Share

Go Away

Author: Dwi Fitriani
last update Last Updated: 2021-06-06 07:58:37

Archand menghampiri mantan kekasihnya yang sedang duduk di meja kantin. Archand segera memesan dua mangkok bakso untuk dirinya dan gadis yang berada di depannya. Meksipun Diandra sempat menolak, tapi Archand tetap tak ingin mendengar penolakan 

dari gadis cantik yang sedang duduk di depannya. Gadis itu meminta kembali ke lantai empat untuk menemui sahabatnya sekaligus atasannya. 

“Kok kamu buru-buru sih, Di? Aku lagi mau makan loh, temani kenapa sih? Sok sibuk banget sih jadi mantan.” gumam Archand dengan wajahnya yang terlihat santai saat menyebutkan kata  mantan terhadap gadis cantik itu. Seketika gadis itu menatap nanar kepadanya. 

“Jangan panggil aku, mantan!” tegas Diandra dan berusaha menatap ke arah lain, dia berusaha menyembunyikan rasa bahagianya ketika mendengarkan perkataan Archand kala itu, karena di antara mereka masih saling mencintai. Namun, harus terpisah dikarenakan suatu alasan, yaitu: Florensia. Diandra memutuskan Archand demi menjaga hubungan baiknya dengan Florensia adik semata wayangnya.

“Kenapa? Oh ngerti, bilang aja takut baper kan?” sahut pria itu yang semakin mendekati gadis itu dan menatap pupil matanya dalam-dalam. Seketika Diandra kaget saat menatap pupil mata pria itu dengan jarak yang sangat dekat.

“Heh, lepasin!” 

Diandra mendorong tubuhnya sehingga menyiptakan jarak yang cukup jauh diantara mereka. Bukannya marah Archand malah tertawa dengan tingkahnya, pria itu kembali membetulka posisi duduknya dan kembali membujuknya agar mau menemaninya makan. Meskipun hanya sebentar. 

“Oke, sekarang aku janji gak usil sama kamu. Tapi tolong temenin aku makan, meksipun hanya sebentar, Diandra. Please!” Archand memasang wajah melas terhadap mantan kekasihnya itu. Archand berharap, rayuannya kali ini ampun untuk meluluhkan hati gadis itu.

“Dari dulu paling jago merayu. Ya sudahlah, aku temenin kamu makan. Tapi, aku mau nganterin makanan kakak kamu dulu.” sahut Diandra yang beranjak dari duduknya, dengan sigap pria itu menangkap tangannya dan menahannya pergi.

“Heh, mau kemana? Katanya mau nemenin aku makan.” Archand berusaha menuntut Diandra untuk kembali mengingat ucapannya beberapa menit yang lalu.

“Ya ampun.” Diandra menepuk jidatnya, pertanda dia bingung dengan tingkah pria yang sedang bersamanya itu. “Kan aku udah bilang mau nganterin makanan punya kakak kamu. Cuma sebentar saja, Archand.” sahut Diandra.

“Gak boleh, yang ada nanti kak Revan malah melarang kamu buat balik lagi ke sini. Pokoknya aku gak mau.” tegas Archand.

“Jadi siapa dong yang mengantarkan makanan Revan?” tanya Diandra seraya menerima pesanan yang sudah siap. “Kalau Revan keburu lapar gimana? Kan kasihan Revan, ayolah Archand. Aku cuma mau mengantarkan makanan ini saja.” lanjut Diandra.

Archand menyapu pandngannya, tiba-tiba dia melihat langkah Giska yang meja paling pojok. Gadis itu melangkah untuk membayar makanannya yang sudah dia makan sejak tadi. Langkah Giska terhenti saat Archand memanggilnya. Gadis itu kembali memutar tubuhnya dan menghampiri Archand dan Diandra.

“Hey, Archand. Ada apa?” sahut Giska.

“Archand butuh bantuan, Kak. Boleh kan kalau Archand minta bantuan kakak? Boleh ya, Kak. Ayolah kak Giska.” Archand memasang wajah melas kepada Giska.

“Kamu emang paling bisa ya.” Sahut Giska tersenyum. “Ya sudah, kamu minta bantuan apa sama kakak? Bilang saja, jangan malu-malu.” laniut Giska.

“Tolong antarkan makanan ini ke kamar kak Revan, soalnya Archand mau makan sama kekasih Archand.” sahut Archand dengan wajah santainya, tanpa memikirkan apakah gadis yang sedang bersamanya marah atau tidak dengan perkataannya?

“Oh, kirain apa? Boleh kok, kalau begitu aku pamit dulu ya, Archand dan ...” 

“Diandra.” sahut Diandra yang menyambung perkataan Giska. Gadis itu berusaha melontarkan senyumannya kepada perawat cantik itu, sekaligus merupakan putri dari owner rumah sakit tersebut, di mana tempat Revan di rawat.

“Baiklah, Diandra. Kalau begitu aku pamit dulu.” gumam Giska tersenyum.

