POV MARIA
Ayah mendapatkan info penting yang ingin disampaikan ke Ray, sore ini di saat hujan deras mengguyur, Ray datang ke rumah. Sejak ayah memberitahukan akan kedatangan Ray, aku menunggunya di ruang tamu. Senangnya hatiku saat menyambut kedatangan Ray, tapi aku tak bisa mengabaikan pertemuannya dengan ayah, jadi aku mengantarnya dulu bertemu ayah.
Kebahagiaan terpancar dari wajah Ray, ketika ayah memberitahukan kalau orang tuanya masih hidup dan ingin bertemu dengannya. Aku pun turut merasakan kebahagian Ray. Ada satu kejutan yang sempat membuat aku dan ayah merasa kaget dan takut, saat Ray menunjukkan kekuatan yang selama ini di embunyikan dan menjadi alasan baginya untuk tidak bisa dekat dengan teman-temannya, termasuk juga aku.
Aku kesal pada ayah yang menyuruhku untuk diam tak mengganggu pembicarannya dengan Ray, tapi kemudian aku merasa sangat-sangat sayang sama ayah tercinta. Saat Ray akan pulang tapi diluar
POV RAY Maria tertidur sambil menyandarkan kepalanya di bahuku, dengkuran halus terdengar, membuatku tersenyum. Kubelai rambut hitam kemerahan milik Maria, tercium lembut wangi sampo lemon bercampur mint yang menyegarkan ditambah wangi parfum yang dia kenakan, yang menjadi ciri khas sejak aku mengenalnya dan aku selalu mengingatnya. Aku mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Maria di tanganku, namun dia mengenggamnya dengan kuat seakan tak mau melepaskannya walau saat dia tertidur seperti ini. Ketika detektif Johan melihat ke arah kami dari pintu kamar yang terbuka, dia melihat Maria yang tertidur di bahuku. Detektif Johan hanya tersenyum lalu mengisyaratkan agar aku menghampirinya. aku hanya mengangguk dan meminta waktu sebentar. “Boleh saya memindahkannya dulu?" tanyaku dengan suara pelan. Detektif Johan mengangguk setuju. Perlahan aku melepaskan genggaman tangan Maria di tanganku, lalu dengan hati-hati meme
POV RAYDalam perjalanan pulang ke panti, Alex menghubungiku dan memintaku untuk datang ke sebuah gedung yang tak terpakai yang berada di pinggiran kota dan jauh dari keramaian. Dengan menggunakan taksi aku pun berangkat menemui Alex. Tiba di alamat yang di berikan Alex, aku sempat kebingungan. Di depanku hanya ada bangunan dua puluh lantai yang setengah jadi, mungkin ini salah satu proyek mangkrak yang ditinggalkan pengembangnya.Sambil menghubungi lagi Alex , pandanganku berputar melihat ke sekeliling. Tempat yang mungkin sudah bertahun-tahun terbengkalai hingga tiang-tiang besinya terlihat sudah berkarat. Minimnya cahaya yang ada membuatku lebih waspada akan sekelilingku. Hingga Alex memintaku untuk langsung masuk ke area bangunan. Baru beberapa langkah memasuki gedung, Alex sudah menyambutku.“Hai Ray, Selamat datang!" sambutnya sambil memeluk dan menepuk punggungku. Aku hanya tersenyum lalu kami saling melepa
POV MARIALiburan natal dan tahun baru telah tiba, hari ini terakhir kami datang ke sekolah sebelum liburan nanti. Kesibukkan menyambut natal terlihat di mana-mana, tak terkecuali di sekolahku. Seluruh siswa dan siswi saling berlomba memasang hiasan natal di kelas masing-masing. Namun ada yang hilang dari pandanganku hari ini, aku sama sekali tak melihat keberadaan Ray. Sejak tadi pagi aku sudah mencoba mencarinya, tapi tak kunjung aku temukan.Seharian ini aku merasa gelisah oleh ketiadaan Ray, hal itu tentu saja membuat Andre menjadi keheranan.“Sayang..., kamu kenapa sih?” tanya Andre sambil duduk di sampingku saat kami berada di depan kelas.“Hmm..., aku gak apa-apa Dre,” jawabku sambil melirik pada Andre."Oh ya Dre, kamu tahu gak Ray ke mana?" lanjutku“Yaelah sayang, kamu kok kayak gak tahu dia saja. Ray itu terkenal dengan mist
