Beranda / Fantasi / Lentera Kegelapan / Chapter 3 - Permintaan Teman

Share

Chapter 3 - Permintaan Teman

Penulis: Jiebon Swadjiwa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 22:18:41

POV Maria

Hari ini terasa terasa begitu panjaang karena kehebohan yang menimpa padaku, apalagi saat bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini alias bel waktu pulang sekolah. Aku pasrah jadi objek bulan-bulanan teman-temanku. Kejadian bermula saat aku keluar dari kelas, tiba-tiba beberapa teman cewek mengajakku untuk pulang bareng, namun ketika baru melewati pintu kelas, mereka menutup kepala dan wajahku hingga menyeretku kembali duduk dikursi dan diikat dengan selotif.

 Dalam keadaan tangan dan kaki terikat juga mulut yang dibekap lakban, aku dilempari tepung dan telor hingga diguyur air. Haduuuuhhh...ini tradisi macam gini siapa sih yang mulai. Aku hanya bisa menggerutu saat baju seragamku menjadi kotor banget. Setelah mereka puas mengerjaiku, aku diperlakukan seperti layaknya putri raja pokoknya. Sungguh mengasyikan. Memang agak gila sih..., apalagi saat aku harus pulang dengan baju sekotor ini?? Huhuhuhu....tega ih mereka.

 Sebelum pulang, aku membersihkan diri dulu, maksudku kepala dan wajah cantikku ini, di kran yang berada di dekat toilet. Ketika selesai dan berbalik, aku melihat Ray berjalan ke arahku. Tanpa bicara, dia memberikan handuk handuk kecil kepadaku.

 "Eh, Ray. Makasih," kataku sambil menerima handuk itu lalu kupakai untuk mengelap wajah dan sedikit mengeringkan rambutku.

 "Bajumu kotor, nih pake," kata Ray, mengulurkan jaket yang sengaja dia buka dari tubuhnya. Sesaat aku menatap jaket itu.

 "Nggak usah Ray, aku bisa minta tolong Andre," kataku menolaknya sambil tersenyum.

 "Orang yang kamu maksud sudah pergi dari tadi," kata Ray, tanganya masih mengulurkan jaketnya padalu.

 "Nyantai aja, aku nggak bakal ngusilin kamu," katanya datar.

 Wah, jangan-jangan dia naksir sama aku. Woi, aku udah punya pacar! Teriak suara dipikiranku. Aku kembali menatap ke arah jaketnya Ray, rasa ragu masih memenuhi pikiranku. Tapi kalau aku gak terima, bagaimana perjalananku pulang nanti, pasti orang-orang pada menatapku dengan pandangan aneh.

 "Ya sudah, Makasih," kataku akhirnya lalu meraih jaket yang ada ditangan Ray.

 Singkat cerita aku dan Ray pulang bersama. Tentunya setelah aku membuka baju atas seragamku dan menggantinya dengan jaket, seragamnya lalu aku taruh di sebuah tas plastik. Rasa kesal tertuju pada pacarku, Andre tak terlihat di antara teman-temanku. Kemana tuh si Andre kok nggak nolong pacarnya sih. Saat aku hubungi ponselnya, BBMnya nggak aktif, chat aku pun tak dibales lagi. Awas ya nanti kalau ketemu. Mau kudamprat habis-habisan dia.

 Aku dan Ray, menaiki monorel yang sama. Rumahku dan panti tempat Ray tinggal kebetulan searah. Dalam perjalanan awalnya kami saling diam, aku tak berani memulai obrolan dengannya.

 "Ayahmu seorang detektif terkenal bukan?" Tiba-tiba Ray mencairkan suasana diam dengan pertanyaannya.

 "Iya, kenapa emangnya?" Jawabku, lalu balik bertanya.

 "Aku ingin minta tolong pada Ayahmu, apa aku bisa ke rumahmu sekarang?" Kata Ray, nada suaranya terdengar datar dan tanpa ekpresi sama sekali. Sekilas aku menatap wajahnya, memastikan apa benar dia bicara padaku.

 "Ada sesuatu yang menyangkut tentang diriku, dan aku butuh jasa ayahmu," lanjutnya.

