Share

Awal

***

Disebuah ruangan bernuansa serba putih, terlihatlah seorang gadis yang sedang mengerjapkan matanya.

Ia adalah Acha yang baru terbangun setelah 3 hari tidak sadarkan diri. 

"Dimana ini?" gumam Acha sambil melihat sekeliling, "kalo di liat-liat kayaknya ini ruang rawat, deh."

Acha kemudian memegang kepalanya kala merasakan sakit yang amat dibagian itu. "Tstt, kepala gue sakit banget."

Beberapa saat kemudian rasa sakitnya pun kian mereda. Tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan di benaknya. "Em, kira-kira siapa ya, yang bawa gue ke sini? huft, pikir ntar aja deh. Sekarang gue fokus buat keluar dari sini." Setelahnya ia kemudian beranjak dari tidurnya. 

Langakahnya terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang cukup sepi, hingga kini langkahnya pun terhenti didepan tempat administrasi. 

"Permisi, maaf saya mau tanya," ucap Acha dengan sopan.

"Iya nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang Reseptionis ramah.

"Saya mau tanya, yang bawa saya kesini siapa ya kak?" tanya Acha penasaran.

"Boleh saya tahu nona, sebelumnya anda berada di kamar berapa?" 

Sambil berfikir Acha mengingat-ingat nomor kamarnya. 

"Ouh, nomor 18C kak."

"Sebentar saya chek."

"Begini nona, anda di bawa oleh seorang laki-laki dan dia hanya berpesan  untuk merawat anda sampai siuman. Soal identitasnya ia tidak memberi tahu. 

"Satu hal lagi, semua biaya pengobatan anda telah di bayar olehnya." jelas sang Reseptionis. 

"Dan lagi nona, ini saya temukan di saku anda." ucap Reseptionis sambil menyerahkan sebuah handphone milik Acha. 

"Oh yasudah, terima kasih ya kak. Kalau begitu saya mau langsung pulang," ucap Acha sambil menerima handphone nya, kemudian  kakinya melangkah menuju pintu keluar.

"Hati-hati ya nona." Reseptionis berkata dengan ramah. 

***

Disisi lain, seorang pria muda sedang menemani pria paruh baya yang sempat ia tolong saat di bandara. Keadaan sang pria paruh baya masih terlihat lemah. 

"Nak, saya boleh meminta bantuan tidak?" tanya pria paruh baya. 

"Memangnya anda ingin saya membantu apa?" tanya pria muda itu setelah berfikir beberapa saat.

Pria paruh baya itu kemudian memberitahu keinginannya. Setelah mendengar keinginan dari pria paruh baya, pemuda muda itu lantas terkejut. "Anda kan baru mengenal saya, mengapa anda bisa begitu mempercayai saya?" katanya

"Entahlah saya merasa bahwa kamu orang yang baik, saya yakin kamu pasti bisa menolong saya." Begitulah jawaban dari pria paruh baya itu. 

"Baik, saya akan mencobanya, tapi saya tidak bisa menjanjikan," tutur pria muda tersebut.

***

Setelah keluar dari rumah sakit, Acha lalu pergi menuju rumah lamanya, rumah itu adalah rumah peninggalan kakeknya yang di berikan khusus untuknya saat usianya masih kecil.

Dulu sang kakek memberikan rumah itu agar kelak Acha bisa memakainya saat dewasa. Dan rumah itu juga pernah ia tinggali sebelum ayahnya mengangkat Tina menjadi adik Acha. Letak rumah itu kebetulan tak jauh dari Rumah Sakit ia di rawat, sehingga sangat memudahkannya untuk pulang. 

Sesampainya dirumah, Acha langsung berbaring diatas ranjangnya, ia begitu lelah. Pikirannya juga terus berputar pada kejadian 3 hari yang lalu.

"Andaikan gue nggak pernah kenal sama mereka, pasti ini semua nggak akan terjadi. Sekarang gue sendirian, gue nggak tau Ayah dimana." 

"Dan lagi, gue juga nggak tau Ayah masih hidup atau nggak," ucap Acha penuh penyesalan.

Sedikit informasi, Acha adalah anak kedua dari pengusaha kaya. Ia dulu merupakan anak yang sangat periang. Namun saat usianya masih berumur 7 tahun, orang tua Acha berpisah.

Acha yang dulu periang menjadi pendiam, sehingga Ayah Acha sering mengajaknya jalan-jalan untuk sekedar menghiburnya. 

Hingga suatu hari Acha melihat anak jalanan yang usianya satu tahun lebih muda darinya, karena Acha kasian dengan anak itu, ia lantas meminta Ayahnya untuk mengadopsi anak itu. Ayah Acha pun menyetujuinya, agar Acha memiliki teman. 

Acha sendiri sangat menyayangi Tina yang ia angkat menjadi adiknya itu, namun sepertinya Tina memanfaatkan kebaikan Acha. 

Saat di sekolah Acha selalu di pengaruhi oleh Tina saat berpenampilan modis. Tina berkata bahwa Acha tidak pantas memakainya. sehingga membuat Acha berpenampilan kuno dan lagi, karena tak memiliki teman, ia pun menjadi pendiam dan lebih suka membaca buku. 

