Share

Lilya • 06

Author: Kaitani_H
last update Last Updated: 2021-04-16 19:36:04


PERNIKAHANNYA tidak meriah, tidak ada banyak tamu yang datang, tidak ada makanan apa pun yang terhidang, hanya ijab singkat, dan bubar. Lilya dibawa pergi oleh suaminya setelah ijab selesai dikumandangkan.

Lionel Ervan Gunawan, atau yang dikenal dengan nama Evan. Begitu yang Lilya ingat tentang nama suaminya.

Laki-laki mapan itu langsung membawanya ke sebuah rumah besar yang berisikan satpam, penjaga kebun, dan pengurus rumah. Lalu kemudian, Lilya dan Evan akan mulai tinggal di sana.

"Kuharap kamu bisa terbiasa dengan rumah baru, karena aku tidak mau tinggal bersama keluargamu."

Dada Lilya terasa tercubit mendengar penuturan itu. "Mengapa? Mereka orang tuaku, sekarang mereka juga menjadi orang tuamu."

Evan menghela napasnya kasar. "Jangan salah sangka, aku hanya ingin menjaga diriku sendiri dari bahaya ular yang ada di dalam sana."

Lilya memiringkan kepalanya. "Apa menurutmu, keluargaku seperti ular?"

Evan tersenyum sinis. "Gayamu yang polos begini membuatku ingin memukulmu sampai menangis setiap malam. Diam dan jangan banyak tanya."

Evan berlalu dari sana, meninggalkan Lilya yang mematung dan terbayang malam pertama mereka. Dia yang menangis dalam keadaan tubuh lebam akibat dipukuli.

Apakah begini tabiat asli suaminya? Dia suka memukuli wanita apalagi di ranjang?

Itu mengapa ... walaupun dia setampan itu, tapi dia tidak pernah menikah-menikah padahal usianya sudah tua.

Padahal, Lilya yakin, cukup dengan menampakkan wajah dan isi kantongnya, akan ada banyak wanita yang mengantre untuk diperistri.

Lalu, mengapa ia menunggu perjodohan tidak jelas semacam ini hanya untuk menikah?

Lilya mendengkus. Jawabannya jelas hanya satu.

Mana ada wanita yang mau dipukuli setiap malam oleh pria tampan yang berstatus menjadi suaminya?

Mungkin, kecuali dirinya yang hanya bisa pasrah saja, karena kalau dia melawan, bisa jadi Evan akan membatalkan bantuan yang akan ia berikan pada keluarganya.

***

Malam pun tiba. Lilya duduk dengan gelisah di pinggir ranjang, menunggu sang suami yang tak kunjung masuk kamar. Sejak pulang dan mengenalkannya pada semua pengurus rumah, Evan mengurung dirinya di sebuah ruangan, dia tidak keluar, bahkan untuk makan siang maupun makan malam.

Lama menunggu, Evan tetap tak kunjung datang. Lilya pun bangkit, masih mengenakan piama tidurnya yang berupa celana katun panjang dan kemeja panjang, Lilya menuju ruangan Evan berada.

Pintu diketuk, Lilya terdiam. Bagaimana cara ia memanggil suaminya? Abang, Akang, Kangmas, Kakak, atau Om Evan?

Panggilan terakhir sepertinya bisa membuat Lilya langsung dimasukkan ke rumah sakit selama seminggu.

Pintu di hadapannya tiba-tiba saja terbuka. Evan berdiri di hadapan sambil menatapnya datar.

"Ada apa?"

"Kamu ... sudah makan?" Lilya bertanya sembari mencoba mengulum senyum di bibirnya.

"Belum."

"Kalau begitu, kamu harus makan dulu. Ini sudah malam."

Evan membuang muka. "Jangan pedulikan aku," katanya sembari berbalik, hendak menutup pintu dan meninggalkan Lilya begitu saja, tapi anak SMA itu menarik tangan Evan dan membuat mereka kembali bertatapan.

"Jangan begitu, kalau kamu sakit, nanti kamu malah nggak bisa kerja lagi. Sekarang kamu makan dulu, ya, abis itu istirahat, kerjaannya dilanjut besok aja."

Evan mendekatkan wajahnya. "Apa kamu berkata begini, karena menantikan malam pertama kita, hm?"