 "Kenapa denganmu?" Pertanyaan konyol begitu saja keluar dari mulutku. Ray menatap tajam wajahku, seakan mengatakan apa pedulimu padaku. Namun kemudian dengan suara pelan dia berkata.

 "Aku ingin tahu siapa orang tuaku sebenarnya."

 Setelah setengah jam perjalanan, kami pun sampai di rumahku. Sebuah rumah sederhana yang terdapat sebuah papan bertuliskan 'BIRO DETEKTIF JOHAN MAHESWARA' di depannya. Papan itu seingatku sudah ada di sana sejak aku masih balita. Dan tak pernah berubah kecuali ayah menggantinya tulisannya dengan cat baru. Bahkan paku-pakunya pun masih tetap pada posisinya. Rumahku tidak bisa dibilang luas, namun cukuplah untuk kami berempat tinggal dengan nyaman.

 "Itu pintu Kantor ayahku. Kamu masuk saja dulu, aku akan panggilkan beliau," kataku sambil menunjuk ke arah pintu kantor Ayah yang sedikit terbuka.

 Ray hanya mengangguk, ia langsung berjalan ke arah yang aku tunjuk lalu membuka pintu yang bertuliskan 'KANTOR DETEKTIF JOHAN MAHESWARA' Kemudian dengan langkah tenang ia masuk. Aku segera masuk ke pintu yang satunya. Kulepaskan sepatuku dan kaos kakiku yang basah. Kemudian segera aku taruh di mesin cuci. Kulepaskan jaket milik Ray. Ayah tampak sedang berada di dapur memasak sesuatu.

 "Ayah, aku datang bersama seorang teman yang ingin memakai jasamu," kataku sambil menghampirinya.

 "Apa? Temanmu butuh jasa Ayah?" tanyanya heran.

 "Iya Ayah, Katanya dia ingin mencari tahu tentang siapa kedua orang tuanya," jawabku.

 "Oh, dia terus dia di mana sekarang?" tanya Ayah sambil melihat ke arah belakangku.

 "Ahh Ayah, dia aku suruh menunggu di kantor Ayah," jawabku. Sambil akan berlalu dari hadapan Ayah untuk menuju ke kamarku.

 "Sebentar, Kamu kenapa kok berantakan seperti itu?" tanya Ayah sambil meraih tanganku dan membuatku kembali berhadapan dengannya.

 "Aku ngak apa-apa Ayah, ini hanya dikerjai teman-teman disekolah tadi, karena hari ini ulang tahunku," jawabku sambil tersenyum.

 "Ohhh...Ya sudah, mandi dulu sana!" kata ayah sambil membalas senyumku, tatapan matanya terlihat ingin mengisengiku, namun aku cepat berlari naik ke kamarku.

 Aku segera mandi, lebih cepat dari biasanya. Yang penting rasa lengket ditubuh ini hilang. Ugghh..., sepanjang di kamar mandi aku terus berpikir kira-kira apa ya yang sedang dibicarakan ayah dan Ray di sana. Rasa penasaran terhadap Ray makin menjadi setelah aku mendengar sekilas omongan Ray di kereta tadi, dia termasuk anak yang misterius. Apalagi tepat di hari ulang tahunku, dia menghampiriku, bukannya kasih selamat malah memintaku untuk mengantarkannya bertemu Ayah. Yang bikin tambah penasaran Ray ingin tahu tentang orang tuanya.

 Setelah mandi, aku segera memakai baju rumah, tampilan casual yang biasa aku pakai. Sejurus kemudian aku pun setengah berlari dan masuk ke kantor ayahku.

 Begitu aku masuk ke ruangan ayahku, Ray terlihat sudah mau pergi.

 "Lho, kok udahan?" tanyaku heran sambil menaatap Ayah dan Ray bergantian.

 "Iya aku sudah selesai membicarakan semua dengan ayahmu. Semoga bisa membantuku," jawab Ray.

 "Baiklah Ray, nanti saya kabari kamu lagi ya," kata ayah sambil menepuk pelan bahu Ray.

 "Makasih Tuan Johan," Jawab Ray, lalu dia berjalan ke pintu dan membukanya.

 "Makasih juga buat kamu, Maria," kata Ray sambil menatapku sekilas.

 "Eh Ray, jaketmu.  Aku ambil sebentar ya!" kataku sedikit tergugu.

