Share

Bertemu

***

Pukul 17.00 di Cafe starlight, terlihat di pojok ruangan dua orang pemuda sedang berbincang-bincang. 

"Gue udah coba cari tahu, tapi semua buktinya mengarah ke dua pemilik perusahaan yang ada di berkas ini. Lo bisa lihat sendiri di berkas yang gue bawa," tutur seorang pemuda sambil menyodorkan berkas yang dimaksud.

Tanpa berfikir lama, pemuda yang berada diseberang meja langsung mengambil berkas itu. kemudian ia langsung membacanya.

Ia terlihat sedang berfikir dengan salah satu nama perusahaan yang berada di dalam berkas itu. "Kayaknya gue tau deh Nan, siapa yang bisa bantu gue," katanya. 

"Gimana Lio? lo udah dapet petunjuk?" tanya pemuda yang berada diseberang mejanya, sebut saja namanya ialah Nanda.

"Kayaknya si udah, tapi masih kemungkinan aja," jawab pemuda yang di panggil Lio itu. 

"Yaudah thank ya, lo udah mau bantu gue. Dan kalo lo dapet info lagi, lo langsung hubungin gue aja," ujarnya kemudian.

"Santai aja kali, gue kan sahabat lo. Gue pasti bakal selalu bantu lo," sahut Nanda. 

"Gimana keadaan calon tunangan lo?" tanya nya dengan hati-hati.

"Belum ada perubahan." Nanda berkata dengan lesu. "Gue bingung, kenapa dia pake nolak dijodohin, kalo dia nggak nolak, pasti nggak bakal kayak gini." Terlihat raut kekecewaan di wajahnya. 

"Sabar ya Bro, namanya juga hati pasti nggak bisa dipaksain," kata Lio sambil menepuk bahu Nanda yang merupakan sahabatnya itu. 

Mereka lantas kembali berbincang-bincang sambil menyemangati satu sama lain. Setelah cukup lama berbincang, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi kerumah masing-masing.

***

"Dirraa." pekik Acha yang menggema keseluruh ruangan,  membuat Dirra menggerutu.

"Apaan, sih? berisik lo!" tegur Dirra. 

"Tau nggak lo?" tanya Acha dengan riang. 

"Nggak!" balas Dirra acuh.

"Ih lo mah, gitu. Dengerin gue dulu dong!" Rengek Acha. 

"Yaudah ngomong aja. Gitu aja susah," gerutu Dirra. 

"Gue udah tau keberadaan bokap gue," ucap Acha dengan tersenyum riang, membuat Dirra ikut merasa senang saat melihatnya. 

"Bagus dong, emang dimana bokap lo?" 

"Ternyata bokap gue masih hidup. Dia lagi dirawat di parkway hospital tepatnya di RS yang ada di singapura," jelas Acha. 

"Lah lo tau dari mana?" tanya Dirra bingung.

Acha langsung menceritakan kejadian sebelumnya.

Flashback on. 

Setelah memakai baju tiba-tiba Handphone nya berbunyi.

"Siapa ya yang kirim pesan?" Gumam Acha penasaran.

Via whaatsap

[08**********]

Selamat sore.Gue tau dimana keberadaan

pak Johan, Kalo lo mau ketemu sama dia, lo langsung aja datang ke parkway 

hospital di singapura.

[Anda]

Ini siapa ya?kok bisa tau keberadaan bokap gue?.

[08**********]

Lo nggak perlu tahu siapa gue.

Yang penting lo langsung aja datang 

kesana kalau lo mau liat dia. 

[Anda]

Oke, gue bakal kesana

Flashback off

"Oh, jadi gitu. Terus kapan kita kesana?" 

"Besok aja kali ya." 

"Lah.. emang lo punya uang buat kesana?" 

"Tenang aja, lo nggak usah kawatir. Gue kan masih punya uang tabungan. Dulu gue sering main ke rumah ini kalau lagi keinget sama nyokap gue. Jadi gue juga punya tabungan disini" jelas Acha panjang kali lebar.

Disisi Lain. 

"Gue kok jadi kepikiran terus ya, sama cewek itu?" gumam Lio yang kini tengah terbaring diatas ranjangnya.

Karena terlalu sibuk memikirkan gadis yang selalu terngiang dipikiranya beberapa hari ini, tidak terasa matanya mulai mengantuk, ia kemudian tertidur.

Keesokan harinya. 

Pagi-pagi sekali Acha telah bersiap untuk terbang ke Singapura. Sebelum itu, Dirra merubah penampilan Acha dengan cara mengambil alih tubuh Acha. 

20 menit kemudian, Acha sudah siap dengan make up seadanya. Ia memakai baju yang simple dan memakai topi berwarna putih.

Setelah make up selesai, Dirra keluar dari tubuh Acha. Dan Acha kini merasa penasaran dengan penampilanya.