Wajah Lilya memerah, kepalanya sontak menunduk dan hal itu membuat Evan tersenyum tipis.

"Dasar bocah mesum!"

"Aku nggak mesum!" bantah Lilya tidak terima.

"Lalu? Kenapa wajahmu merah begitu, malu? Membayangkan sesuatu tentang kita di atas ranjang?"

Lilya tidak bisa menjawab, wajahnya benar-benar memerah layaknya tomat. Gadis itu sontak mendongak dan menatap Evan kesal. Tambah satu lagi sifat Evan yang membuatnya tidak laku-laku di pasaran.

Menyebalkan!

"Nyebelin!" Lilya langsung menarik tangan Evan agar lekas turun menuju meja makan. "Pokoknya makan dulu, abis itu kamu mau kerja sampai mati juga nggak peduli aku!" teriaknya yang sudah kesal bukan main dengan suaminya.

Sedangkan Evan merasa harga dirinya hilang sudah karena ditarik-tarik oleh anak SMA yang tadi pagi dinikahi olehnya. Walaupun begitu ia hanya bisa menghela napas kasar dan pasrah saja.

Jujur saja, dia sedang malas berdebat setelah mengetahui apa saja kerugian yang akan dia dapatkan karena memutuskan untuk menolong keluarga Atmawijaya.

"Li?"

"Apa?"

"Kamu bukan anak kandung Mawar dan Kaisar, bukan?" serang Evan tepat ketika mereka sampai di ruang makan.

Lilya terdiam beberapa saat. "Memang kenapa kalau aku bukan anak kandung mereka?"

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dhesta Dhestria Rahadjha
kenap harus pakai koin trus si
goodnovel comment avatar
ryan gantara
terlalu singkat per bab nya hah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Epilog

    SATU bulan yang lalu, kakek Lilya meninggal dunia. Lilya mau tidak mau harus merelakan kepergian kakeknya, karena memang sudah tidak ada harapan lagi untuk kakeknya bisa kembali seperti sedia kala.Saat pemakamannya, Arini datang bersama seorang polisi yang mengawasi pergerakannya. Lilya akhirnya tahu, bahwa tantenya terlibat kasus pembunuhan Kenanga sebelum ini. Dia hanya bisa tersenyum dan memeluk Arini dengan erat. Saling menguatkan satu sama lain, walau tak ada kalimat apa pun yang terucap.Walau sempat terguncang hebat atas apa yang dialaminya selama setahun terakhir. Lilya akhirnya bisa lulus dari sekolah dengan nilai yang ... cukup memuaskan.Evan tidak banyak berkomentar saat melihat nilai Lilya yang terbilang sangat biasa saja. Dia hanya bersyukur istrinya bisa lulus saat itu tanpa harus mengulang lagi setahun atau mengejar paket, karena ketertinggalannya.Sesuai janji yang telah

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Lilya • 50

    EVAN hanya ingin mengabulkan semua keinginan istrinya. Setelah malam itu dia mengenalkan Lilya pada semua anggota keluarga Gunawan, kali ini dia membawa perempuan itu ke rumah ibunya.Benar ... ibu kandungnya. Orang yang telah melahirkan dan membuat karakternya menjadi demikian. Dia bahkan tidak bisa menyalahkan sifat-sifat buruk yang dia bawa di dalam dirinya, karena semua itu dia dapatkan dari ibunya.Ibunya memang bukan orang yang baik ... tapi Evan tetaplah satu-satunya anak yang ia miliki hingga saat ini.Evan menghela napas kasar. Dia melirik Lilya yang kali ini terlihat begitu tegang. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, sedang tatapannya tampak tidak fokus. Dia terlihat gelisah dan Evan mengerti hal itu, karena dia telah mengatakannya sebelum ini, kalau ibunya mungkin tidak sebaik mama tirinya.Evan mengulurkan tangan, menyentuh tangan Lilya lalu menggenggamnya erat. Pria itu ter