 "Hmmm..., bawa besok saja nggak apa-apa," kata Ray, lalu berjalan keluar.

 "Oh, ya udah," kataku pelan karena Ray sudah tak ada di hadapanku.

 Ayah bersandar di kursi kerjanya. Kulihat tatapan matanya sudah menerawang jauh dan jari-jemarinya sudah disatukan. Kalau sudah begini ia sedang sibuk berfikir. Apakah permintaan Ray serumit itu?

 "Tadi Ray bicara apa dengan ayah?" tanyaku, lalu duduk di kursi yang tadi di duduki Ray.

 "Hmm..., Temanmu itu meminta ayah untuk menyelidiki keberadaan kedua orang tuanya," jawab ayah, suaranya terdengar gamang seakan otaknya sedang berputar mencari jawaban.

 "Jelasin dong yah," kataku penasaran.

 "Kamu sudah tahu kan, kalau Ray itu tinggal di panti asuhan. Menurut cerita dia, Ketika kecil ia dibuang oleh orang tuanya. Kemudian ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan KASIH IBU. Menurut cerita dari kepala panti, kemungkinan orang tua Ray bukan berasal dari kota ini. Karena ketika peristiwa itu, tidak ada satupun orang di kota ini yang hamil dan melahirkan. Hampir seluruh DNA wanita di kota ini diperiksa tapi tak ada kecocokan semua. Artinya orang tua Ray tidak ada di kota ini. Ayah tahu siapa Ray karena ketika dia dibuang ayah ada di sana mendapatkan laporan tentang bayi yang dibuang.

 "Ray juga bercerita bahwa setiap bulan, dia mendapatkan kiriman uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Bahkan pemilik panti asuhan tempat ia diasuh pun juga mendapat kiriman uang tersebut yang jumlahnya cukup untuk biaya hidup semua anak-anak penghuni panti."

 "Dari mana uang sebanyak itu?" Tanyaku sambil menatap wajah ayah, dia tersenyum lalu meneruskan ceritanya.

 "Awalnya pihak panti asuhan diam saja. Menganggap mungkin ada dermawan yang memang berbuat baik kepada Ray. Tapi kalau setiap bulan uangnya makin bertambah dan terus menerus secara kontinu, maka sudah pasti ini adalah keanehan. Memang, uang itu bisa menghidupi Ray sampai sekarang. Dan agaknya Ray menjadi penasaran apakah uang-uang itu dikirim oleh keluargnya ataukah tidak," jelas ayah.

 "Wah, ternyata begitu ya kehidupannya Ray. Jadi kemungkinan besar orang tua Ray sangat kaya ya?" tanyaku.

 "Bisa jadi, uang yang dikirim tiap bulan juga jumlahnya sangat besar. Setiap bulan Ray mendapatkan uang 20 juta, luar biasa bukan? Dan dia tak pernah menggunakan uang itu sampai sekarang. Totalnya sekarang ada 4 milyar lebih."

 "Waaahhh...itu uang Y ah?"

 "Bukan, itu daun. Ya jelas uanglah!"

 Aku nyengir. Wah, diam-diam ternyata si Ray kaya juga ya. Setelah itu aku makin tertarik untuk mengetahui jati diri Ray.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ivan Haws
jadi inget tetangga.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Lentera Kegelapan   Chapter 114  –  Kemenangan

    POV RAYAku berlari menghampiri Azazel yang masih berlutut di depan kursi kebesarannya. Tanpa banyak berkata lagi aku menerjang dengan pukuran dan tendangan yang yang bertubi-tubi. Dia sekarang tak lebih dari seorang manusia pengguna elemen, kekuatan yang ada pada tubuh Thomas hanya kekuatan milik Thomas saja.DUESH!Azazel beberapakalu terpelanting, walau begitu dia masih bisa bertahan dengan kekuatan elemen milik Thomas. Azazel pun berusaha untuk balik menyerangku dengan mengeluarkan elemen tanah dan membentuk sebuah palu besar, lalu diayunkan palu itu ke arahku sambil melompat. Aku bersiap menunggunya dengan membentuk palu yang lebih besar dari milik Azazel. Begitu serangan palu Azazel mendekat, dengan kekuatan palu yang aku buat, aku hancurkan dengan sekali hantaman paluku.Azazel bergerak secepat kilat dengan elemen petir, melontarkan panah-panah petir yang dengan mudah aku tangkis. Dia pun berusaha untuk lari, tapi aku tak akan melepas

  • Lentera Kegelapan   Chapter 113 –  Gerhana Palsu!

