Share

Tidak terduga.

***

Flashback on. 

Saat itu ayah Acha berada di Bandara yang terletak di negara singapura. Ia ingin kembali ke Indonesia karena perjalanan bisnisnya telah usai.

Namun pada saat ia menunggu pesawat tiba-tiba ada orang yang membawanya pergi ke tempat sepi. Rupanya orang yang membawanya adalah anak buah Rey yang kala itu ditugaskan oleh Rey untuk menculik Ayah Acha. 

Secara tiba-tiba Rey menghampirinya lalu berkata, "Putri kesayanganmu telah tewas ditanganku serta Tina. Dan sekarang giliran dirimu!"

Setelah berkata demikian Rey lantas menembak Johan, dan Johan pun kemudian jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Rey mengira Johan telah tewas. Namun takdir berkata lain, karena setelah kepergian Rey, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menolongnya dan membawanya ke Rumah Sakit terdekat. 

Flashback off. 

"Oh jadi ini semua ulah Rey. Dasar bajingan! Tunggu pembalasan gue Rey!" batin Acha bersungguh-sungguh.

"Terus yang bawa ayah kesini siapa?" tanya Acha kemudian. 

"Yang bawa Ayah kesini pemuda yang ada dibelakang kamu," jawab Ayah Acha sambil menunjuk pemuda yang berada di belakang Acha.

"Di belakang aku? sejak kapan dia ada dibelakang aku?" balas Acha sambil menengok kebelakang.

Alangkah terkejutnya dia saat melihat pemuda yang ada dibelakangnya.

"Elo!" kata mereka secara bersamaan. 

"Kalian berdua udah kenal satu sama lain?" tanya Johan. 

"Nggak," jawab mereka kompak. 

"Kalian kompak banget," ungkap Johan sambil tersenyum.

"Jadi gini yah, cowok ini itu yang udah nabrak Acha tadi waktu di Bandara, dan dia juga yang udah nolong Acha pas mau jatuh." Acha menjelaskan. 

Sambil manggut-manggut Johan berkata, "Oh.. jadi begitu." Ia lantas menatap keduanya secara bergilir, "Yaudah sekarang kalian kenalan dulu biar kenal." 

"E'hem, kenalin nama gue Adnan Emillio, panggil aja Lio." ucap Lio  memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. 

"Nama gue Antaratna jo Acha. Panggil aja Acha," balas Acha sambil menerima uluran tangan Lio. 

"Nak, kamu masih ingat dengan kata-kata saya waktu itu?" peringat Johan kepada Lio. Rupanya Pria muda yang bersama pria paruh baya di ruangan rumah sakit adalah Lio.

Flashback on. 

"Nak..saya boleh minta bantuan tidak ?" tanya Johan penuh harap.

"Memangnya Bapak minta saya bantu apa?" balas Lio setelah berfikir beberapa saat.

"Saya mau kamu membantu anak saya untuk membalas musuhnya."

"Bapak kan baru mengenal saya, kenapa bapak begitu mempercayai saya?" tanya Lio dengan tidak percaya.

"Entahlah, saya merasa bahwa kamu orang yang baik, saya yakin kamu pasti bisa menolong saya." Johan berkata seraya tersenyum.

"Baik, saya akan mencobanya. Tapi saya tidak bisa menjanjikan," ucap Lio kemudian.

Flashback off. 

Setelah Lio mengingat kembali kata-kata Johan, Ia membatin, "Gue harus bantu dia. Bagaimanapun juga urusan gue ada kaitanya sama keluarga dia."

"Bagaimana, Nak?" tanya Johan memastikan. 

"Iya saya ingat kata-kata Bapak. Saya akan membantu sebisa mungkin." 

"kalian ngomongin apa si?" tanya Acha bingung.

"Nanti Ayah akan jelasin ke kamu," balas Johan. 

"Dan ini ayah udah buat semua dokumen yang kamu minta waktu itu," tutur Johan sambil menyodorkan dokumen yang dimaksud.

"Terimakasih ya Ayah. Enggak nyangka Ayah masih ingat sama dokumen yang Acha minta, dan untungnya dokumen ini selesai tepat waktu." Acha berkata sambil tersenyum senang. 

"Yaudah kamu langsung aja mulai rencana kamu," usul Johan. 

"Nggak dulu deh, Acha mau disini dulu beberapa hari, baru Acha bakal mulai rencana yang udah Acha susun." Setelah berkata demikian, Acha tersenyum penuh arti. 

***

"Cha, lo udah punya rencana buat balas dendam?" tanya Dirra saat mereka telah berada di penginapan. 

