Share

Rencana Leo

Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya.

"Aku akan keluar," seru Samuel.

"Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio.

"Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel.

"Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien.

"Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel.

"Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.

Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien.

"Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi pula, aku mencari wanita baik-baik untuk jadi ibu dari anak-anakku nanti. Untuk itulah, aku tidak mau sembarangan menjadikan seseorang wanitaku," jelas Samuel.

"Aku yakin, Sam. Diluar sana, ada wanita seperti yang kau inginkan," lanjut Andien.

"Aku juga berharap begitu, tapi setelah aku menemukannya. Aku akan pensiun dari semua ini dan hidup dengan tenang bersama keluarga kecilku." Samuel pun meninggalkan kedua sejoli itu di ruang baca.

"Sweety, aku rasa aku harus berlatih membiasakan diri, untuk mengatasi semuanya, tanpa Sam," ucap Fabio.

"Kenapa?" tanya Andien heran.

"Selama ini, Sam lah yang banyak membantuku," jawab Fabio.

"Baiklah, terserah padamu. Aku akan ke kamar dan tidur," ucap Andien.

Fabio menahan tangannya, kemudian mengangkat Andien dalam gendongannya.

"Kau akan tidur bersamaku lagi, Sweety." ucap Fabio yang kemudian membawa Andien menuju kamarnya.

***

Leonard, kembali menyusun rencana untuk membuat hubungan Andien dan Fabio hancur. Setelah berulang kali, ia mengalami kegagalan. Kali ini, ia tidak mau lagi ada kata gagal dalam rencananya.

"Kirim seseorang untuk membuat keributan di gudang besar milik mereka yang ada di kota Y," titah Leonard.

"Tapi, Tuan. Membuat keributan di markas besar Fabio, membutuhkan seseorang yang bernyali besar, dan itu pasti sulit di temukan," sahut sang asisten.

"Aku tidak mau tau, cari dan bayar dengan harga tinggi. Aku yakin, di jalanan sana. Banyak gelandangan yang akan melakukan apa saja demi uang," sahut Leonard.

"Baik Tuan," jawab sang asisten.

"Kita akan lihat, seberapa percayanya kamu pada pria brengsek itu. Aku yakin, setelah ini, kau akan berpaling padaku dan meninggalkan si brengsek Fabio," gumam Leonar.

Beberapa saat kemudian, asistennya kembali dan membawa seseorang yang akan menjadi umpan untuk Fabio. Asisten Leonard pun memberikan arahan pada orang itu, tentang apa saja yang harus dia lakukan.

"Kau mengerti?" tanyanya.

"Ya, Tuan. Saya mengerti," jawabnya.

"Satu hal lagi, jika sesuatu hal terjadi padamu, jangan pernah kau menyebut nama siapapun. Jika itu kau lakukan, maka seluruh keluargamu akan kami bunuh satu persatu." ancam sang asiten.

Pria itu tampak gemetar mendengar ancaman dari asisten Leonard. Ia pun segera kembali ke tempat asalnya untuk mempersiapkan segalanya.

"Kau yakin, dia akan melakukan yang terbaik?" tanya Leonard.

"Saya yakin, Tuan," jawabnya.

"Ingat! Jika terjadi kesalahan, maka kau sendirilah yang akan menanggung akibatnya." ancam Leonar, yang kemudian meninggalkan asistennya. Sang asisten hanya menarik nafas panjang.

Leonard, ke kampusnya dan seperti biasanya. Ia selalu menunggu kedatangan Andien, di deoan gerbang kampus. Sesaat kemudian, ia melihat mobil mewah yang memasuki area parkiran. Andien turun dan di susul oleh Fabio, di belakangnya.

"Aku akan langsung ke kantor," ucap Fabio mengusap kepala Andien dan mengecup puncak kepalanya.

Diam-diam, Leo mengepalkan tangannya. Entah mengapa, ia merasa marah dan kesal melihat kemesraan yang di pertontonkan kedua sejoli ini.

"Kamu, hati-hati ya," pesan Andien sembari tersenyum. Fabio hanya mengangguk dan membalas senyuman Andien. Ia segera kembali ke mobil, tanpa menghiraukan keberadaan Leo di hadapannya.

"Aku lihat kalian, bertambah mesra," ucap Leo.

"Tentu saja!" seru Andien tersenyum.

"Sepertinya, tidak ada harapan lagi untukku," desis Leo.

Andien tersenyum dan mengait lengan Leo.

"Akan ada gadis yang lebih baik dariku, diluaran sana." kata Andien, sembari menarik lengan Leo dan membawanya masuk ke dalam gedung kampus.

Mereka berbincang sepanjang perjalanan ke kelas mereka.

***

"Fab, ada masalah di gudang yang di kota Y," lapor Samuel.

"Apa yang terjadi?" tanya Fabio.

"Mereka menangkap satu penyusup," jawab Samuel.

"Apa mereka mendapatkan sesuatu darinya?"