Giska melangkah menuju pintu keluar dan segera menelusur koridor rumah sakit, yang tampak redup karena hari sudah menjelang malam. Setelah memastikan langkah Giska jauh. Diandra segera menjewer telinga pria yang berada di depannya itu. Rasanya sangat puas sekali saat melihat pria itu meringis kesakitan. 

“Auuhh ...” teriak Archand.

“Apa ha? Sakit?” celetuk Diandra.

“Gak! Enak banget.” sahut Archand kesal. “Ya sakitlah, Di. Kamu tega banget sih jewer aku, emang salah aku apa sama kamu?” tanya Archand.

“Pakai tanya lagi!” tegas Diandra. “ jawab aku! Kenapa kamu bilang kalau aku kekasih kamu? Maksudnya apa Archand. Kamu mau pamer kalau kita ini pernah pacaran?” tanya Diandra.

“Ya kan emang kita pernah pacaran kan? Emang salah ya, kalau kita pernah pacaran. Jangan marah dong, nanti cantiknya hilang.” sahut Archand masih dengan tatapan yang menyebalkan. Rasanya ingin sekali Diandra menoyor kepalanya kala itu. 

Diandra hanya menghela nafas dan berusaha sabar menghadapi pria itu. Sejak dulu pria itu memang sudah sangat menyebalkan. Namun, dibalik sikapnya yang menyebalkan, pria itu merupakan organ yang sangat penyayang dan berjiwa pahlawan. Archand tidak memiliki wibawa seperti kakaknya Revan. Menurut Archand, popularitas bukanlah segalanya. Akan tetapi, sikap yang adik dan bijaksanalah yang bisa membawanya kepada jalan kesuksesan.

Archand lebih mandiri di bandingkan sang kakak, meksipun usianya masih remaja akan tetap dia sudah bisa mencari uang sendiri dan membangun studio dan satu caffe shop pribadinya. Archand membangun caffe itu untuk masa depannya kelak, saat dia akan menikahi gadis pujaannya itu. Namun, apakah dia masih bisa mendapatkan kembali cinta gadis itu? Apakah Archand bisa meresmikan hubungannya dengan Diandra ke jenjang yang lebih serius? Entahlah, pria itu hanya pasrah. Dia takut jika menerima penolakan dari gadis itu.

“Dasar nyebelin!” sahutnya geram. 

“Kok nyebelin sih?” Archand memanyunkan bibirnya, “Aku memang nyebelin, tapi ngangenin kan?” hayo jujur saja.” lanjut Archand tertawa.

“Ah, terserah deh. Aku mau pergi saja, selera makan ku hilang karena kamu.” Diandra beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan Archand sendirian, gadis itu tampak kesal dengan mantan kekasihnya itu. Mengapa Archand harus membahas masa lalu? Apakah Archand belum bisa melupakannya? Pertanyaan demi pertanyaan terus mengelabui hatinya. Membuat dirinya sulit berkonsentrasi. Diandra berjalan cepat tanpa menghiraukan langkah kakinya Archand yang berusaha mengejar langkahnya hingga menuju pintu lift. Beruntungnya mereka hanya berdua di dalam, jadi Archand memiliki kesempatan untuk menjelaskan maksud dari perkataannya tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Aku Bukan Kekasihmu

    Gadis itu memukul lengan Archand dengan penuh amarah, sementara Archand hanya tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Archand berusaha menggenggam pengelangan tangan gadis itu agar menghentikan pukulannya. Akhirnya, gadis itu pun kelelahan dan menghentikan pukulannya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. “Nah, capek juga kan?” tanya Archand tersenyum. “Diam ah, habisnya kamu sih, nyebelin!” tegas Florensia. “Eh, jangan bilang nyebelin terus dong, nyebelin tapi bikin kangen kan? Ayo ngaku! Pasti kamu selalu kangen sama minta ketemuan terus sama aku.” gumam Archand dengan penuh percaya diri. Pria itu menopang dagunya di atas meja dan sibuk menggoda gadis yang kini tengah menyapa sinis kepadanya. Dia tak bosan-bosan menggoda gadis itu. “Apa? Kangen kamu bilang? Ogah!” tukas Florensia yang memeletkan lidahnya, gadis itu tak hentinya bersikap emosi ketika berada di samping Archand. “Jangan bilang ogah terus dong, sesekali bilang iya gitu!” titah Archand.

