“Kau pasti sangat kelelahan ya? Tinggallah di sini dulu…” manja Ny. Yara sambil mengelus dada sixpack Axel.
Elusan itu langsung ditepis kasar oleh Axel. Tubuhnya yang sudah sangat lelah akibat Ny. Yara yang meminta ronde tambahan sebanyak 5 kali, membuatnya kesal. Padahal perjanjian untuk check bernominal 100 juta tadi, hanya untuk satu permainan. Jika dia berlama-lama di sini, ronde ketujuh pasti akan terjadi juga. “Aku harus pulang, sayang. Ada sesuatu yang harus aku urus.”
Berulang kali Ny. Yara menarik baju yang akan Axel kenakan, tak mau melepas peliharaannya. “Aku akan menambah uangnya, sayang…”
“Besok lagi ya.” Sekali lagi memberikan penolaknnya dan mempercepat gerakan tangannya agar baju itu segera menutupi tubuh sexy-nya yang menggoda.
Kepala Ny. Yara yang sudah kliyengan karena efek alkohol, membuatnya tak bisa menguasai dirinya dan kehilangan kesadarannya. Dia memang memiliki kebiasaan meminum alkohol saat sedang berhubungan.
“Aku antar ya.” Setelah anggukan Cora, Finn langsung menggandeng Cora, ke mobilnya. Dia juga membukakan pintu untuk gadis malang itu, lalu turut masuk ke mobil. Goresan pada pipi itu, menuntutnya untuk mengambil plester, perban dan obat merah untuk Cora, sebelum melajukan mobilnya. “Kau bisa sendiri?” Cora mengangguk, mengambil tiga benda itu. Karena kesedihannya tadi, dia sampai melupakan luka di pipinya juga rasa perih yang seharusnya ia rasakan. Dan karena telah sadar, rasa perih yang terlupakan itu mulai terasa. Sambil meringis menahannya, perlahan ia mengoleskan obat merah ke pipinya untuk membuat lukanya kering. Step selanjutnya, dia memotong perban sepanjang goresan dari pisau tadi, yang panjangnya dari bawah mata hingga mendekati mulutnya. Memang goresannya tidak terlalu dalam, tetapi tetap ada reaksi sakit yang dihasilkan. Step terakhir, dia memasang plester untuk merekatkan perban itu. Finn sengaja mendiamkan Cora. Sengaja memberikan waktu untuk menen
Setelah berpamitan dengan Finn, Cora langsung berlari cepat masuk ke rumahnya. Ketika membuka pintu, kekhawatiran yang membuatnya sangat terburu-buru itu, memang benar karena Axel yang sudah menggendong ayahnya.“Kau datang rupanya. Kupikir Ayah akan menggantikanmu malam ini,” santai Axel dengan seringaian iblisnya. Dia mengembalikan ayahnya ke kursi rodanya, sebelum menatap ke Cora lagi. “Waah… Potonganmu bagus juga,” kekehnya sambil memperlihatkan raut mengejeknya pada Tn. Owen.Sebelum Cora datang, terjadi pertikaian kecil di antara ayah dan anak yang membuat ketegangan di rumah itu. Axel adalah pihak yang paling geram karena mengetahui alasan Tn. Owen yang menjeburkan dirinya di perjudian itu, yaitu untuk membuat Axel mati perlahan karena pukulan dari algojo. Axel yang tak terima itu, langsung membongkar korban judi yang ia pakai, yaitu Cora. Dan kata-kata pamungkas malam ini yang terlontar dari mulut Axel adalah, ‘K
Suasana malam selalu identik dengan tidur. Malam hari, tepatnya pukul 10 malam sampai 2 pagi, kita bisa mendapatkan hasil tidur yang maksimal. Juga, bisa memproduksi hormon pertumbuhan dan perbaikan dalam tubuh dengan sempurna. Tetapi waktu tidur terbaik itu tak bisa Finn nikmati. Belum sembuh memar-memar di tubuhnya, kini dia harus menjalani magang di rumah sakit dan dipaksa begadang oleh shift malamnya. Kemarin setelah Finn dipukuli sampai babak belur, dia tidak pulang. Kondisi wajahnya tentu akan menghebohkan keluarganya. Hotel menjadi pilihannya untuk mengungsi. Karena tak melindungi wajahnya, bonyok-bonyok parah yang kini masih membekas di mata, mulut, juga pipinya. Untung dia adalah asisten dokter di ruang operasi, dengan masker yang menutupi wajah hancurnya yang mungkin bisa menakuti para pasiennya.Setelah operasi yang dikerjakan sukses, Finn kini bisa beristirahat dan bisa memanfaatkan waktu untuk mengobati lukanya. Dia juga sudah mengganti bajunya dan
