Share

Bab XXI : Naluri Garis Nasib

Nara 1925

Papan Yayasan Yatim Piatu “Himawari” terjatuh ke tanah akibat kobaran api yang semakin menjalar. Di sudut kamar tidur, seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun hanya bisa memeluk lutut. Peluh membasahi kulit, bagaikan lilin yang mencair karena api yang menyala di sumbu. Kalau sudah terpojok seperti ini, memang tak ada yang dapat dilakukan selain menunggu lidah api menjilat nyawa.

“Hideee! Hideeee!” suara pemilik panti terdengar di telinga mungil Hide. O bāchan alias nenek pemilik yayasan yatim piatu itu begitu mengkhawatirkan keselamatan anak-anak pantinya. Semuanya sudah berhasil dituntun keluar. Hanya satu orang yang entah di mana keberadaannya. Namanya Hide. Kegemaran dari anak yang usianya paling muda di panti ini adalah melamun. “Hideeee! Aku tahu kau tak senang berbicara! Tapi, aku mohon kali ini berteriaklah untuk membuatku tahu di mana keberadaanmu saat ini!” lengkingan suara O bāchan berusaha menembus asap-asap yang dihasilkan dari kobaran api. “Uhuk! U
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status