"Enggak nyangka, setelah semua kebaikan yang udah diberikan oleh keluarga gue, Tina justru malah nusuk keluarga gue dari belakang," ucap Acha dengan tersenyum getir, atas semua kenyataan pahit yang telah terjadi.

"Lo harus kuat! Lo juga haru balas dendam! Lo jangan diem aja, kalo lo mau mereka membayar atas semua yang mereka lakuin sama lo!" ucap seorang gadis tiba-tiba. 

Sontak Acha melihat sekeliling kamarnya, "Siapa yang ngomong sama gue? perasaan disini nggak ada orang," gumamnya kemudian. 

"Gue Dirra, gue bakal bantuin lo buat balas dendam," ucap arwah seorang gadis, yang sebelumnya masuk ke tubuh Acha. Dan tanpa Acha sadari, arwah Dirra telah keluar dari tubuh Acha. 

"L- lo hantu?" tanya Acha tergagap.

"Hih, bukanlah! Gue ini arwah, bukan hantu!" jawab Dirra santai. 

"Sama aja kali! Lo pikir gue sebodoh itu apa? gue juga tau kali kalo arwah itu hantu juga," sahut Acha tidak mau kalah. 

"Udah lah, nggak usah di pikirin! Yang penting gue cantik, jadi nggak nyeremin. He he he," balas Dirra sambil tertawa. 

"Pede lo! Siapa coba yang bilang lo cantik?" remeh Acha. 

"Dih, nggak gue bantuin juga lo!" sungut Dirra. 

"Yaudah, sekarang apa rencana lo buat bantu gue? eh bentar dulu deh, kan gue sekarang nggak punya apa-apa. Dan lagi, gue nggak tau keberadaan bokap gue." ucap Acha lesu.

"Iya juga ya, tanpa apa-apa lo nggak bisa balas dendam." Dirra membenarkan.

"Coba aja gue tau keberadaan bokap gue, dan gue juga nggak tau bokap gue masih hidup atau nggak sekarang," cicitnya dengan raut wajah sedih. 

"Gimana kalo kita cari tau aja gimana?" usul Dirra penuh semangat.

"Ya, maksudnya gimana kita nyarinya? kan gue juga udah bilang kalo gue juga nggak tau dimana bokap gue." Acha berkata dengan kesal.

***

 Tling..

Bunyi notiv pesan masuk 

[Bapak Johan]

089*********

Ini nomor anak saya. 

[Anda]

Oh iya pak Bapak ada fotonya gak?

[Bapak Johan]

Oh iya ada nanti dulu ya..

Foto

[Anda]

Makasih pak. 

Iya,dan jangan lupa 

Perkataan saya ya. 

Setelah membaca pesan dari Bapak Johan, pria muda yang sempat menolong bapak Johan itu lantas berfikir, "Kok gue kayak gak asing sama wajah cewek ini ya?" gumamnya kemudian. 

***

Karena lelah berfikir, akhirnya Acha pasrah. Ia lantas kekamar mandi untuk mendinginkan hati dan pikiranya.

Sekitar 15 menit kemudian, Acha keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya yang hanya ditutupi oleh handuk. 

"Eh, lo nggak tau malu ya! Jelas-jelas disini ada gue. Dasar nggak hargai gue banget!" Dirra berkata dengan berteriak sontak membuat Acha terlonjak kaget.

"Eh iya, gue lupa." Acha berkata sambil tertawa. 

"Lah, lo juga ngapain dikamar gue?" timpal Acha kemudian, dengan ekspresi sewot.

"Santai aja kali! Jangan sewot, entar muka lo peot tau rasa deh," bujuk Dirra. 

"Eh lo tadi tanya apa? nggak dihargain? kalo lo mau dihargain jangan disini, mending di toko loak aja sono." sinis Acha. 

"Eh iya juga ya, mending sekarang gue ke toko loak aja, Kan mending bisa di hargain. Dari pada gue di sini, padahal gue niatnya mau bantuin tapi malah nggak dihargain." kata Dirra dengan menunjukkan ekspresi berfikir yang ia buat-buat.

"Etdah, baperan amat lo! Gue kan cuma bercanda kali. Eh tapi lo jangan pergi ya, plis bantuin gue," Acha berkata sambil menampilkan wajah memelasnya. 

Dirga hanya bisa menghela nafas. "Iya deh, tapi lo pake baju dulu gih sana! Gue mau keluar. Rasanya risih gua liat lo begitu," ucap Dirra yang kemudian melayang menuju pintu. 

Disisi Lain. 

Tling

Bunyi notiv pesan masuk

[.......... ]

He gue udah nemuin berkas yang lo mau.

[Anda]

Yaudah entar kita ketemuan di cafe biasa jam 5 sore

[.......... ]

Oke

Chat via whattsap berakhir.

"Bagaimanapun juga, gue harus selidiki masalah ini. Kalo nggak, gue nggak bisa ngungkap kebenaranya," ucap seorang laki-laki.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status