Cora tengah bersiap-siap di kamarnya untuk pergi memenuhi undangan Shea. Setelah menembak seharian bersama Shea, yang berakhir kemenangan di pihak Shea, membuat ini sebagai hukuman. Hukuman untuk makan malam bersamanya. Shea juga bilang ada yang ingin dibicarakan bersamanya. Tentu saja kesempatan ini tidak akan disia-siakannya. Dengan begini, dia bisa sekalian mengajak Axel seolah ini adalah usahanya untuk mendekatkan Axel dengan Shea. Penampilannya sudah siap, kini dia menghampiri Axel di ruang TV. “Axel,” panggil Cora.“Hmm?” dehem Axel, dengan pandangan tak teralihkan dari TV.“Shea mengajakku makan malam. Kau mau ikut?” ajak Cora.Dengan senyuman lebar, Axel menyambut ajakan itu. Ternyata bualan yang dia berikan, menghasilkan juga. Misinya untuk mendekati Shea setelah lama berpisah, dilancarkan oleh Cora. “Tentu saja. Sekarang? Di mana?”"Di rumahnya. Sebentar, dia sudah mengirimkan alamatnya." Cora memb
Malam ini Cora sedang berada di salon, mencoba berbagai jenis wig. Itu dilakukannya agar penyamarannya berjalan dengan lancar. Penyamaran untuk menutupi identitasnya di meja judi Zero O’Clock. Tawaran Tn. Owen cukup membuat Cora tergiur. Selain untuk mencoba peruntungannya, pilihannya kali ini juga bisa menjadi langkah awal pemberontakannya pada semua penderitaan yang dirasakannya selama ini.“Bagaimana kalau begini?” tanya karyawati salon, di model rambut ketiga yang terpasang dirambut Cora. Rambut lurus panjang sepinggang dengan warna hitam dan ombre abu-abu di bawahnya, terlihat cocok untuk Cora.“Ya, aku suka ini.” Cora tampak berbeda sekarang. Dia yang memang sudah memiliki wajah cantik, kini menjadi sangat-sangat cantik. “Oh iya tolong berikan riasan yang membuat wajah asliku berbeda.”“Sepertinya dengan rambutmu sekarang, ini cocok untukmu.” Karyawati itu menunjukkan foto Lisa Blackpink di MV Money, me
Sebuah belaian lembut berusaha membangunkan Cora. Belaian yang berasal dari tangan halus Ny. Beatrice. Namun bukannya bangun dengan tenang, Cora malah terperanjat kaget dari tidurnya. Di otaknya, dia masih mengingat kasarnya perlakuan Axel. Apalagi ditambah ancaman yang tadi malam Tn. Edgar berikan, sampai terbawa mimpi. Ancaman yang dia dapat karena berani masuk ke kehidupannya. Tn. Edgar dengan tegas menyuruh Cora jauh-jauh dari Finn terutama Ny. Beatrice. Belum jelas, apa alasan Semua ancaman itu diberikan pada Cora."Hey, tenanglah. Apa aku terlalu keras membangunkanmu?" tanya Ny. Beatrice khawatir."Tidak apa, aku hanya mimpi buruk tadi," kata Cora sambil terkekeh.Ny. Beatrice terus membelai lembut rambut Cora mencoba menenangkan gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Entah kenapa, tatapan mata Ny. Beatrice yang begitu tenang membuat Cora percaya untuk menceritakan masalah yang sedang ia tutupi."Suamimu tidak suka aku terlalu dekat dengan
Cora sangat ketakutan melihat degup jantung ayahnya yang terhenti itu. Sebisa mungkin dia berusaha melepas cekalan tangan Axel yang tak kunjung berhasil. “Axel apa kau gila?! Ayah!!!” Tak henti dia terus berusaha melepaskannya sampai dia menghentak-hentakan kakinya ke tanah mengharap Axel mau melepasnya.“Ini terakhir, Cora. Jangan dekat-dekat dengan keluarga Finn. Percuma saja, kau tidak akan mendapat pertolongan apapun.” Setelah membisikkan itu, Axel melepas tangan Cora.Tanpa pikir panjang, Cora langsung berlari keluar mencari bantuan dokter. Beruntung dia bisa langsung bertemu dengan salah satu suster dan dengan cepat dokter datang untuk memberikan pertolongan.Cora baru bisa bernapas lega ketika Tn. Owen kembali kondusif. Sedari tadi jantung Cora terasa hampir copot melihat layar pendeteksi detak jantung (elektrokardiogram) yang beberapa menit hanya memunculkan garis lurus panjang. Air matanya juga tak henti-h
Finn kini sedang memperhatikan Cora yang duduk sambil melamun di perpustakaan. Tekadnya untuk membantu Cora mulai goyah karena urusan pribadinya yang juga ikut terseret karenanya. Ia tak bisa memilih di antara Hazel atau Cora. Entah kenapa Finn ingin terus memperjuangkan Cora dan rela mengesampingkan hubungannya dengan kekasihnya. Tapi dia juga tidak bisa berhenti begitu saja karena sudah sejauh ini. Dia kemudian berjalan menghampiri Cora, berniat menjelaskan rencananya.Belum sampai Finn duduk di hadapan Cora, gadis itu malah langsung bangkit dari duduknya lalu pergi seperti menghindar darinya.“Cora!” panggil Finn mencoba menghentikan langkah Cora. Tapi gadis itu malah melangkah lebih cepat.Merasa Finn tetap mengejarnya, kini Cora berlari kencang agar tak tertangkap oleh Finn. Tak menyerah, Finn juga ikut berlari. Kaki Finn yang memang lebih panjang dari kaki Cora, membuatnya bisa meraih tangan Cora sekaligus menahannya agar tak kabur