Akhirnya ia memutuskan untuk bercermin. Alangkah terkejutnya ia saat melihat wajahnya yang telah terpoles oleh make up seadanya.

"Wau, beneran ini gue?" tanya Acha setengah tidak percaya. 

Jam menunjukan pukul 08.00, dan Acha kini telah berada di Bandara. Ia kemudian bergegas membeli tiket.

Tidak membutuhkan waktu lama, Acha telah mendapatkan tiketnya, disana tertera waktu pemberangkatan pukul 09.00 artinya masih ada waktu 1 jam sebelum pemberangkatan.

"Cha, mending lo cari makan dulu deh. Kan, lo tadi nggak sempet sarapan gara-gara takut ketinggalan pesawat," saran Dirra. 

"Oh iya, gue lupa Dir. Rasanya gue tadi udah nggak sabar pingin cepet ketemu sama bokap gue," balas Acha sambil memperlihatkan cengiran khasnya. 

"Yaudah sekarang kita langsung cari makan aja," usul Dirra dan di setujui oleh Acha. 

15 menit kemudian, Acha telah selesai sarapan, saat ia sedang asik berjalan tiba-tiba.. 

Brukk..

Ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya, akibatnya Acha terjatuh dengan posisi terduduk.

"Eh, maaf." Kata seseorang yang tidak sengaja menabraknya itu. 

"Enggak apa -apa kok, gue juga baik baik aja. Lain kali kalo jalan liat-liat, ya." Saut Acha sambil tersenyum.

"Iya, makasih atas sarannya. Yaudah sini gue bantu berdiri," ucap orang yang tidak sengaja menabraknya itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Acha. 

Sambil tersenyum, Acha kemudian menerima uluran tangan dari orang itu. Ia lantas reflek mendongakkan wajahnya. Dan dengan jelas, ia melihat wajah orang yang tidak sengaja menabraknya itu. 

Mata Acha juga mata orang itu kini saling bertatapan. Hingga tidak sadar Acha berkata, "Aduh, ini cowok ganteng banget, sih? eh, gue kok jadi deg-degan ya?" 

"Lo ngomong apa barusan?" 

"Eh, ng-nggak kok! Gue nggak ngomong apa-apa." Sangkal Acha dengan cepat. 

"Kalo nggak ada apa-apa lagi, gue pamit duluan." setelah berkata demikian, pemuda itu lantas berjalan menjauh, namun tidak membuat Acha bergeming sedikitpun. Ia terlihat sedang mematung di tempat sambil berdecak kagum. 

"Enggak gue sangka didunia ini ada cowok seganteng dia," ungkapnya kemudian. 

"Kemana aja lo? masa cowok seganteng dia lo baru liat," ucapan Dirra lantas membuat Acha lesu. 

"Gue kan selama ini nggak pernah lihat cowok selain Rey." Acha berkata sambil cemberut. Ia lantas kembali memikirkan kebodohannya selama ini.

Selama ini Acha memang hanya melihat Rey saja. Baginya pria tertampan hanyalah Rey seorang, hingga membuatnya buta akan kenyatan.

Sebelumnya ia pernah di peringati tentang Rey, namun Acha tetap kekeh menilai bahwasanya Rey adalah Pria yang baik. Nyatanya sekarang Rey justru mengkhianatinya dan bekerja sama dengan adik angkatnya.

"Yaudah, sekarang nggak usah dipikirin lagi! Mending kita sekarang fokus aja sama tujuan kita." Ujar Dirra, ia juga turut merasa sedih atas apa yang di alami oleh Acha. 

***

"Kayak enggak asing sama muka cewek tadi," batin Pria yang tidak sengaja menabrak Acha tadi.

Namun detik berikutnya kedua sudut bibir pria itu terangkat kala mengingat perkataan Acha yang samar-samar ia dengar. Entah kenapa mendengar pujian dari Acha membuatnya senang, padahal pujian seperti itu sudah biasa ia dapat. 

Pukul 09.00 Pesawat telah lepas landas, itu artinya Acha sudah berangkat ke Singapura. Didalam pesawat Acha melamun sambil menatap ke arah jendela, sedangkan Dirra sudah masuk kedalam tubuh Acha. Dari arah samping, ada seseorang yang terus memperhatikan Acha, ya orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang menabrak Acha tadi. 

"Andaikan Bunda dan Kakak masih kumpul sama Acha dan Ayah, pasti semua ini nggak akan terjadi." Batin Acha, tidak terasa air matanya mengalir dan membasahi pipinya. Pemandangan itu juga disaksikan oleh pria tadi. 

Pria itu lantas bergumam, "Sebenarnya dia punya masalah apa sih? dan kenapa gue peduli banget sama dia?"

