Share

Jangan Bahas Masa Lalu

Archand memengang kedua sisi pundaknya dan mencoba menenangkan mantan kekasihnya itu. Gadis itu hanya diam saja dan menatapnya dengan nanar, dia sendiri bingung untuk memberikan tanggapan tehadap pria yang di depannya itu. Apakah dia harus bahagia atau harus marah kepada pria itu? Di sisi lain, gadis itu juga merasa bahagia saat mengetahui jika Archand masih susah melupakannya. Tapi Diandra mencoba menutupi kegembiraannya itu.

“Diandra, dengarkan aku!” tegas Archand.

“Apa? Mau bahas tentang masa lalu lagi? Kamu nyebelin deh, katanya minta temenin makan sebentar aja. Yang ada kamu malah mengulur waktu buat lama-lama sama aku, mau kamu tu apa?” tanya Diandra geram.

“Mau aku cuma satu, Diandra.” sahut Archand yang menatap gadis itu lebih dekat lagi, gadis itu sedikit takut melihat respon mantan kekasihnya itu, yang sedang berdiri di depannya dan menatap lekat sehingga memusnahkan jarak di antara mereka. “Aku cuma ingin balikan sama kamu, apakah kamu mau?” tanya Archand.

“Arrrggg.” Diandra sangat marah dan berusaha menepis tangan pria yang berada di depannya itu. Dengan cepat pria itu mencoba mencekal tangannya ke dinding lift dan menetap dekat padanya. “Archand, lepasin aku!” tegas Diandra. 

Jantungnya berdegup kencang saat melihat tatapan dari pria itu, sementara mereka hanya berdua di dalam lift. Archand tertawa dan melepaskan gadis itu, dia merasa terhibur dengan wajah gadis itu yang menunjukkan ketakutan terhadapnya. 

“Diandra, jangan pernah menganggapku seperti pria di luar sana.” pria itu menyandarkan tangannya dan berdiri di samping gadis yang kini terlihat ketakutan saat menatap wajahnya. Diandra benar-benar merasa malu kepada Archand karena berpikir negatif tentangnya.

Meskipun sedikit nakal. Akan tetapi, pria itu memiliki sikap bijaksana dan berjiwa pahlawan Archand selalu menghormati seseorang yang lebih tua, terutama wanita. Apalagi wanita itu adalah wanita yang selalu ada di dalam setiap sujudnya. Archand berharap kelak raganya akan kembali di persatuan dengan raga sang mantan. Archand sadar, tiada tempat lain untuk meminta selai kepada Allah SWT. Dengan sikapnya yang Sholeh itu, membuat Diandra sedikit berpikir untuk menjauhjnya, jauh dalam lubuk hatinya dia masih mencintai pria itu. Diandra berharap jika suatu saat nanti dia akan di pertemukan dengan pria baik.

“Maafkan aku, Archand.” gumam Diandra yang mendekep tubuhnya dengan erat, terdengar suara Isak tangis. Rasanya ingin kembali memeluk pria itu lebih lama lagi, tapi di sisi lain gadis itu telah berjanji untuk menjaga perasaan Florensia.

“Sudahlah, aku tidak marah kepadamu. Aku hanya minta jangan siksa hati demi menjaga perasaan orang lain.” sahut Archand tersenyum, dia membelai anak rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Diandra menangis dalam pelukannya, gadis itu berusaha mengeluarkan segala kegundahan di dalam hatinya, saat mengingat detik-detik dia memutuskan hubungan bersama pria yang sedang mendekapnya itu.

“Janji sama aku, jangan terlalu memikirkan orang lain.” gumam Archand yang menyodorkan jari kelingkingnya kepada gadis itu. “Ini demi kebaikan kamu, bukan berarti kamu harus membangkang omongan orang lain, hanya saja kamu ambil yang baik dan buang yang buruk. Dengarkan kata-kataku ini dengan baik!” tegas Archand.

“Iya, aku janji sama kamu. Kata-katamu akan selalu aku ingat, terutama kata-kata yang baik. Terima kasih ya, Archand.” sahutnya yang menautkan kelingkingnya kepada kelingking milik pria itu. Mereka pun saling melemparkan senyuman seperti saat mereka pacaran dulu.

“Iya, Diandra. Kamu harus tahu kalau aku sayang sama kamu.” gumam Archand seraya mengacak rambut gadis itu hingga berantakan. “Aku akan selalu jagain kamu dan menunggumu sampai kamu siap. Aku percaya, jodoh gak akan pernah tertukar.” lanjut Archand, tak lupa dia menyunggingkan senyumannya. 

