Share

Jebakan

****

Ini sudah hari di mana Acha harus kembali ke Indonesia. Acha sendiri kini tengah makan siang sambil mengotak-ngatik ponselnya. Ia juga tadi telah memesan tiket pesawat online, karena sore nanti ia akan pulang ke negara tercinta yaitu, indonesia.

Untuk urusan segala keperluan yang akan Acha bawa telah disiapkan oleh pelayan ayahnya, jadi ia tidak perlu repot-repot mengurusnya.

"Cha, makannya yang bener dong! Ini udah jam 14.00, dari tadi gue perhatiin lo makan nggak selesai-selesai deh," tegur Dirra yang sejak tadi merasa jengah akan kegiatan Acha. 

Tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel yang ia pegang, Acha berkata, "Iya, sebentar lagi selesai ini."

Dirra pun hanya bisa menghela nafas, namun kemudian ia kembali angkat suara saat sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benaknya. "Em, itu si Lio ikut kita balik ke indo nggak?"

Acha mendongak, kemudian ia berkata dengan  ragu, "Enggak tau juga sih, tapi kayaknya dia punya urusan sendiri deh." 

Dirra mengangguk tanda mengerti. "Eh pesawatnya berangkat jam berapa Cha?" tanyanya kemudian sambil melihat kearah jam dinding. 

"Kayaknya jam 3 sore deh," balas Acha.

"Yaudah sekarang kita langsung ke bandara aja deh, kan barang-barang lo udah disiapin semua." usul Dirra dan Acha pun langsung menyetujuinya. 

***

Pukul 14.30 Acha telah sampai di bandara, bersama Lio dan juga Dirra. Lio sendiri ikut karena menuruti permintaan Johan agar menjaga Acha. 

Saat ini Acha dan Lio tengah duduk berdampingan di kursi tunggu.  Seketika hawa canggung menyelimuti keduanya, hingga.... 

"Cha," Lio lebih dulu angkat suara. 

"Hem?" balas Acha. 

"Gue bakal bantu lo dari belakang, biar nggak ada yang curiga," ucap Lio dengan mantap, karena beberapa hari ini ia telah memikirkannya dengan matang. 

"Serius lo mau bantu gue?" tanya Acha dengan antusias. 

"Iya, tapi gue mau nyelidikin dulu. Menurut prediksi gue kayaknya masalah ini cukup rumit," jelas Lio.

Acha hanya mengangguk, karena ia sendiri juga merasa ada yang janggal. Ia lantas beralih menatap Lio dengan lekat, sambil berkata, "Oke, terserah lo aja. Entar kalo lo udah dapet info yang lengkap, tinggal kabarin gue aja apa yang harus gue lakuin."

Lio mengangguk. "Oke, serahin aja ke gue."

Mendengar ucapan Lio, Acha terlihat ingin menanyakan sesuatu. Namun ia seperti ragu untuk menanyakannya. Lio pun menatap Acha dengan pandangan bertanya. 

"Gue mau tanya satu hal boleh nggak?" tanya Acha dengan ragu.

"Apa?" 

"Lo kok mau bantu gue? gue perhatiin kayaknya lo juga punya masalah sendiri." 

Lio terdiam, ia juga memalingkan wajahnya kearah lain. Dari wajahnya itu, Acha dapat menebak jika Lio sedang memikirkan sesuatu. "Suatu saat lo pasti bakal tau, Cha." balas Lio kemudian setelah berfikir sejenak. 

Acara berbincang mereka terhenti saat sebuah pengumuman berkumandang. 

"Please attention! for passengers who will go to the country of Indonesia are directly immediately to the plane because the aircraft will take off."

Translate: 

"Mohon perhatian! Bagi para penumpang yang akan pergi ke negara Indonesia, dimohon segera menuju pesawat karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas. "

Mendengar pengumuman itu, Acha lantas bangkit. "Eh udah yuk ke pesawat!" ajaknya. 

"Oke." balas Lio. 

Mereka kemudian masuk ke dalam pesawat dan duduk di kursi masing-masing. 

***

Acha dan Lio duduk bersebelahan, posisi yang terlalu dekat membuat mereka gugup, bahkan jantung Acha sejak tadi tidak henti-hentinya berdetak sangat kencang.

