Share

BAB 4

“Hadehhh… Ada-ada saja tingkah laku makhluk disini”

Kemudian, Maya segera menyelesaikan mandinya, setelah itu, memakai bajunya dan keluar dari kamar mandi.

“Emm… Bi… dimana mesin cuci? Saya ingin meletakkan pakaian kotor ini dan ingin mencucinya.” Tanya Maya kepada bi Sari yang tengah mengelap-elap meja makan.

“Ah, sini non, biar bibi saja yang mencucinya. Sekalian, bibi juga sedang mencuci disana.”

“Oh, ini bi, terima kasih ya bi”

“Iya sama-sama non”

Setelah itu, Maya pergi keluar untuk menghirup udara pagi.

‘Emm… Eyang kakung dan Eyang putri dimana ya? Tadi katanya ada diluar? Yasudah lah, lebih baik aku jalan-jalan keluar, hihi’ Kata Maya dalam hati.

Lalu, Maya berjalan menuju gerbang dan berniat ingin jalan-jalan pagi,

“Non, anda mau pergi kemana?” Tanya Pakde Yono yang tengah membersihkan kebun.

“Saya ingin keluar pakde. Jalan-jalan pagi saja, bosen dirumah, hehe”

“Oh, mari saya temani non”

Maya menganggukkan kepalanya, dan kemudian pakde Yono membuka gerbang dan pergi keluar bersama dengan pakde Yono.

Dari depan gerbang, Maya disambut oleh sebuah gunung yang sangat besar, namun tampaknya, gunung sedang di tutupi kabut. Jarak gunung dari rumah Eyangnya Maya sangatlah jauh, namun bisa terlihat jelas kalau tidak sedang berkabut.

Kemudian, Maya berjalan menyusuri jalan bersama dengan pakde Yono. Tapi, sudah cukup jauh mereka berjalan, tak ada seorang pun yang mereka temui sejak mereka keluar dari rumah Eyangnya Maya. Padahal, di sepanjang jalan, banyak rumah-rumah warga.

“Pakde, mengapa disini sepi sekali? Dari tadi kita berjalan, tak ada satupun orang yang berpas-pasan dengan kita.” Tanya Maya kepada Pakde Yono.

“Emm… mungkin mereka sedang berkebun di bawah non. Anda mau melihat kesana?”

“Ah, boleh pakde”

Kemudian, mereka pergi menuju perkebunan warga yang dikatakan oleh pakde tadi. Dan, benar saja, setibanya mereka disana, ada banyak warga yang tengah berkebun disana.

“Non, anda mau mencoba memetik buah?” Tanya pakde Yono kepada Maya.

“Emangnya boleh pakde?”

“Boleh dong, ayo kita kesana”

Lalu, mereka masuk ke perkebunan warga. Pakde Yono menyapa warga-warga disana menggunakan bahasa daerah yang artinya,

“Selamat pagi pak, sedang panen ya?” Tanya Pakde Yono kepada seorang pria paruh baya yang tengah memetik buah disana.

“Eh, pakde Yono, iya nih pak. Dan, ini cucu nya Tuan Ajie ya pakde?”

“Iya pak. Katanya, dia ingin ikut memanen buah juga”

“Ah, boleh-boleh, silahkan non”

Maya hanya tersenyum saja kepada mereka sembari menganggukkan kepalanya walaupun dia tidak mengerti apa yang pakde Yono dan seorang pria paruh baya bicarakan tadi. Dan, sepertinya, seorang pria paruh baya itu mempersilahkan Maya untuk ikut memanen buah-buahan disana.

Lalu, pria itu memberikan sebuah keranjang yang terbuat dari anyaman bamboo kepada Maya sembari berkata dalam bahasa daerah yang artinya,

“Ini keranjangnya non. Kumpulkan buah-buahan itu di dalam keranjang ya non”

Melihat Maya yang sepertinya tidak mengerti apa yang pria itu katakan, pakde Yono mencoba mengartikan perkataan pria itu,

“Kata bapak ini, ini keranjang yang digunakan untuk mengumpulkan buah-buahan ini non. Jadi, anda memetik buah-buahan itu, dan mengumpulkannya di dalam keranjang ini.”