"Udah si, tapi gue masih belum siap jalanin rencananya." Terlihat keraguan di raut wajah Acha

"Yaudah gini aja, kalau misalkan lo mau ngejalanin rencana, gimana kalau gue masuk ke tubuh lo." usul Dirra. 

Seketika Acha tersenyum cerah, "Ide bagus tuh."

"Oke, sekarang apa rencana lo?" tanya Dirra to the poin. 

"Gini, gue bakal jadi CEO di Antaratna grup, dan gue bakal pake nama samaran disana, nama gue bakal berubah jadi Caca." Acha mulai menjelaskan. 

"Oke kalau begitu. Eh, gue mau tanya deh. Kok gue baru denger sama nama perusahaan Antaratna group? setahu gue nama perusahaan bokap lo Johan grup deh." Dirga merasa bingung. 

Sedangkan yang di tanya malah tersenyum entah karena apa, membuat Dirra menjadi kesal sekaligus penasaran akan rahasia yang Acha sembunyikan. 

"Heh! Kok lo malah senyum sih? kan gue lagi nanya sama lo."  

"Santai aja kali, jadi gini.... "

***

Terlihat seorang pemuda sedang mengacak rambutnya di dalam ruang kerjanya. Entah karena frustasi atau apa, yang jelas ia terlihat sedang bingung.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan, lantas ia mempersilahkan orang yang berada di luar agar masuk. Dan terlihatlah seorang perempuan memasuki ruangan. 

"Tina, lo ngapain kesini?" tanya seorang pemuda yang tak lain ialah Rey.

"Kok kak Rey gitu sih, ngomongnya? emangnya kak Rey nggak seneng kalo gue kesini?" rajuk Tina. 

"Bukan gitu, tapi masalahnya gue bingung nih sama perusahaan bokap lo." Kesal Rey, tercetak raut frustasi di wajahnya. 

"Bingung kenapa kak? kan semua aset perusahaan bokap gue udah ditandatanganin atas nama kakak. Terus kakak tinggal jual aja semua asetnya buat nambahin saham perusahaan kakak." 

"Gini ceritanya, kan semua aset perusahaan bokap lo udah gue jual ke beberapa pejabat tinggi, tapi dari semua pejabat nggak ada yang mau beli. Mereka bilang semua dokumennya di cek nggak ada yang valid, malah gue dibilang nipu mereka." Rey menjelaskan. 

"Terus gimana jadinya kak? percuma dong rencana kita?" tanya Tina dengan kecewa.

"Satu-satunya cara ya kita harus menarik perusahaan besar buat inves ke perusahaan gue. Rencana selanjutnya bakal kita pikir lagi kalo rencana A udah berjalan sesuai harapan," jelas Rey. 

"Terserah kakak aja deh, nanti kalo misalkan kakak butuh bantuan, gue pasti bantu kok." Tina berkata dengan tersenyum cerah. 

Beralih ke Acha.

Sejak tadi Dirra memaksa Acha untuk merubah penampilanya. Dengan malas Acha pun menurutinya. Yaps berakhirlah di sini dia sekarang, di mall yang terlihat amat ramai. Setelah pergi ke mall, Acha pun di suruh ke salon untuk perawatan. Dan dengan pasrah, Acha hanya bisa menurutinya. 

Lio pov. 

"Huft, kira-kira tadi dokumen apa ya? udah lah, nggak penting juga buat gue."

Tling

[Nanda. ]

Lio lo lagi dimana?

[Anda]

Gue lagi di singapura.Ada apa? 

[Nanda]

Gue ada kabar baru tentang keluarga itu.

[Anda]

Oke, klo gue udah pulang ke Indonesia.

Kita langsung Ketemuan ditempat biasa. 

Pesan via whatshap diakhiri.

"Akhinya gue bisa cepet ngungkap kebenaranya."

Lio pov end. 

Kembali ke Acha yang kini terlihat agak panik karena perawatan di salon tadi benar-benar lama. 

"Gue harus cepet pulang, kalo nggak ntar kesorean lagi." Kata Acha, "Entah kenapa gue kok rasannya nggak tenang banget ya?" lanjutnya kemudian. 

Ia lantas melihat ke langit yang terlihat agak ke orange nan, menandakan bahwa sebentar lagi akan memasuki waktu magrib. Di pinggir jalan ia menunggu taxi, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda kedatangan taxi. Jalanan juga terlihat sepi. 

Hingga tiba-tiba, seorang pria mendatanginya. Pria itu menyapa Acha, dan Acha hanya merespon seadanya. 

Namun, pria itu memaksa Acha agar ikut denganya, dan jelas saja Acha menolak. Seakan tak terima dengan penolakan Acha, Pria itu lantas menarik Acha agar masuk kedalam mobilnya. Dengan sekuat tenaga Acha berusaha melepaskan diri. Dan... 

Bug.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status