Teruntuk Kakak yang selalu setia dan nagih update :)
__________
Lega rasanya semua pekerjaanku selesai. Terkadang sekalipun aku terbiasa berkutat dengan pekerjaan, aku juga memiliki batas lelah, menjadi wanita manidiri itu memang tidak mudah. “Waktunya pulang dan istirahat, ah aku harus mampir dulu ke minimarket, pewangi mulut sasaran ku hari ini” aku membereskan semua barang-barangku. Baru saja kakiku hendak melangkah pergi dari kantor Noah menghampiriku “Ona? Kamu masih dikantor?” tanya Noah tiba-tiba. Aku mengeluh sesaat, tapi dengan cepat aku mengatur raut wajahku dan memutar badanku menghadap Noah, memakai topeng manis ala Ona. “Eeh iya pak, soalnya ada beberapa data yang belum saya pahami. Saya kira bapak sudah pulang loh” ucapku sok akrab.
Noah melihat jam ditangannya “Sudah pukul delapan malam. Kamu sudah makan malam?” tanya Noah. Aku langsung menjawab pertanyaan Noah begitu saja t
Aku berdebar tidak menentu, udara sejuk seperti enggan untuk berkeliaran di sekitarku “Ini nggak manusiawi. Kalau mereka berdua sudah sama-sama nggak tahan nih, pulang dulu kek. Atau ke hotel kek, kenapa mesti mencemari mataku di kantor sih. Ini aku kok aku jadi bayangin yang enggak-enggak. Otak tolonglah, keseringan nonton yang enggak-enggak nih, bangsat emang” protesku tidak bisa konsentrasi. Aku larut dalam gejolak ku sendiri, liar sekali pikiranku. Dari tadi bayangan bagaimana wajah Rosie yang mendesah menikmati sentuhan Noah sudah berlalu lalang di pikiranku, maksudku apa senikmat itu yang diberikan oleh Noah sampai Rosie menggelinjang seperti itu. Matanya terpejam dan Ia menggigit bibir bawahnya, pasti Rosie tidak tahan menerima rangsangan yang Noah berikan. Aku saja sampai sekarang bertindak jauh hanya sebatas ciuman, meskipun sesekali gairahku meledak
Entah sejak kapan waktu berlalu sangat cepat. Tak terhitung jari rasanya berapa kali Noah mengingatkanku tentang perjalanan menuju Korea. Hingga sore ini Noah masih saja cerewet mengenai hal itu “Ona saya tidak mau kamu terlambat yah besok. Bawa baju lebih untuk jaga-jaga, saya jemput saja kamu kerumah dengan supir saya nanti” ucap Noah. Pundakku sudah terasa berat menerima beban kata-kata seperti itu setiap hari.“Iya pak, saya sudah menyiapkan keperluan saya. Bapak tidak perlu khawatir” ucapku. Noah berdecak angkuh “Saya tidak khawatir sama kamu. Tapi sama diri saya sendiri. Saya nggak mau ngurusin urusan kamu kayak waktu itu, pas kamu pakai celana pendek ke tempat pak Liam. Denger, yang utama itu jangan ngerepotin saya” Noah memberi tekanan pada setiap ucapannya.“Iya pak. Saya pulang dulu” langkahku gontai men
Pagiku disambut dengan spam chat dari Andri, aku senyum-senyum sendiri membaca chat itu seperti ‘Ona, kamu disana nggak kedinginan kan? ntar pulang-pulang malah jadi es batu’, ‘Ona kalau mau makan liat dulu cocok diperut apa enggak, Aku emang dokter, tapi nggak punya sayap buat terbang cepat kesana ngobatin kamu, jadi jaga kesehatan ya nona muda, sayangi umur’ dan juga ‘Ona, kapan pulang sih, Singapur kayaknya sepi nggak ada kamu’.“Hahahah, ya ampun lucu banget sih chat nya” aku sampai betah berlama-lama diatas tempat tidur membaca chat dari Andri, sampai aku mendengar pintu kamarku digedor dengan keras “LEONA, kamu udah bangun kan?. Saya denger kamu ketawa ya, kenapa malah nggak denger saya panggil” ucap Noah kesal.Aku sesaat diam, sebelum akhirnya meloncat panic dari atas kasur dan langsung membuka pintu kamarku “Ya pak” ucapku masih mengenakkan piyama berwarna pink.