Acha memejamkan matanya. "Jantung gue kok nggak bisa di kontrol banget si? bikin malu aja deh!" gerutunya dalam hati. 

"Cha, lo kenapa? gue perhatiin lo kayak gelisah gitu?" tanya Lio. 

"Eh, gu- gue nggak apa-apa kok. Cuma kayaknya penyakit lama gue kambuh," sangkal Acha. 

"Kok gue malah ngomong penyakit lama si? aduh Acha lo bodoh banget deh! Semoga aja dia nggak curiga." batin Acha merutuki dirinya sendiri.

"Ayo Cha kita ke RS sekarang!" ajak Lio dengan polosnya. 

"Hah? buat apa?" 

"Kan katanya penyakit lama lo kambuh."

"Eh, nggak usah! Enggak perlu ke RS kok!" bantah Acha dengan cepat. 

"Tapi lo nggak apa-apa, kan?" Lio bertanya dengan khawatir. Ia hanya takut saja jika Acha kenapa-napa, karena ia sudah di beri amanat oleh ayah Acha agar menjaga anaknya itu. 

"Iya nggak apa-apa kok, "sahut Acha. "Untung aja dia percaya." lanjutnya dalam hati. 

Setelah percakapan singkat antara Acha dan Lio berakhir, mereka seketika itu

terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. 

Kini Lio terdiam, pandangannya lurus kedepan namun pikiranya melayang entah kemana. Sedangkan Acha sendiri malah melamun dengan pandangan mengarah ke jendela pesawat. Karena mengantuk, Acha pun tertidur pulas, tanpa sadar kepalanya bersandar di bahu kokoh milik pemuda yang berada di sebelahnya yang tak lain ialah Lio.

Awalnya Lio terkejut dengan posisi Acha. Namun kemudian ia mencoba untuk biasa. Jelas saja Lio terkejut, karena ia merupakan pria yang sangat anti dengan wanita. Akan tetapi karena permintaan dari ayah Acha dan juga demi kelangsungan rencananya, ia pun harus terbiasa mulai sekarang. 

Lio lantas menengok ke samping, tidak terasa kini ia sedang memandangi wajah cantik milik Acha yang sedang tertidur dengan damai. Hingga seulas senyum pun terbit di bibir manisnya itu. Benar-benar kejadian langka.

***

Pukul 16.30, mereka telah tiba di Indonesia. Dengan cepat Lio membangunkan Acha yang masih tertidur dengan lelap.

"Cha bangun! Udah sampai nih."

"Apaan si?" gumam Acha yang merasa terusik dari tidur tenangnya, namun dengan mata yang masih terpejam. 

Lio mendengkus, kemudian sebuah ide pun terbit dibenaknya. "Kebakaran Cha!"

Seketika itu mata Acha terbuka dengan lebar. "Apa? dimana? aduh gawat! Air mana air?" dan begitulah ucapan Acha yang sedang dilanda kepanikan. 

"Air iler lu tuh! Hahaha, salah sendiri susah banget dibangunin! Enggak tau aja bahu gue pegel rasanya dijadiin sandaran dari tadi." tawa Lio pecah. Sangat jarang sekali ia bisa seperti itu. 

Entah bagaimana saat di sisi Acha, Lio terlihat lebih santai dan seperti sudah lama mengenal Acha. 

"Nyebelin banget sih! Em, tapi makasih ya pundaknya." ucap Acha sambil menggigit bibir bawahnya. 

Lio tersenyum, lalu berkata, "Iya nggak apa-apa kok, santai aja."

"Aduh diabetes gue kalo lo senyum terus," pekik Acha dalam hati. Entah kenapa jiwa lebay Acha seakan bangkit saat bersama Lio. 

"Ouh iya, udah sore nih. Balik dulu Cha." kata Lio sambil melihat jam tangannya. 

"Eh, iya." balas Acha dengan cepat. 

Pada akhirnya mereka pum pulang ke rumah masing-masing.

Tidak membutuhkan waktu lama, kini Acha telah sampai di rumahnya. Ia lantas masuk dan bergegas ke kamarnya. 