    POV RAY Ruangan sekarang menjadi terang lagi. Dengan susah payah aku berdiri sambil memegangi dadaku yang terluka. Mataku mulai berkunang-kunang. Darah sudah banyak yang keluar sepertinya. Tapi aku masih harus berdiri. "Creator?" kata Thomas. Tidak. Ia bukan Thomas. Dia Azrael yang telah mengambil alih tubuh Thomas. "Azrael?! Kenapa kamu tidak menjadi tubuhmu saja yang besar itu?" tanyaku. "Justru wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna menurutku. Aku cukup menjadikan tubuhnya sebagai vesel untuk kebangkitanku. Segar sekali rasanya setelah lama terkurung di kegelapan oleh lima creator terkutuk itu selama ribuan tahun. Dan aku tak perlu membunuh mereka karena mereka sudah mati. Hahahahahah," kata Azrael. "Ugh!" rasa sakit didadaku. Ah...darah. Darah itu elemen air bukan? Aku terpaksa melakukannya. Obati lukaku siapa namamu? Dia tidak bernama. Tolonglah. Ahh...aku tertolong. Lukaku mulai tertutup.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 112–  Puri, Bertahanlah!

    POV ANDRE Pertarunganku dan Puri melawan laki-laki bernama Hund semakin seru, kami berusaha keras mengalahkan dia, walau beberapa kali kami harus berusaha menghindari semua serangan Hund yang tentu saja pengalaman bertarungnya jauh diatas kami berdua. Sering kali aku kewalahan dan hampir terkena sabetan-sabetan pedang besinya yang super tajam. Tapi beruntung aku terlindungi dengan kayu-kayu yang muncul dari penggabungan jolt yang aku pakai. Namun pertarungan kami mendadak terhenti, perlahan tapi pasti suasana menjadi gelap. Aku dan Puri saling pandang. Begitupun Alex dan teman-teman lainnya. Ada rasa panik yang aku rasakan dan mungkin juga Alex dan yang lainnya juga merasakan. "Puri, apa ini sudah saatnya terjadi gerhana?" Tanyaku sambil mendekati Puri. Puri yang terlihat kelelahan hanya menatapku sendu, lalu mengangguk pelan. "Puri, kita masih belum kalah, kita harus terus bertarung" bisikku sambil

  • Lentera Kegelapan   Chapter 111 –  Kebangkitan Sang Iblis 2

    POV BALANCER Aku kembali berhadapan dengan Robert. lelaki yang telah membunuh adikku satu-satunya. Aku tak dapat melupakan kejadian itu walau sesaatpun, jasad William yang dilemparkannya ke bawah jembatan. William yang berusaha melindungiku dan anakku dari orang-orang biadab ini. Dia tak dapat mengimbangi serangan-serangan yang diterimanya dari para agen SDI yang mengeroyoknya. Sedangkan aku, Ketika itu baru saja melahirkan. Dalam kondisi yang masih lemah Thomas yang sudah mengetahui keberadaanku, memerintahkan untuk membunuh ku juga William. "Balancer, akhirnya kita selesaikan pertarungan kita yang tertunda," kata Robert. Aku yang malas meladeni ucapannya, lalu memanggil kekuatan elemenku, besi. Seperti biasa, aku dengan kuku-kuku besiku sudah siap mencabik-cabik Robert. Aku langsung menerjangnya, melancarkan serangan-serangan untuk bisa cepat mencabik dan membunuhnya. Robert dengan memakai kekuatan joltnya, dia pun m

  • Lentera Kegelapan   Chapter 110 –  Kebangkitan Sang Iblis

    POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup

  • Lentera Kegelapan   Chapter 109 –  Pertempuran Akhir 3

    POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu

  • Lentera Kegelapan   Chapter 108 –  Pertempuran Akhir 2

    Pov RayAku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 107 – Pertempuran Akhir Part 1

    POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter

  • Lentera Kegelapan   Chapter 106 – Paman?

    POV MariaLelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status