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Ingatlah Hari Ini

    “Berawal dari kebencian, perlahan hati itu luluh dengan sendirinya. Ketika pertama kali melihatnya bersikap dingin kepadaku, dikarenakan kesalahan masa lalu. Aku pernah mengabaikannya, perlahan aku membopongnya saat tubuhnya hampir sampai di sebuah aspal. Tanpa sengaja aku menatap kedua pupil matanya, dan kulihat ada seberkas cahaya cinta yang masih menyala untukku. Kamu 'tak sendiri masih ada aku yang juga mencintaimu dan akan melabuhkan hati dalam dermaga cintamu.” _Archand Aldhinara Syahdana_ *** Akhirnya momen yang mereka tunggu telah tiba juga, di mana Archand akan memperistri kekasihnya dan siap menjadi suami yang baik untuknya. Tiada keraguan untuk terus melanjutkan kisah asmara yang awalnya menjadi musuh hingga kini menjadi teman hidup. Archand tersenyum saat menantikan kehadiran calon istrinya agar segera hadir dan duduk di sampingnya, karena sebentar lagi ijab kabul akan di mulai. Berawal dari seorang penggemar beratnya, kini gadis itu telah menjadi tem

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Melamarmu Di Hari Ulang Tahunku

    Malam itu menjadi saksi kebahagiaan mereka di mana mereka sedang menyaksikan percikan kembang api yang menghiasi langit nan kelam. Gadis itu tersenyum bahagia saat menyaksikan momen tersebut, di temani semilir angin yang berhembus meniup anak rambutnya. Gadis itu tampak cantik dengan gaun yang dia pakai, membuat Archand terpesona. Pria itu memeluk kekaishnya dengan erat, dan membisikkan kata-kata romantis. Seketika Florensia tersenyum saat mendengarkan pujian dari tunangannya itu. Dia semakin larut dalam indahnya cinta yang telah di persembahkan oleh kekasihnya, gadis itu tak lelah untuk terus menyampaikan percikan kembang api yang menghiasi langit malam saat itu. Florensia duduk dan menyenderkan kepadanya ke pundak tunangannya itu. Rasanya sangat nyaman apabila berada dalam pelukan seseorang yang di cintainya. “Aku nyaman ketika berada dalam pelukanmu, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan malaikat terindah untukku. Aku berharap cinta ini akan a

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Malam Pertunangan

    Archand menggandeng tangan Florensia dengan penuh kehangatan, dia menuntun kekasihnya hingga sampai ke atas pentas. Saat itu Arhcand mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Hal tersebut membuat kekasihnya sangat bahagia, gadis itu menikmati alunan lagu dengan irama yang mengalun merdu. Dia mengikuti lirik lagu yang di nyanyikan oleh kekasihnya, perlahan gadis itu larut dalam iringan lembut irama.“Mereka sangat cocok sekali.” ucap Diandra yang tersenyum melihat sang adik sedang berduet dengan kekasihnya itu. Diandra larut dalam momen romantis itu, dia menyenderkan tubuhnya ke pundak sang suami. “Iya, Sayang. Mereka sangat cocok seperti pasangan Cinderella.” sahut Revan yang membenarkan perkataan istrinya. “Sayang, aku sangat berterima kasih kepadamu, karena sudah memberikan aku keturunan, semoga anak kita selalu dalam keadaan sehat ya, Sayang. Jangan kandunganmu baik-baik.” titah suaminya. “Sama-sama, Sayang. Kita akan merawatnya bersama ya, rasanya gak

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Merayakan Ulang Tahun Di Cafe

    Malam telah tiba, mereka sedang asik mendengarkan alunan musik yang mengalun merdu di telinga, di tambah lagi dengan iringan suara dari seorang vokalis. Diandra menikmati setiap alunan musik yang terdengar merdu di telinganya menambah kesan romantis saat sedang berduaan dengan suaminya. Mereka masih menunggu kehadiran keluarganya, meski mereka memesan meja terpisah. Archand dan Florensia sengaja mengambil meja yang paling pojok agar tak ada seseorang yang akan mengganggu kebersamaan mereka kala itu. Satya hanya memantau dan ikut bergabung bersama keluarga besar Aldhinara. Termasuk kedua orang tuanya. Satya terus menatap tajam kepada Florensia. Pria itu masih susah untuk melupakan gadis incarannya, di sisi lain Satya mencoba melupakan gadis itu karena dia sadar, hubungannya dengan Florensia hanya sebatas teman dia tak mungkin menyakiti sepupunya sendiri. Apalagi mereka telah bersahabat sejak remaja. Tak mungkin Satya tega menikung sahabatnya sendiri. “Ya A

  • Logic And Feeling-ANTARA AKU DAN DIA   Kejutan Hari Ulang Tahun

    Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi, di mana kedua pasangan pengantin tesebut masih betah di dalam kamar. Diandra memandang wajah suaminya dan membalas tatapan lembut wajahnya. Diandra mengagumi ketampanan suaminya itu, wanita itu memeluk erat suaminya untuk mendapatkan kehangatan setelah pagi datang membawa kesejukan.Revan menyadari ada seseorang yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Pria itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh istrinya dengan erat pula. Tak lupa dia mencium kening sang istri. Pria itu tampak bahagia ketika mendapati keberadaan wanita yang sudah sah menjadi miliknya. Saat Diandra ingin mencium suaminya tiba-tiba saja Diandra mual-mual. Wanita itu segera melepaskan pelukan suaminya dan berlari menuju kamar mandi. Hal tersebut membuat Revan bertanya-tanya apakah pertempuran tadi malam telah berhasil? Revan berharap jika istrinya benar-benar hamil. Revan tak sabar untuk segera memiliki momongan.“Kenapa Diandra? Apakah kita s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status