Setibanya di kamar Acha lantas menghela nafas dengan lelah. Kemudian ia duduk diatas ranjang empuknya. 

"Cha, besok lo mau langsung kerja?" tanya Dirra tiba-tiba. 

Acha mengangguk. "Udah gatel gue." 

"Bagus deh," ucap Dirra setuju. 

Setelah perbincangan singkat itu, Acha bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk mandi. 

20 menit kemudian, Acha telah selesai dengan ritual mandinya, tak lupa juga memaki skincare yang sempat ia beli.

Mulainya Rencana!

Pagi-pagi sekali disebuah Perusahaan terdapat kehebohan, sebab semua karyawannya terlihat begitu penasaran akan kabar yang memberitahu bahwa CEO mereka akan di gantikan oleh anaknya. Ada yang terlihat begitu penasaran, namun ada juga yang merasa tidak setuju, namun mau bagaimana lagi? toh mereka sekarang hanya bisa menerima saja.

"Eh gue penasaran deh CEO kita itu cewek atau cowok ya?" ucap karyawan satu, mulai bergosip ria. 

"Kalo gue sih terserah aja, yang penting dia baik," timpal karyawan yang lainnya.

Dan bla bla bla banyak lagi.

Pandangan karyawan teralihkan oleh suara ribut di pintu masuk kantor. Dan terlihat pula di sana terdapat seorang wanita cantik yang akan masuk ke perusahaan, namun ia malah di hadang oleh security.

"Maaf anda siapa? saya sepertinya tidak pernah melihat anda?" tanya security.

"Kamu juga sebentar lagi akan tahu siapa saya, dan saya akan masuk sekarang." jawab wanita cantik itu dengan santai, elegan, dan berwibawa. 

"Maaf, saya tidak bisa mengizinkan anda masuk." Sang Security menahan dengan sopan. 

Sambil tersenyum wanita itu berkata, "Oh, jadi kamu nggak ngizinin saya masuk?" wanita itu kemudian menilai Security dari atas sampah bawah. "Goodjob." gumamnya kemudian. 

Security hanya menatap wanita di hadapannya dengan bingung. Namun sang wanita malah menepukan tangannya. Lantas seorang pemuda tampan berkulit hitam namun manis datang menghampiri wanita cantik itu.

"Eh Pak Ridwan, kok bapak disini?" sapa sang Security namun tak di hiraukan oleh orang yang ia panggil Ridwan itu. 

"Nona silahkan masuk," ucap Ridwan mempersilahkan wanita cantik itu. 

Wanita itu tersenyum lalu berkata, "Iya terima kasih." setelahnya wanita itu masuk dengan elegan, jangan lupakan dengan kharismanya yang tidak dapat diragukan lgi. 

"Dan untuk kalian semua, harap berkumpul di aula!" intruksi Ridwan kemudia.

Pada akhirnya semua karyawan beserta wanita itu dan juga Ridwan pergi menuju aula.

Semua karyawan nampak bingung dan saling berbisik-bisik untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi, hingga tiba-tiba wanita cantik yang bersama dengan Ridwan menaiki panggung.

"Selamat pagi semua, pada kesempatan kali ini, kita kedatangan CEO baru kita, silahkan nona perkenalkan diri anda." tutur Ridwan selaku asisten CEO baru. 

"Selamat pagi semua, perkenalkan saya Caca CEO baru kalian. Jadi saya ingin kalian bisa bekerja sama dengan baik kedepannya. Sekian dan terima kasih atas perhatian kalian." ucap wanita cantik itu yang rupanya adalah Acha yang saat ini sedang menyamar menjadi Caca.

Semua karyawan lantas menepukan tangannya untuk menyambut Caca, tanda bahwa mereka kini menerima Caca alias Acha sebagai CEO baru mereka. 

Setelah itu, Acha membubarkan semua karyawannya. Semua karyawannya pun meninggalkan aula dan bergegas ke tempat masing-masing.

Sedangkan Acha bersama Ridwan pergi ke ruangannya yang berada di lantai atas.

Tidak butuh waktu lama, kini Acha beserta Ridwan telah sampai di ruangan khusus untuknya. Acha pun segera duduk di kursi yang telah tersedia. 