Setelah lama berada di dalam lift, akhirnya pintu lift telah terbuka lebar. Kebersamaan mereka di saksikan oleh perawat yang sedang duduk di meja kerja mereka, di sana para perawat berkumpul dan mengisi waktunya dengan mengerjakan tugasnya masing-masing.

Ada yang sudah menyelesaikan tugasnya ada juga yang sudah menyelesaikan tugasnya.

Para perawat itu menatap kagum kepada mereka berdua, mereka mengatakan kalau Archand dan Diandra bagaikan pasangan kekasih.

“Wah, kalian cocok sekali ya, semoga hubungan kalian langgeng ya.” tukas salah satu perawatan yang merupakan sahabat dekat Giska, teman kecilnya Revan. 

Perawat itu sangat senang ketika melihat pasangan itu saling melengkapi satu sama lain, meksipun kenyataannya tidak seperti yang dia lihat. Padahal dibelakang mereka Diandra dan Archand selalu saja berkelahi layaknya kucing dan tikus. Archand tersenyum lebar saat mendengar kata-kata perawat tersebut, sementara Diandra hanya diam saja.

“Pasti, kita kan pasangan paling romantis.” sahut Archand dengan lantang, dengan sengaja Diandra menginjak kaki pria itu, hingga wajahnya berubah pucat. “Auuuhh ... sa–kit.” tukas Archand yang berusaha menahan rasa sakit karena kakinya di injak oleh gadis itu.

“Apa sih, Di?” bisik Archand. “Sakit tahu gak? Seenaknya aja nginjak kaki orang.”pria itu kembali berbisik dan merangkul pundak gadis itu, sehingga gadis itu harus menurut kepadanya. Sejak dulu Diandra tahu bahwa sikap pria itu agak sedikit gila. Sukanya blak-blak an dan berbicara sembarangan. Archand memang pria ramah dan periang.

“Lagian kamu sih, ngapain bilang kalau kita ini pacaran?” bisik Diandra.

“Hehe, maaf. Habisnya aku gagal lupain kamu,Diandra. Emangnya kenapa sih? Susah banget dapatkan hati kamu, aku masih sayang sama kamu.” sahut Archand dengan suara berat. 

“Udahlah, nanti juga kamu lakuin lagi. Ya sudah, kita segera kembali ke ruangan kak Revan, apakah dia sudah makan atau belum?” sahut Diandra.

“Apa sih, Di? Kamu perhatian banget sih sama kak Revan.” seketika Arahan memasang wajah murung, dia sangat cemburu ketika Diandra memperhatikan sang kakak. Rasanya ingin sekali Revan berada di posisi sang kakak. 

“Kamu kenapa? Emang salah ya kalau aku perhatian sama kakak kamu?” tanya Diandra dengan suara lantang. “Kamu mau bilang kalau kamu cemburu sama kakak kamu? Lagian kenapa harus cemburu sih? Kan aku sama Revan gak ada hubungan apa-apa.” 

“Eh, benar juga ya. Kenapa aku harus cemburu.” 

Seketika pria itu kembali tersenyum saat mendengar gagasan dari gadis cantik itu, rasanya bahagia ketika dia tahu bahwa hubungan Diandra dan Revan hanyalah sebatas teman, tidak lebih dari itu. Archand menyunggingkan senyuman dan memperlihatkan gigi kelincinya itu. Archand semakin tampan dengan gigi kelincinya, tak heran jika pria itu menjadi rebutan semua gadis. Archand selalu mendapat surat cinta dari para penggemar beratnya.

“Gimana rasanya cemburu? Gak enak kan?” tanya Diandra. 

“Ya gak enak lah, gimana sih? Coba kamu yang merasakan, pasti kamu nangis guling-guling saking gak enaknya. Lagian pertanyaan kamu aneh banget.” tukas Archand.

“Nah, gak enak kan? Sama seperti apa yang aku rasakan saat kamu di sapa penggemar berat kamu, aku cemburu tahu gak?” sahut Diandra dengan nada berat. “Sama, seperti apa yang kamu rasakan sekarang, Can.” lanjut Diandra.

“Yah, maaf Diandra. Aku kan gak bermaksud bikin kamu cemburu, lagian mereka yang genit pakai godain aku. Sementara aku biasa-biasa saja kok, aku sama sekali gak tertarik sama mereka, beneran deh, Diandra.” jelas Archand.

“Iya, aku mengerti kok. Ya sudahlah, aku sudah tidak marah lagi sama kamu. Lagi pula kamu kan musisi, wajah saja kalau banyak penggemar berat.” sahut Diandra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status