Share

Kembali.

***

Bug.

Sebuah tinjuan berhasil mendarat di pipi pemuda yang sedang memaksa Acha. Karena tidak terima di pukul tiba-tiba, pria itu pun membalas. Namun karena tenaganya kurang kuat, pria itu pun kalah. Dan dengan tergesa-gesa Pria itu pergi. 

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanya pemuda yang menolong Acha.

"Iya," jawab Acha singkat.

"Lo nggak pulang?" tanya pemuda itu lagi.

"Gue lagi nunggu taxi," jawab Acha. 

"Bodoh lo! Jam segini mana ada taxi, ini itu jam istirahat, paling nanti agak maleman baru ada taxi. Sekarang lo bareng gue aja," ujar pemuda yang menolong Acha sambil membukakan pintu mobil. Acha pun akhirnya menurut dengan ajakan pemuda yang menolongnya itu.

"Lo kok bisa tau gue ada disini? jangan-jangan lo ngikutin gue ya?" selidik Acha pada sang penolong yang tak lain adalah Lio. 

"Gausah pede! Gue nggak sengaja aja tadi liat lo waktu lagi di gangguin sama cowok berengsek," sangkal Lio. Padahal nyatanya Lio sengaja mengikuti Acha sejak tadi.

"Makasih udah nolongin gue," ucap Acha sambil tersenyum.

"Manis," gumam Lio spontan.

"Lo ngomong apa barusan?" tanya Acha yang tidak terlalu mendengar gumaman Lio. 

"Eng-nggak, gue nggak ngomong apa-apa." Sangkal Lio dengan cepat. 

Setelah mengatakan itu, Lio tersenyum. Entah tersenyum karena apa. 

"Ini orang kenapa ya? kok jadi senyum-senyum sendiri? apa karena tadi abis nonjokkin orang jadi kena mental? eh, harusnya yang kena mental mah yang di tonjok. Bodo ah." Acha membatin sambil bergidik ngeri.

"Lo kenapa ngeliat gue begitu?" ucap Lio dingin. 

"Eng-nggak kenapa-kenapa kok," balas Acha dengan tergagap

Melihat reaksi Acha, tidak terasa bibirnya kembali mengukirkan senyum tipis.

Saat di tengah perjalanan hawa canggung kemudian menyelimuti mereka berdua, hingga tidak terasa mereka telah tiba di depan penginapan.

"Makasih udah mau nganterin, maaf kalo ngerepotin." Acha berkata dengan sungkan. 

"Nggak apa-apa kok, lain kali kalo keluar jangan sendirian, lo kan belum biasa sama lingkungan di sini. Kalo butuh bantuan telepon gue aja," balas Lio sambil tersenyum tipis. 

Deg

"Kenapa gue ngerasa ada yang aneh sana diri gue?" batin Acha.

Tin...

Bunyi klakson mobil Lio sontak membuat Acha tersentak kaget. 

"Eh lo! Ngeselin banget sih! Untung gue nggak jantungan." kesal Acha.

Sedangkan Lio tertawa puas karena telah membuat Acha kesal. Tanpa rasa bersalah dia pergi menuju apartemennya.

Lain hal nya dengan Acha yang sejak tadi menggerutu sebal akibat perlakuan Lio padanya.

"Nyebelin juga ya tu orang. Tapi dia ternyata bisa lembut dan perhatian juga ya. Andaikan gue ketemu dia dari dulu pasti gue nggak bakal sengsara. Ih apaan sih?! Kok gue jadi ngomong nggak jelas begini?" 

"Dasar kang halu! Lagian lo juga udah kenal dia lama kok, ups." Dirra mencibir, kemudian ia menutup mulutnya dengan tangan. 

"Kenal lama? sejak kapan? apa maksud lo sih?" tanya Acha bingung.

"Eng-nggak kok, maksud gue lo kan kenal dia dari di Bandara, nah kan mending lama itu." jelas Dirra dengan cepat, membuat Acha makin mengernyit bingung. 

"Lama apanya? baru satu hari yang lalu, lo juga kebiasaan kalo nongol nggak ngomong." Acha menggerutu sebal dan hanya di balas kekehan oleh Dirra. Sedangkan Acha kini berlalu pergi meninggalkan Dirra. 