"Nona bagaimana ruangan anda? apa ada masalah?" tanya Ridwan dengan formal.

"Oke kok gue suka, dan satu hal lagi, kalau nggak ada orang jangan terlalu formal. Lo kan tau bang, gue udah nganggap lo kayak abang sendiri." jelas Acha sambil menunjukkan ekpresi kesal. 

Ridwan menanggapinya hanya dengan senyuman, sebab Ridwan sendiri juga menganggap Caca alias Acha sebagai adiknya sendiri.

Ridwan merupakan anak dari sahabat Ayah Acha. Ridwan sendiri dulu sering berkunjung ke rumah Acha, oleh sebab itu Acha akrab dengannya. 

"Cha lo harus hati-hati ya, karena musuh perusahaan ini banyak. Takutnya mereka ngincer lo," peringat Ridwan seperti sedang memperingati anak kecil yang tidak boleh keluyuran agar tidak di culik. 

Acha mendengkus, namun ia tetap mengangguk. "Iya gue tau, lagian gue mau gabung di perusahaan juga cuma mau jalanin rencana gue."

"Okelah kalo gitu. Kalau ada apa-apa lo langsung aja ngomong sama gue, kan gue abang sekaligus asisten lo." kata Ridwan sambil tersenyum, tak lupa juga tangan nakalnya mulai mengacak rambut Acha yang membuat si empu merasa kesal. 

"Ih abang mah," rengek Acha. "Iya iya, Acha tau dan juga Acha paham." 

***

Beralih ke perusahaan lain, terlihat seorang pemuda sedang duduk, namun beberapa kali ia terlihat menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kok harga saham perusahaan anjlok begini?!" begitulah kesalnya. 

"Ada apa sayang? kok keliatannya serius begitu?" tanya seorang wanita yang  di ambang pintu masuk.

"Ini lo... harga saham kita turun, perusahaan kita juga rugi besar, terus perusahaan besar yang kerja sama dengan perusahaan kita memutuskan kontrak kerja sama. Dan bahkan nggak ada lagi perusahaan besar yang mau diajak kerja sama. Kalo begini terus, lama-lama perusahaan kita bangkrut." jelas pemuda itu yang tak lain ialah Rey.

"Apa? kok bisa si? pokoknya Tina nggak mau kalo perusahaan sampe bangkrut! Kalau udah begini, kita harus gimana dong?" gerutu wanita cantik itu yang tak lain ialah Tina kekasih sekaligus asisten pribadi Rey.

"Kita harus cari perusahaan besar buat diajak kerja sama, dan sekarang lo harus periksa apa ada perusahaan besar yang belum pernah kerja sama dengan perusahaan kita!" ujar Rey. 

"Oke." balas Tina.

Tina pun mencari tahu mengenai perusahaan besar yang belum pernah bekerja sama dengan perusahaan Rey company.

15 menit kemudian, Tina terlihat senang, sebab ia berhasil menemukan target yang Rey minta sebelumnya. 

"Rey, gue udah temuin perusahaan besar yang belum pernah kerja sama dengan perusahaan kita," ucap Tina dengan senang. 

"Coba lo bacain info tentang perusahaan itu!" titah Rey. 

"Jadi ini itu perusahaan terbesar di Asia," terang Tina. 

"Namanya perusahaan apa?" 

"Namanya perusahaan AG Company," jawab Tina.

"AG Company? kok gue nggak pernah dengar nama perusahaan itu ya? dan setahu gue, perusahaan terbesar di Asia itu Johan Group milik Ayahnya Acha." gumam Rey dengan bingung. 

"Jadi gini, sekarang Johan Group kan udah bangkrut, dan AG Company ini merupakan perusahaan baru yang dapat berkembang dengan pesat, sehingga perusahaan itu bisa mengalahkan perusahaan besar lain." jelas Tina.

"Oke, besok kita ke AG Company buat diajak kerja sama. Sekarang lo bikin surat kerja samanya!" final Rey. 

"Oke." balas Tina seraya pergi ke tempatnya.

Dilain sisi 

"Gue tunggu kalian masuk kejebakam yang udah gue buat!" ucap seseorang yang akan terungkap di episode berikutnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status