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Lilya • 49

    LILYA tidak tahu harus mengenakan pakaian yang mana untuk pergi ke pesta. Dia hanya punya satu gaun yang indah dan itu adalah gaun yang ia kenakan di hari pernikahannya.Evan hanya mengajaknya pergi sebentar ke pesta, seharusnya tidak masalah jika dia mengenakan gaun lama untuk pergi ke sana. Namun, masalah lainnya hadir, Lilya tidak bisa mendandani dirinya sendiri.Dulu, ada Mawar dan Kenanga yang mendandaninya saat menjadi ratu sehari. Namun, sekarang dia tinggal sendiri. Dia tidak bisa dandan hingga menjadi perempuan cantik jelita, dia tidak punya alat make-up juga, dan dia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi masalahnya.Evan memasuki kamar dan melihat istrinya masih mematung di depan almari. Dahinya mengerut, dia mendekati Lilya dan menemukan perempuan itu sedang memegangi gaun pernikahan mereka dulu.Evan jelas mengingat baik tentang gaun itu, karena dia sendiri yang mem

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Lilya • 48

    SIDANG berjalan lancar. Gavin berhasil dipenjara atas kasus pembunuhan yang dilakukannya. Arini juga menyerahkan diri ke kepolisian, karena diam saja saat peristiwa itu terjadi dan ikut andil merusak TKP yang ada.Hukumannya tidak seberat Gavin yang mendapat tuntutan beruntun. Namun, Arini bersyukur, karena setidaknya dia bisa menebus rasa bersalah serta dosa-dosa yang telah dilakukannya selama ini.Lilya hanya mendengar tentang sidang itu, dia tidak diizinkan untuk hadir. Walaupun namanya dibawa-bawa dalam kasus pembunuhan Kenanga, tapi dia sama sekali tak diizinkan untuk mendengarkan semua tuntutan yang dilayangkan pada Gavin.Evan yang melarang Lilya untuk hadir. Alasannya, untuk menjaga mental Lilya yang bisa saja hancur setelah semua kenyataan itu terkuak. Biarlah kejadian itu tetap menjadi rahasia mereka. Lilya jangan sampai mendengar dan mengetahuinya agar hidupnya yang sekarang tetap baik-baik saja.

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Lilya • 47

    HANYA orang bodoh yang akan menyangkal jika Lilya dan Ariani tidak memiliki hubungan apa-apa. Lilya terlihat sama persis dengan kakaknya sewaktu masih remaja.Gadis lugu, polos, dan naif. Gadis yang menderita sebelum dia bertemu dengan pangeran yang menolongnya untuk keluar dari penjara.Lilya masih berceloteh banyak hal dengan ayahnya, walau ayahnya sama sekali tak merespon apa-apa. Matanya masih terpejam, sama seperti sebelumnya. Ayahnya ... kalau dibilang sudah meninggal pun tidak bisa, karena ia masih bernapas. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang."Terima kasih," gumam Arini sewaktu ia keluar dari ruangan itu dan menghampiri Evan yang sedia menunggu di luar."Kenapa?"Evan menatapnya dingin. Terlihat jelas, bahwa pria itu tidak begitu suka dengannya. Padahal sebelum ini, Arini sempat mengira kalau Evan tertarik padanya. Namun, nyatanya dia benar-benar bodoh. Evan

  • Lilya : Gadis yang Digadaikan Keluarga (INDONESIA)   Lilya • 46

    SETELAH pemeriksaan terakhir selesai dan hasilnya baik-baik saja, Lilya diperbolehkan untuk pulang. Senyum di bibirnya tak kunjung hilang. Kakinya melangkah ringan ketika dia diminta untuk segera mengganti pakaian sebelum meninggalkan ruangan.Begitu keluar dari kamar mandi, Evan lantas menyodorkan bunga lili putih ke hadapannya. Lilya terdiam, dia menatap bunga itu dengan ekspresi tidak paham."Kiriman bunga dari Chris, dia tidak bisa datang menjenguk, karena sibuk," kata Evan sembari menyodorkan bunga itu ke tangan Lilya.Lilya menerima bunga itu, lalu mencium aromanya yang mengingatkannya akan wewangian di pemakaman. Lalu, dia menatap Evan. "Aku seperti sedan.g didoakan lekas meninggal olehnya."Evan tersenyum lebar. Dia juga tidak mengerti kenapa Chris membelikan bunga itu untuk Lilya. Namun, setelah melihat istrinya membawa bunga itu dalam dekapan kedua lengan kecilnya, dia pun mengerti a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status