“Oh begitu rupanya, saya juga bingung pakde, mengapa bapak ini memberi saya keranjang tadi, hahaha” Kata Maya sembari tertawa dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

Setelah itu, Maya dan pakde Yono membantu pria itu memanen buah-buahan sembari mengobrol santai dengan bantuan pakde Yono sebagai penerjemahnya.

Beberapa saat kemudian, Maya, pakde Yono dan warga yang lainnya menyelesaikan panen buah itu. Lalu, Maya dan pakde pamit kepada mereka untuk pulang karena sepertinya sudah mulai siang. Kemudian,

“Pakde… ini buah-buahan untuk non Maya sebagai ucapan terima kasih” Kata pria paruh baya itu dalam bahasa jawa kepada pakde Yono sembari memberikan sekantung plastik buah-buahan.

“Wah, terima kasih banyak ya pak” Kata pakde Yono sembari menerima kantung plastik yang berisi buah-buahan itu.

Maya hanya melemparkan senyum manis kepada pria paruh baya itu karena tidak mengerti apa yang dikatakannya.

Setelah itu, Maya dan pakde Yono pergi meninggalkan perkebunan.

Sekitar 100 meter mereka berjalan meninggalkan perkebunan itu, Maya menoleh ke belakang untuk melihat warga yang tadi tengah mengemas buah-buahan. Dan ya, mereka semua menghilang.

“Pakde, mereka semua ramah-ramah ya. Mereka juga repot-repot memberikan kita buah-buahan. Memangnya bisa dimakan pakde, hehe” Kata Maya kepada pakde Yono.

“Hehe, ternyata anda sudah tau ya non. Maaf ya non, saya tidak memberitahukan kepada anda dari awal. Saya tidak ingin membuat anda merasa tidak nyaman disini. Jadi, Jauh sebelum Eyang anda membeli rumah disini, ada sebuah keluarga yang tinggal disini beberapa tahun yang lalu. Rumor mengatakan, kalau kepala keluarga itu adalah seseorang yang gila akan ilmu hitam. Jadi, keluarga itu menuntut ilmu hitam, memuja para setan untuk tujuan mendapat kekayaan. Tapi, semua itu tidak bisa didapatkan secara gratis. Para setan itu meminta tumbal setiap jum’at malam. Lalu, seorang kepala keluarga itu menyetujui persyaratan itu. Seketika, para setan-setan itu menjelma menjadi sebuah lemari antik dan secara tiba-tiba, sudah banyak uang berserakan di lantai kamar yang sekarang ini terkunci. Seketika, keluarga itu menjadi orang yang sangat kaya dan di puja-puja di wilayah ini. Nah, keluarga ini mempunyai sifat gila harta non. Jadi, mereka memanfaatkan uang-uang yang ada, lalu memberikannya kepada rakyat-rakyat miskin untuk membantu mereka.

Nah, entah kenapa, setiap jum’at malam tiba, orang-orang yang menerima uang dari keluarga itu, tiba-tiba meninggal non. Meninggalnya juga pada saat tengah malam saat pergantian hari antara kamis dan jum’at. Tepat di pukul 00.00 dini hari, mereka semua kehilangan nyawanya secara serentak. Lalu, berita ini geger sampai ke kaki gunung. Satu perkampungan yang ada di wilayah ini meninggal dunia secara tiba-tiba. Lalu, terdengarlah berita bahwa keluarga itu adalah biang masalah dari masalah itu dari seorang pembantu yang bekerja bersama dengan keluarga itu. Sontak, warga-warga yang ada di bawah, berbondong-bondong naik kesini dan mengusir keluarga itu secara paksa. Kemudian, mereka berniat ingin membakar lemari itu. Namun, ketika lemari itu dibakar, secara tiba-tiba, lemari itu menghilang tanpa jejak, tak tau pergi kemana. Lalu, entah kenapa, Eyang anda membeli rumah ini dari kepala desa yang tinggal dibawah. Dan, secara tiba-tiba, lemari itu muncul lagi non. Kemudian, lemari itu di rawat oleh Eyang anda setiap harinya tanpa mengharapkan apapun dari lemari itu. Walaupun sebenarnya, Eyang kakung sudah mengetahui kalau lemari itu adalah jelmaan dari para setan yang di sembah oleh mantan pemilik rumah itu. Sampai suatu ketika…”

“Tin tin”

“Hei May, pakde, sedang apa kalian duduk disana?”

Reno dan Ayu menyapa Maya dan pakde dari dalam mobil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status