Setelah kepergian Acha, Dirra termenung kala mengingat sesuatu yang membuatnya kembali menyesal. 

Sedikit informasi, Apartement Lio berada di dekat penginapan Acha. Sebenarnya Ayah Acha juga memiliki Apartement, namun jaraknya jauh dari Apartement Lio, sehingga Acha di suruh oleh Ayahnya agar menyewa penginapan dekat apartement Lio. Tujuannya agar ada yang menjaga Acha. 

Acha merasa heran dengan Dirra yang melamun sambil termenung di tepi ranjangnya. Jika dilihat dari raut wajahnya, Dirra sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya merasa menyesal.

"Dirra," pangil Acha secara tiba-tiba membuat Dirra terkejut.

"Ih, lo mah, ngagetin gue aja deh!" kesal Dirra. 

"Lo kenapa? kok dari tadi gue perhatiin ngelamun terus?" tanya Acha.

"Nggak apa-apa kok, gue cuma lagi mikir aja." 

"Mikir apa?" 

"Ah kepo lo! Kayak ibu komplek," balas Dirra seraya pergi meninggalkan Acha. 

"Padahal gue nanya bener-bener juga." Acha mencibir. 

Beralih ke Lio, terlihat pemuda itu kini sedang berbaring di atas ranjangnya, namun pikiranya sudah melayang jauh entah kemana.

Kemudian ia mengusap mukanya kasar. "Kenapa gue mau bantu cewek itu? padahal urusan gue sendiri aja belum selesai, tapi malah ikut campur masalah orang lain." Ungkap Lio bingung akan dirinya sendiri. 

"Sebelumnya gue harus cari tau dulu dalang dari semua masalah ini, kalau beneran ada kaitannya sama keluarga gue, baru gue bakal beneran bantu dia." final Lio, pikirannya saat ini sangat kacau karena memikirkan masalah yang sangat rumit menurutnya.

Karena fikiranya semakin bercabang kemana-mana, alhasil Lio memutuskan untuk mandi, dan berendam air panas. 

Back to Acha.

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Acha kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Pikiranya sekarang kembali mengingat perlakuan Rey juga Tina. "Kalian udah maksa gue buat bertindak kejam. Jangan salahin gue kalo lebih kejam dari kalian!" 

Setelah mendapatkan perlakuan yang begitu kejam dari Rey dan Tina, membuat Acha berubah, mulai dari penampilan sampai sifatnya. Seakan sekarang Acha terlahir kembali, itu lah yang Acha rasakan. 

"Betapa bodohnya gue dulu, sekarang gue bakal balas perbuatan kalian berkali lipat!" Acha berjanji pada dirinya sendiri. 

Dari arah pintu terlihat Dirra yang sudah kembali. "Cha," panggilnya. 

dengan malas Acha menyahut, "Apa?" 

"Kita mau pulang kapan?" tanya Dirra sambil mendekat.

"Tunggu sampai seminggu deh, soalnya gue masih pingin nyantai, dan gue juga harus mempersiapkan diri untuk ngadepin mereka."   

"Huft, gue kira kita bakal pulang besok. Eh, terus bokap lo gimana, Cha?" 

"Kalo besok kita udah pulang dan mulai jalanin rencana, takutnya mereka curiga. Dan soal bokap gue, udah ada yang ngurusin kok. Mungkin sementara waktu dia akan menetap di sini." jelas  Acha.

Dirra pum hanya bisa manggut-manggut karena faham akan penjelasan Acha. 

"Udah malem, gue mau langsung tidur." Setelah berkata demikian, Acha menarik selimutnya dan mulai terlelap dalam tidurnya.

"Oke, malem ya."

"Too."

"Malem Cha, semoga gue bisa terus bantu lo biar gue bisa nebus semua kesalahan gue." batin Dirra sambil pergi keluar kamar.

Hari sudah mulai larut, keramaian sudah tergantikan dengan kesunyian, semua orang telah terlelap tidur. Bahkan mungkin telah berada di alam mimpinya masing-masing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status