"Laki-laki itu tidak mau bicara, aku akan langsung ke sana." jawab Samuel yanh bergegas meninggalkan kantor.

"Tunggu, Sam," tahan Fabio. Samuel menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Aku akan ikut denganmu," lanjut Fabio.

"Tapi, bagaimana dengan janjimu pada Andien?" tanya Samuel.

"Aku akan memberitahunya, saat dalam perjalanan nanti. Sekarang, lebih baik kita berangkat." Fabio dan Samuel kembali ke dalam mobil dan langsung meluncur ke kota Y.

Selama di perjalanan, Fabio berusaha untuk menghubungi Andien. Tapi, anehnya ponsel gadis itu tidak aktif. Padahal, Fabio ingat betul. Saat ia mengantar Andien tadi pagi, ponsel Andien terisi penuh.

Fabio mengumpat kesal, Samuel hanya tersenyum melihat kekesalan Fabio.

"Kemana gadis itu?" gumam Fabio.

"Mungkin, dia sedang di kelas, dan mengharuskannya untuk mematikan ponsenya," jawab Samuel ringan.

Fabio terdiam, mendengar jawaban dari Samuel. Mengapa ia tidak berpikir demikian. Akhirnya, Fabio memilih mengirim pesan pada Andien untuk minta maaf, karena membatalkan janji mereka.

Di lain tempat, Leo telah dengan sengaja menonaktifkan ponsel milik Andien. Saat ia, berpura-pura meminjam ponselnya. Ia tahu, sebentar lagi, Fabio pasti akan menghubungi Andien. Ternyata benar, Fabio mengirim pesan pada Andien dan meminta maaf, karena membatalkan janjinya.

Leo tersenyum sinis, kemudian ia segera menghapus pesan dari Fabio dan begitu pula dengan panggilan darinya. Leo pun segera mematikan ponsel, Andien dan menaruhnya kembali ke dalam tasnya.

Waktunya pulang, Andien menunggu Fabio di dekat gerbang. Hari semakin senja, hampir seluruh penghuni kampus telah meninggalkan gedung. Andien meraih ponselnya, ia terkejut melihat ponselnya dalam keadaan mati. Namun, ia tidak ambil pusing. Ia pun segera menelpon Fabio.Tapi, entah mengapa, pria itu tidak menjawab teleponnya.

Andien menarik nafas panjang. Saat ia sudah memutuskan untuk pulang, tiba-tiba ia mendengar suara deruman sepeda motor milik Leo. Pemuda itu menghampiri Andien dan menyapanya.

"Belum pulang?" tanya Leo.

Andien hanya menggeleng.

"Menunggu dia?" lanjut Leo.

Andien hanya mengangguk kecil.

"Hari menjelang malam, mungkin dia sibuk. Jadi, tidak bisa menjemputmu," ucap Leo.

"Mungkin, tapi tidam seperti biasanya dia begini," keluh Andien.

"Mungkin, dia lupa," sahut Leo enteng.

Andien kembali terdiam.

"Mau aku antar?" tawar Leo.

Sebenarnya, Andien ingin menolak. Tapi, saat ia menatap sekeling yang telah sepi. Ia pun memutuskan, untuk pulang bersama Leo. Pemuda itu memasangkan, helm untuk Andien. Keduanya pun segera meninggalkan kampus.

"Andien, kita mampir di Cafe kemarin, ya!" seru Leo.

"Tidak!" tolak Andien.

"Aku, ingin segera pulang. Aku lelah," lanjutnya.

"Baiklah," jawab Leo. Ada rasa kesal di hatinya, karena Andien menolak ajakannya. Ia kembaki melajukan kendaraannya, langsung menuju ke kediaman Andien.

"Terima kasih, ya," ucap Andien.

"Kamu gak nyuruh aku masuk?" tanya Leo.

"Maaf, aku hari ini benar-benar lelah. Lagi pula, aku tidak pernah membawa orang asing masuk ke rumah, apa lagi laki-laki," jawab Andien.

"Baiklah, aku mengerti. Besok aku akan menjemputmu," lanjut Leo.

"Besok? Besok kita kan libur?" sahut Andien.

"Aku ingin membawamu ke jalan-jalan, ke tempat kemarin," jawab Leo.

"Aku tidak janji. Tapi, aku akan mengabarimu besok," ucap Andien.

"Baiklah, aku pamit." Leo kembali memasang helmnya dan menghidupkan motornya. Setelah berpamitan, ia pun meninggalkan kediaman Andien dan kembali ke rumahnya.

Andien masuk dan segera menuju kamarnya. Setelah mandi, ia menuju ruang makan, untuk makan malam. Saat hendak beranjak tidur, ia kembali menatap ponselnya. Belum ada satupun pesan atau kabar dari Fabio. Ia pun akhirnya, memilih mengirimi Fabio pesan singkat, kemudian beranjak tidur.

Sebelum tidur, Andien menatap photi Fabio dan dirinya, yang menghiasi layar utama ponselnya.

bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status