Penerbangan dari jakarta menuju singapura menempuh waktu satu setengah jam, itu artinya Acha akan tiba pukul 10.30. Karena terlalu larut dalam kesedihanya akhirnya Acha tertidur pulas dipesawat.

Pukul 10.30, Pesawat yang dinaiki Acha telah tiba di bandara Changi singapura. Acha sendiri juga telah terbangun dari tidurnya.

karena keseimbanganya masih kurang, akhirnya ia terjatuh saat akan berdiri. Sontak seseorang yang berada di sampingnya langsung dengan sigap menangkapnya. Adegan tatap- tatapan pun terjadi. 

"Em, terimakasih udah nolongin gue," ujar Acha setelah keseimbanganya cukup baik.

"Sama-sama," balas seseorang yang menolongnya yang tak lain ialah pria yang sempat tidak sengaja menabrak Acha tadi. "Yaudah, gue duluan." Setelah berkata demikian pria itu lantas berjalan pergi meninggalkan Acha yang masih mematung di tempat. 

"Udah kali liatnya," ujar Dirra yang sontak membuat Acha kembali tersadar 

"Sejak kapan lo keluar dari tubuh gue?" tanya Acha saat telah sadar. 

"Sejak jaman belanda menjajah indonesia," sinis Dirra. 

"Ouh, berarti gue belum lahir dong?" balas Acha yang kini sedang di landa mode lemot. 

"Tau ah, males gua. Btw kenapa lo liatin cowok tadi sampe ngelamun gitu? jangan-jangan lo mulai suka sama dia, ya?" selidik Dirra. 

"Sembarangan aja lo! Gue aja nggak kenal sama cowok itu. Masa tiba-tiba gue suka sama dia," sangkal Acha dengan cepat. 

"Ya.. kali aja gitu, cinta pada pandangan pertama. Eh, salah deh! Yang bener cinta pada pertemuan pertama." Dirra tidak henti-henti menggoda Acha. 

"Bodo ah, Sekarang gue mau langsung aja ke parkway hospital, dan nemuin bokap gue." Acha berkata dengan acuh. 

5 menit kemudian, Acha dan Dirra telah mendapatkan taxi, merekapun langsung menuju Parkway Hospital. Sesampainya di Parkway Hospital, Acha langsung membayar taxi dan bergegas masuk kedalam. 

"Excuse me, I want to ask the patient's room on behalf of Mr. Johan w?" begitulah tanya Acha saat berhadapan dengan Resepsionis.

"Oh that's, in the room 112 in the floor," balas Resepsionis ramah. 

"Thank you," ucap Acha. 

"Same," balas Resepsionis sambil tersenyum. 

Translite: 

"Permisi, saya mau bertanya ruangan pasien atas nama Bapak Johan dimana?" begitulah tanya Acha saat berhadapan dengan Resepsionis. 

"Oh itu, ada di kamar 112 dilantai dua," jawab reseptionis ramah.

"Terima kasih," ucap Acha. 

"Sama-sama," balas reseptionis sambil tersenyum.

Sesampainya di dalam ruangan Ayahnya di rawat, Acha lantas memeluk sang Ayah. Ia kini benar-benar menyesal karena sempat tidak mau mendengarkan perkataan Ayahnya. 

"Ayah.. maafin Acha ya, hiks..hiks..hiks." Tangisan Acha mulai pecah. 

"Iya sayang, Ayah udah maafin kamu kok," balas Johan sambil mengelus puncak kepala anaknya dengan lembut.

Melihat respon dari sang Ayah, membuat Acha tambah merasa bersalah dan menyesal, "Coba aja Acha selalu dengerin kata-kata Ayah, pasti ini nggak bakal terjadi." 

"Ini semua sudah takdir dari yang maha kuasa, jadi kita tidak bisa menghindar dari takdir yang telah  ditulis olehnya." Begitulah nasehat Johan untuk putrinya itu. 

"Iya ayah, Acha tahu."

"Tapi Acha nggak bakal biarin ini begitu aja." tukas Acha kemudian, sambil melepas pelukannya.

"Terus sekarang kamu mau apa sayang?" tanya Ayah Acha. 

"Pokoknya Acha bakal balas mereka sesuai dengan janji Acha dulu. Ayah tenang aja, Acha bakal pake cara yang cantik biar mereka nggak tahu rencana Acha." 

Mendengar keputusan anaknya, Johan hanya bisa tersenyum lalu berkata, "Ayah akan dukung apapun keputusan kamu nak, dan kamu harus bisa jaga diri kamu ya. Sebab musuh kita bukan hanya mereka saja." 

"Iya Ayah," balas Acha patuh. 

"Em, Ayah kok keadaanya bisa seperti ini? dan yang bawa ayah ke rumah sakit siapa?" tanya Acha sambil mentap wajah Johan. 

Johan hanya bisa menghela nafas, "Jadi gini.... "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status