Dari dalam,jantungku rasanya sedang berlomba dan berdetak kencang tidak karuan. Iris mata Noah indah tapi itu terlalu tajam bagiku “Pak…Pak apa yang mau bapak lakukan?” tanyaku dengan nada suaraku yang bergetar. Tanpa sadar aku sudah menyilangkan tanganku dibagian dadaku untuk menutupi payudaraku. Noah berdecak lalu berdiri berkacak pinggang “Kamu pikir saya tergoda sama kamu?, lalu saya terbuai dengan tubuh indahmu dan melakukan hal yang panas bergairah?” tanya Noah. Menerima kata sindiran seperti itu aku langsung berdiri, merapikan mantelku “Bukan seperti itu. Bapak kenapa tarik tangan saya terus bikin saya kayak gitu” aku menunjuk kasur tempat aku berbaring tadi. “Biar kamu sadar kalau saya bisa marah, saya suruh kamu menghabiskan waktu biar nggak bosan. Bukannya melalang buana seenaknya. Kamu nggak boleh makan malam hari ini” ucap Noah. aku membelalakkan
Aroma wangi, seperti bunga. Aku sering sekali rasanya mencium aroma seperti ini, perlahan aku membuka mataku, aku menguap sambil merenggangkan tubuhku. Tidurku nyenyak sekali, rasa kantuk ku terbayar lunas. “Kok aku kenal aroma ini ya?, kayak aroma Noah deh” gumamku. Aku masih setengah sadar dan menikmati renggangan tubuhku. Sampai mendadak Noah keluar dari arah kamar mandi dan seperti yang waktu itu kulihat, ia hanya mengenakan handuk, “Arghhh Bapak?” teriakku kaget langsung mengganti posisiku duduk.Noah mendadak berhenti dengan pose ia sedang menyisir rambutnya yang basah dengan jemari tangannya, mata kami saling beradu tatap untuk sesaat “Apa?” tanya Noah padaku. Aku melengkungkan alisku “Bapak ngapain dikamar saya?. Bapak mandi di kamar saya?, memangnya air dikamar mandi bapak nggak ada?” tanyaku.“Loh?
Tidak ada waktu untuk istirahat, aku kembali ke rutinitas kantor yang melelahkan. Andaikan saja aku diberi waktu istirahat setelah pulang dari Korea, tapi dengan tegas aku mendapatkan pesan dari Noah ‘Ona, kamu tidak punya alasan untuk bermalas-malasan yah, datang tepat waktu ke kantor’ isi pesan itu. “Arghhh aku ingin memiliki satu hari yang akan ku habiskan dengan tidur panjang” keluhku menyandarkan kepalaku ke kursi. Karin yang sedang memperbaiki lipstiknya disampingku berdehem “Emang kamu udah siap mati?. Pengen banget tidur panjang” ucapnya. Aku membelalakkan mataku sambil memukul pundak Karin pelan “Hus, ngomongnya kok gitu sih” ucapku kesal. “Awww, kok nyalahin aku. Kan kamu yang bilang mau tidur panjang, kalau nggak koma ya mati dong” ucap Karin membela diri. Aku me
Aku selalu mengulangi sampai dua kali, untuk memeriksa isi tasku sebelum aku pulang dari kantor. Itu karena aku sering kelupaan dan terkadang sesuatu yang penting malah tertinggal. “Leona?” sapa Noah padaku. Aku memutar badanku melihat Noah. Kantor sudah sepi, sepertinya hanya aku dan Noah yang masih tertinggal “Iya Pak?” jawabku.“Kamu mau makan malam dimana?” tanya Noah, sejenak aku melihat jam di tanganku, sudah cukup sore “Dirumah pak, seperti biasa. Saya pikir bapak sudah pulang” ucapku. Aku merasa agak berbeda, raut wajah Noah tidak seperti biasanya. Ia tersenyum tipis dan membuatku semakin yakin kalau hari itu Noah memang berbeda “Kamu ada acara ?” tanya nya lagi.Aku melengkungkan alisku “Tidak pak, saya langsung pulang” ucapku. Ingin rasanya aku bertanya pada Noah, apa dia dalam ma
Aku antusias sekali ketika Andri dengan senang hati menerima tawaranku untuk bertemu di café, belum lagi hariku cukup indah karena tidak ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di hari libur dan anehnya Noah tidak mengganggu ku seperti biasa. “Jadi, katanya mau ada hal penting yang mau kamu omongin. Aku jadi penasaran?” ucap Andri memulai percakapan ketika pelayan café sudah meletakkan pesanan kami.“Hmm sebenarnya malu mau ngomong sih, tapi aku mau nanya serius” ucapku agak ragu. Andri menyipitkan matanya “Wah, aku sampai berdebar. Kamu mau nyatain cinta ya?” Andri menggodaku. Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat “Bukan, bukan gitu. Andri kamu mah…” aku mengeluh. Sudah menjadi kebiasaan untuk Andri disaat gemas malah mengusap pucuk kepalaku “Ya terus mau ngomong apa?. Bilang aja aku dengerin kok” Andri meyakinkanku.