tampak antusias.'Mungkin sifat kacaunya kambuh lagi.'"Ini adalah bau racun hewan!" jawab Finnley sambil berbisik. "Orang yang kamu temui hari ini telah keracunan. Kamu mungkin sempat bersentuhan dengan dia makanya ada bau racun di tubuhmu," imbuh Finnley."Akh, Anda pasti terlalu banyak menonton film Thailand!" ujar Gerald sedikit kesal. Ia ingin segera pergi tapi setelah berpikir sejenak, Gerald merasa bahwa dugaan Finnley ti
"Kenapa aku? Kau baru saja menusuknya dengan jarum padahal dia jelas-jelas kemasukan racun hewan! Yang kau lakukan hanya akan meningkatkan kecepatan peredaran darahnya! Itu memberi parasit lebih banyak kesempatan untuk bergerak tak terkendali di dalam tubuh pasien ini!" jawab Finnley."Nak, sekitar umur delapan, apakah kamu pernah mengalami hal serupa? Meskipun mungkin saat itu kamu cuma pusing sedikit. Dan rasa sakit itu berulang ketika kamu berusia dua belas tahun, benar? Kemudian kamu merasa lebih pusing dari sebelumnya dan semakin parah ketika kamu berusia enam belas tahun. Jika tebakanku benar, kamu pasti merasa sangat pusing dan merasa tubuhmu sangat lemah selama periode waktu itu. Karena kondisimu semakin memburuk setiap kali rasa sakit itu muncul, tidak heran kalau kamu sampai pingsan ketika di usiamu yang ke-22 tahun!" imbuh Finnley sambil menatap Queta.Queta yang masih terbaring di atas tempat tidur benar-benar kaget mendengar analisis Finnley."Bagaimana... bagaimana Anda t
Setelah beberapa waktu lamanya Gerald menunggu dengan cemas di luar bangsal perawatan, akhirnya Tuan Finnley dan Dokter Hudson keluar dari dalam bangsal.Ketika Gerald melihat mereka berdua, Gerald merasa agak aneh dan curiga melihat Dokter Hudson tampak jauh lebih respek kepada Finnley. Bahkan Gerald melihat ketika mereka meninggalkan ruangan, Dokter Hudson nyaris menggandeng lengan Finnley, meskipun dengan cepat Dokter Hudson berubah pikiran pada detik-detik terakhir.“Bagaimana keadaan Queta?” Gerald bertanya.“Queta sudah hampir sembuh! Kamu bisa masuk mengunjunginya sekarang!” Finnley berkata sambil terkekeh.Mendengar hal itu, Gerald bergegas masuk ke dalam bangsal untuk melihat keadaan Queta. Queta terlihat jauh lebih baik dibanding sebelumnya dan bahkan rona merah di kedua pipi Queta pun sudah kembali.“Kamu tidak perlu khawatir, Gerald. Tuan Quick memiliki keterampilan dibidang medis yang luar biasa!” Queta berkata begitu melihat Gerald yang tampak masih sangat peduli dengan k