POV MARIA Aku terbangun lalu membuka mataku, “hai ..., di mana aku?” Seingatku tadi aku sedang di ruang kerja ayahku. Aku bingung keberadaanku yang tiba-tiba berada di sekolah. Mataku mulai menjelajah, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sesosok cowok yang berlari masuk ke dalam ruangan gym. "Ray!" Teriakku Aku memanggilnya. Namun suaraku seperti tak di dengarnya, Ray terlihat begitu terburu-buru menghampiri sesosok tubuh yang tergeletak di lantai tempat gym. Ray memeriksa tubuh cewek itu lalu dengan hati-hati membopongnya. Aku mengerutkan keningku, sambil mendekati Ray. Betapa terkejutnya aku saat aku melihat siapa yang dia bopong, ahhh itu tubuhku!! "Kenapa aku?" Tanyaku sambil mengikuti kemana Ray membawa tubuhku yang terlihat tak berdaya. Ray membawaku ke ruang UKS, lalu membaringkan tubuhku di atas ranjang matras, menyelimutiku dengan hati-hati. Tak lama seorang tenaga kesehatan datang m
POV DETEKTIF JOHANAku langsung meraih tubuh putriku yang tiba- tiba ambruk dihadapanku. Hatiku bergetar takut sesuatu yang buruk menimpa putri kesayanganku Maria.“Mar, Maria?! Bunda...., Bunda cepat ke sini!” teriakku dengan panik sambil memeluk Maria."Ayah..., apa yang terjadi dengan Maria?!” tanya istriku yang sepertinya dia berlari untuk sampai di ruang kerjaku.“Ray…panggilkan Ray ayah! Panggilkan Ray!” gumam Maria di sela kesadarannya."Ayah ada apa ini, kenapa dengan Maria?" Tanya istriku, air matanya mulai mengembang di matanya.Aku langsung membawa Maria ke ruang keluarga dan membaringkannya di sofa."Bunda cepat panggil dokter!" Pintaku pada istriku."Panggil ambulan saja," ulangku saat melihat nafas Maria yang semakin tersendat. Aku langsung meraih kotak obat dan memasang inhaler pada pernafasan Maria.
POV Maria Aku masih terbaring di kasurku, tubuhku seakan menjadi rentan karena keadaan hatiku yang terlalu merindukan kehadiran Ray. Aku tahu ayah sudah berusaha mencari info keberadaan Ray, tapi setiap aku melihat ayah pulang dengan wajah yang kusut, aku langsung dapat menebak kalau ayah belum mendapatkan kabar baik yang aku harapkan. “Permisi om, Marianya ada?” samar-samar aku mendengar suara yang sudah hapal di telingaku. “Ya, ohh kamu masuk saja, Maria ada di kamar,” jawab suara Ayah. aku dapat menduga siapa yang datang. "Baik Om, terima kasih," jawab suara cowok dan aku yakin itu Andre. Terdengar suara langkah sepatu yang menaiki tangga dan mendekati kamarku. Pintu kamar di ketuk. Tok... Tok... Tok "Masuklah..," kataku pelan. “Hai Maria sayang...!" suaranya yang sangat aku kenal lalu di susul wajah tampan Andre muncul dari balik pintu kamarku. Senyuman manisnya terukir di bibirnya, aku
POV Detektif Johan Bagiku keluarga kecilku adalah segalanya, Maria yang mengalami kondisi drop tentu saja sangat mempengaruhi kondisi mental aku dan istriku, begitupun Justin. Dia lebih suka diam di rumah sejak Maria dilarikan ke rumah sakit. Saat kondisi Maria sudah membaik, kami memilih merawatnya di rumah kami. Kedatangan Andre sore itu membuatku berharap dia mampu memberi penghiburan buat Maria. Makanya aku meminta Andre untuk menemui Maria ke kamarnya. Dan memberi kesempatan untuk mereka berdua. Namun aku terkejut saat Andre memanggiku dengan histeris, kudapati anakku kembali kesulitan bernapas. Aku segera mengambil obat hirupnya. Kukocok alat itu, lalu kupasangkan di mulut Maria dan ia menghirupnya. Maria lalu mengambil nafas dan mulai lega lagi. Ketika tatapanku tertuju pada Andre, aku lihat matanya berkaca-kaca. Tatapannya begitu sendu dan seperti sedang terluka. "Maafkan saya Om, saya tak b
POV ALEX Sejujurnya aku tak tahu siapa sebenarnya diriku, bahkan siapa orang tuaku. Hanya orang-orang di sekitar memanggiku dengan nama Alex. Dari kecil aku hidup di jalanan, menurut orang yang menemukanku, mengasuhku dan bahkan saat umurku enam tahun dia menjualku. Saat aku bayi, dia menemukanku tergeletak begitu saja di emperan sebuah toko kelontong di pinggir jalan. Aku tak menyangkal akan kebaikannya yang sudah merawatku dari bayi, namun kadang aku merasa kesal dan marah bila ingat dia yang sudah memperjual belikanku seperti barang dagangan. Orang yang membeliku ternyata seorang bos sirkus, aku yang masih kecil dan tak tahu apa-apa saat itu. Mulai dipekerjakan untuk melakukan atraksi sirkus dan sering diperlakukan semena-mena. Di sirkus itu, aku sudah bisa mengendalikan elemen angin yaa walau saat itu aku hanya bisa berjalan di atas seutas tali yang dibentangkan, dengan melakukan keseimbangan dari elemen angin yang aku kuasai. Saat itu bahkan